Sabtu, 28 Januari 2017

Masjid Al-Anshor Pekojan, Jakarta Barat

Masjid Al Anshor Pekojan antara tahun 1910-1921 pada saat lingkungan disekitarnya belum sepadat saat ini. (foto hitam putih dari Tropenmuseum, diwarnai oleh IG @rajakelir)

Kawasan Pekojan di Jakarta memang sejak awal merupakan salah satu pemukiman muslim pertama di Batavia, tak mengherankan bila kini di kawasan ini dapat ditemui masjid masjid peninggalan dari masa lalu yang meski sudah melewati rentang waktu berabad abad masjid masjid tersebut tetap terpelihara dan tetap dengan fungsinya sebagai tempat ibadah bagi kaum muslimin sekaligus menjadi saksi bisu masuk dan berkembangnya Islam di Batavia.

Salah satu penginggalan dari era tersebut adalah Masjid Al-Anshar yang berlokasi di jalan pengukiran IV. Masjid Al-Anshor dibangun pada tahun 1684M, kurang dari 30 tahun setelah Belanda Membungihanguskan Jayakarta dan mendirikan Batavia, menjadikannya sebagai masjid tertua di kawasan Pekojan, lebih tua dari Masjid Jami’ Annawier (1760), Masjid Langgar Tinggi (1829), Masjid Azzawiyah (1812) dan Masjid Raudah (1905) yang semuanya merupakan masjid masjid tua Jakarta di Kawasan Pekojan.

Makin Tua Makin Terjepit

Setelah melewati rentang waktu lebih dari 3 abad, masjid Al-Anshor kini sulit untuk dapat dikenali fisik bangunannya karena sudah terhimpit diantara bangunan bangunan hunian yang semakin rapat disekitarnya. Jalan akses menuju ke masjid ini hanya berupa gang kecil untuk pejalan kaki. Kondisi yang cukup memprihatinkan untuk salah satu situs tapak sejarah di ibukota negara.

Atas dasar perlindungan sejarah, masjid ini masih dipertahankan hingga kini. Hanya saja, perawatan dan renovasi mengakibatkan pudarnya jejak sejarah dari Kampung Arab, ditambah lagi dengan lokasi pemukiman yang kian padat, membuat masjid tak terlihat dari luar. Meski jejak arsitektur sejarahnya sudah tak terlihat namun masjid ini tetap dicatat sebagai masjid tertua di Jakarta.

Masjid Al Anshor
Jalan Pengukiran IV RT 06 RW 04
Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Indonesia


Sejarah Masjid Al-Anshor Pekojan

Anshor diambil dari bahasa Arab, kata “al anshor” berarti “pendatang”, penamaan yang pas sekali mengingat masjid ini memang didirkan oleh kaum pendatang muslim dari India sekitar tahun 1684. Lahan tempat berdirinya merupakan wakaf dari seorang muslim keturunan India. menurut Adolf HeukeN SJ, sejarawan yang meneliti tentang masjid-masjid tua di Jakarta, menyebutkan bahwa Masjid Al Anshor adalah masjid tertua dibandingkan masjid-masjid lainnya.

Keberadaan masjid ini diketahui dari laporan seorang pendeta di pertengahan abad ke 17, yang menyatakan adanya sebuah masjid dan sekolah agama untuk belajar mengaji di Kampung Pekojan. Adanya sebuah “masigit” tersebut dilaporkan kepada Dewan Gereja pada tahun 1648. Inilah Masjid Al-Anshor, yang kini masih berdiri di Kampung Pekojan, daerah yang paling banyak masjid-nya semasa kekuasan Kompeni di Batavia.

foto atas : Papan pengumuman tanah wakaf masjid Al-Anshor terpasang di depan masjid. Foto kiri bawah : Dua Makam tua di samping Masjid Al-Anshor. Foto kanan bawah : salah satu pintu akses Masjid Al-Anshor diantara tembok rumah warga.

Masjid ini disebut lagi pada tahun 1686-an oleh Abdul Rachman. Masjid sederhana serta polos, tiangnya balok kayu lurus tanpa hiasan. Inilah tanda umumya dan didirikan kurang dari tiga puluh tahun sesudah Masjid Jayakarta terbakar (atau lebih tepatnya dibakar) dalam serbuan J.P. Coen yang menyerbu Sunda Kelapa. Setelah VOC, atau kompeni menaklukkan Jayakarta pada tahun 1619, JP Coen, memporak-porandakan masjid kesultanan Jayakarta yang terletak di Kawasan Kali Besar Timur. Pangeran Jayakarta beserta pengikutnya kemudian hijrah ke Kawasan Jatinegara dan membangun Masjid Jami’ Assalafiyah.

Seiring dengan semakin berkembangnya Jemaah masjid ini dan juga mulai diramaikan oleh kaum muslim dari berbagai etnis sedangkan ukuran masjidnya terlalu kecil untuk menampung lonjakan jamaah, maka pada tahun 1748 orang orang Moor ini mendirikan masjid kedua mereka yakni Masjid Jami Kampung Baru di Jalan Bandengan Selatan, masih di kawasan Pekojan. Sejarah masjid Al-Anshor ini juga merupakah asal muasal dari sejarah kedatangan orang India muslim ke daerah Pekojan, sekaligus asal muasal dari terbentuknya Kampung Arab dahulu. Meski orang keturunan India muslim sudah tidak ada lagi di lingkungan tersebut.

Interior Masjid Al-Anshor.  Foto atas : Ruang dalam bagian paling tua dari Masjid Al-Anshor, Kiri bawah : mimbar dan mihrab Masjid Al-Anshor, foto kanan bawah : jeruji kayu di Masjid Al-Anshor.

Jejak Arsitektur Masjid Al-Anshor

Agak sulit menemukan masjid ini, karena terletak di gang kecil, Jl. Pengukiran IV, tak jauh dari Jl. Pejagalan Raya. Dahulu di sekitar masjid ini terdapat pemakaman. Tidak ada lagi yang tersisa dari pekarangan di sekitar masjid, sehingga kini hampir menyatu dengan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Ukuran bagian tertua masjid ini tidak lebih dari 10 x 10 m2 berdiri di atas lahan seluas 1.705 meter persegi.

Di bagian depan masjid, masih terdapat pemakaman kuno yang berkaitan dengan etnis India di Indonesia. Menurut Van Den Berg, sejarawan Islamologi asal Belanda, dahulunya makam ini ada tiga nisan namun kini hanya ada dua nisan yang terlihat. Namun jika ditanyakan kepada warga sekitar maka mereka hanya akan menjawab bahwa disana memang hanya ada dua makam.

Sukar menentukan bagian mana dari bangunan masjid yang sekarang ini, yang masih asli dari tahun 1648. Setelah diperbaharui pada tahun 1973 dan 1985 tidak meninggalkan bekas arsitektur dari masa pembangunannya. Dari tampak luar, bangunan masjid tidak terlihat sebagai masjid. Tidak ada gerbang, hanya dua buah pintu layaknya pintu di rumah biasa saja. Sebelah kanan terdapat kamar mandi dan tempat berwudhu.

Bagian pertama masjid Al-Anshor berada di sisi paling depan dari bangunan masjid saat ini.

Lantai ruang shalat sudah ditutup dengan ubin keramik yang masih tampak baru. Ruangan berikutnya sedikit menjorok ke bawah menuruni tangga, merupakan ruangan sisa dari Masjid Al Anshor tempo dulu. Tidak banyak yang tersisa, selain jendela masjid berkayu dan empat tiang kokoh penyanggah yang berada di tengah-tengah ruangan serta atap masjid yang masih diasrikan.

Masjid Bersejarah yang dilindungi

Status hokum masjid ini dibuktikan dengan sertifikat bangunan bernomor M. 166 tanggal 18-03-92 AIW/PPAIW : W3/011/c/4/1991 tanggal 8-5-1991. Keudian diperkuat lagi dengan pemasangan papan peringatan Undang Undang Monumen oleh Dinas Musium dan Sejarah Pemerintah DKI Jakarta yang berbunyi: Perhatian: SK Gubernur No.Cb.11/1/12/72 tanggal 10 Januari 1972 (Lembaran Daerah no.60/1972). Gedung ini dilindungi oleh Undang Undang (UU) Monumen ST BL 1931 No: 238. Segala tindakan berupa pembongkaran, perubahan, pemindahan diatas bangunan ini hanya dapat dilakukan seizin Gubernur Kepala Daerah. Setiap pelanggaran akan dituntut sesuai Undang Undang.***

------------------ooOOOoo-----------------

Baca Juga

Masjid “Si Pitung” Al Alam – Marunda          




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA