Minggu, 15 Januari 2017

Masjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Masjid Jami' Kebun Jeruk, salah satu masjid tertua di Jakarta, dibangun oleh Muslim Thionghoa Batavia.

Kiprah muslim Thionghoa Indonesia terekam dengan indah di Masjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta Barat, salah satu masjid tua Jakarta dari Era kejayaan Batavia di masa lalu. Masjid Jami’ Kebon Jeruk ini pertama kali dibangun oleh Chau Tsien Hwu atau Tschoa pada tahun 1786M. Di halaman sebelah timur masjid tua terdapat makam Fatimah Hwu yang merupakan istri Chau Tsien Hwu. Nisan dari makam yang bertarikh 1792M ini cukup unik dengan bentuk naga bertulisan huruf cina berbunyi “Hsienpi Men Tsu Mow yang artinya “inilah makam China dari keluarga Chai, dan menggunakan pertanggalan Arab.

Surau kecil itu yang kemudian berkembang menjadi sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jami’ Kebon Jeruk dan bertahan melintasi jaman melayani ummat Islam, menjadi saksi bisu manis getirnya sejarah etnis Thionghoa di Jakarta. Masjid Jami’ Kebon Jeruk menjadi masjid pertama yang dibangun oleh muslim Thionghoa di Indonesia dan menjadi masjid pertama di kawasan pusat bisnis Glodok. Kini, setelah 220 tahun berlalu, Masjid Jami’ Kebon Jeruk selalu di padati oleh jamaah dari berbagai daerah, bahkan muslim dari berbagai negara pun mudah kita jumpai di sini termasuk jemaah dari Pakistan, India, Arab Saudi dan Malaysia.

Alamat dan Lokasi Masjid Jami’ Kebon Jeruk

Masjid Jami’ Kebon Jeruk
Jalan Hayam Wuruk No. 85,
Kelurahan Maphar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.



Akses:
Bianglala P 69 Kota – Ciputat
Bianglala AC 45 Kota – Ciputat
Steady Safe 949         Kota – Kaliders
Steady Safe AC110 Tanjung Priok – Tanah Abang

Pemerintah DKI Jakarta Dinas Museum dan Sejarah melalui SK Gubernur No Cb11/1/12/72 tanggal 10 Januari 1972 menetapkan Masjid Jami , Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Barat, ditetapkan sebagai monumen sejarah.

Sejarah Masjid Jami’ Kebon Jeruk

Menurut data dari Dinas Museum dan Pemugaran Provinsi Jakarta, Masjid Jami’ Kebon Jeruk didirikan oleh seorang Muslim Tionghoa bernama, Chau Tsien Hwu atau Tschoa atau Kapten Tamien Dosol Seeng di tahun 1786. Beliau adalah salah seorang pendatang dari Sin Kiang, Tiongkok yang kabur dari negerinya karena ditindas oleh pemerintah setempat. Sesampai di Batavia, ia menemukan sebuah surau yang tiangnya telah rusak serta tidak terpelihara lagi. Kemudian di tempat tersebut, ia dan teman-temannya, sesama pendatang dari Tiongkok mendirikan mesjid dan diberi nama Masjid Kebon Jeruk. Alasan diberinya nama Masjid Kebon Jeruk, menurut petugas Istiqbal (humas-red) Masjid Kebon Jeruk, Abdul Salam, karena memang pada waktu itu di daerah ini ditumbuhi banyak pohon jeruk.

Jauh sebelumnya, tahun 1448 Masehi, di lokasi ini telah berdiri sebuah mesjid surau atau langgar. Bangunannya bundar, beratap daun nipah, bertiang empat, masing-masing penuh dengan ukiran. Siapa saja pendirinya tidak diketahui. Chan tsin Hwa beserta istrinya Fatima hwu tiba di Batavia pada tahun 1718, dan menetap di daerah Kebon Jeruk sekarang ini. Mereka ini adalah rombongan muhajirin (pengungsi) yang memeluk agama Islam, yang terpaksa meninggalkan negrinya karena terdesak oleh penguasa Dinasti Chien yang menganut agama leluhur mereka, Budha.

Detil ekterior Masjid Jami' Kebun Jeruk. atas papan peringatan cagar budaya, kiri bawah : makam tua di Masjid Jami' Kebun Jeruk dan kanan bawah ; detil ornamen pada ujung atap masjid Jami Kebun Jeruk.

Oleh karena itu mereka tidak berniat lagi untuk kembali ke negri leluhurnya, mereka bermukim di sini. Lalu Mendirikan mesjid di lokasi bekas mesjid mungil tersebut tadi. Itulah Mesjid Kebun Jeruk yang sekarang ini. Menaranya sudah lama runtuh karena memang telah sangat tua. Mimbarnya yang antik terbuat dari kayu kembang, kini masih tersimpan di Museum Fatahillah.

Fatima hwu wafat tahun 1792, dimakamkan di halaman belakang mesjid. Pada nisan bergaya Cina, terdapat pahatan enam aksara cina yang berbunyi :”Hsienpi Chai Men Tsu Mow”, yang berarti “Inilah makam wanita dari keluarga Chai”. Sedangkan Chan Tsin Hwu, menurut sejarah wafat di Cirebon dan dimakamkan di gunung Sembung.

Selain nilai historisnya, masjid ini menjadi terkenal karena Masjid Kebon Jeruk sebagai pusat kegiatan tabligh dan dakwah Islam di Indonesia. Masjid Jami’ Kebon Jeruk ini menjadi markas kegiatan Jemaah Tabligh untuk wilayah Indonesia dengan kegiatan jamaahnya adalah melakukan penyebaran Islam dengan mengunjungi berbagai tempat di seluruh nusantara dan berbagai negara.

Aktivitas Masjid Jami’ Kebon Jeruk

Hal yang menarik, selama bulan Ramadhan, banyak jamaah dari berbagai daerah dan negara melakukan I’tikaf di Masjid Kebon Jeruk ini. Jemaah yang datang dari berbagai penjuru tanah air dan mancanegara itu melakukan semua aktivitas kesehariannya di Masjid ini selama bulan suci Ramadhan. Banyaknya jemaah dari berbagai penjuru tanah air dan mancanegara di masjid ini karena memang Masjid Kebon Jeruk merupakan markas dari Jemaah Tabligh Indonesia.

Detil Interior Masjid Jami' Kebun Jeruk

kegiatan yang paling unik adalah saat berbuka puasa. Pada waktu berbuka puasa, ada sekitar puluhan kelompok secara bersama-sama menyantap hidangannya dalam satu tampah. ritual tersebut dijalankan karena disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah sering menyantap hidangan berbuka puasa bersama-sama dengan para sahabatnya dalam satu wadah. Dengan cara ini, kita juga merasakan kebersamaan dan Ukhuwah Islamiyah.

Selain ritual tersebut, ada dua amalan yang harus dikerjakan oleh para jamaahnya, yakni amalan Infiradhi dan Ijtima’i. Pada amalan infiradhi, setiap orang menjalankan ibadahnya secara sendiri-sendiri, seperti Shalat Dhuha, Shalat Tahajud, Shalat Isra’, membaca Al-Qur’an setiap harinya minimal satu Juz, dan melakukan dzikir sepanjang hari. Sedangkan amalan Ijtima’i, adalah amalan yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menjalankan shalat fardhu, Shalat Tarawih, berbuka puasa dan menghadiri berbagai majelis-majelis. ada dua majelis yang wajib dihadiri setiap jamaah, yakni Majelis Khurghazi dan Majelis Bayan.

Majelis Khurgazi adalah suatu majelis yang berupa kesaksian seseorang yang baru pulang dari perjalanannya di jalan Allah dan mengajak para jamaah untuk ikut melakukan perjalanan ini. Biasanya majelis ini diadakan setelah Shalat Ashar sampai jam setengah lima sore, Setelah Shalat Shubuh dan Tarawih, Majelis Bayan digelar. Dan setiap jamaahnya wajib mendengarkan ceramah-ceramah para ustad. Isi ceramahnya mengenai pentingnya amal shaleh bagi kita.

Bangunan baru di Masjid Jami Kebun Jeruk Jakarta yang kini menjadi Markas Jama'ah Tabligh Indonesia

Diluar bulan suci Ramadhan, Masjid Kebon Jeruk ini tetap ramai dengan aktivitasnya. Masjid Kebon Jeruk saat ini merupakan markaz (pusat kegiatan) usaha Tabligh di Indonesia. Semua hal yang berkaitan dengan permasalahan, kendala, rencana kegiatan, pengiriman jamaah dan lain-lainya yang berkaitan dengan usaha Tabligh di Indonesia digodog dalam musyawarah yang setiap hari dilakukan di masjid ini.

Masjid ini setiap harinya selalu dipenuhi dengan jamaah-jamaah transit, yang datang dari berbagai tempat di dalam maupun luar negeri, untuk kemudian pergi melanjutkan perjalanan dakwahnya ke tempat-tempat yang telah diputuskan dalam musyawarah. Apa yang dilakukan di masjid ini adalah ingin mencontoh apa yang telah Rasulullah SAW beserta para sahabatnya di Masjid Nabawi dulu. Bukan pada kemegahan bangunannya, atau keindahan arsitekturnya, tetapi pada amalan-amalan agama yaitu menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah, ta’lim dan taallum, dzikir dan ibadah serta hidmat (pelayanan).

Seakan tak mau kalah dengan kesibukan kesibukan di kawasan jalan Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, aktivitas di masjid ini juga berlangsung selama 24 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan dan 365 hari dalam setahun. Tidak ada kata libur atau waktu luang di dalam aktifitas keagamaan di masjid ini, hari-hari di dalamnya full dengan berbagai kegiatan ; ta’lim, muzakarah, bayan, dzikir, shalat, baca Alquran, musyawarah, khidmat dan lain sebagainya.***

--------------------------------ooOOOoo--------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Jakarta Lain-nya



3 komentar:

  1. Kegiatan d mesjid kebon jeruk ini terbuka untuk perempuan juga ??

    BalasHapus
  2. Ngga, Robia.
    Cukup suaminya aja yang menyampaikan pesan/isi ceramahnya kepada istrinya di rumahnya.
    🙂

    BalasHapus
  3. Mengapaa banyak musafir disana

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA