Senin, 28 November 2011

Masjid di Atap Dunia, Masjid Jami Nepal

Masjid Jami' Nepal di Kathmandu satu daru dua masjid besar di kota metropolitan Kathmandu, ibukota Republik Demokratik Federal Nepal.

Bila dalam artikel sebelumnya sudah di ulas tentang Masjid Kashmiri Taqiya di Kathmandu – Nepal, kali ini kita akan mengulas tentang masjid bersejarah dan terbesar ke dua di Nepal, Masjid Jami Nepal atau Kathmandu Jama Masjid, masjid Hindustan, masjid India atau Masjid Nepali dan kadang kadang media juga menyebut masjid ini sebagai Masjid Nasional Nepal, meski dengan jelas papan nama masjid ini tertulis “Nepali Jame Masjid”. Sejarah pembangunan awal masjid ini memang dilaksanakan oleh muslim dari India yang berimigrasi ke Nepal beberapa abad yang lalu.
 
Lokasi Masjid Jami Nepal
 
Alamat : Bag Bazaar, Kathmandu, Nepal
Tak jauh dari kampus Tri Chandra, perguruan tinggi ternama di Nepal.
 
Masjid Jami Nepal berada di sebelah selatan Masjid Kashmiri Taqiya hanya terpisah beberapa blok bangunan. Diantara kedua masjid ini berdiri Kampus Tri Chandra, perguruan tinggi ternama di Nepal. Lokasi dua masjid ini memang berada di kawasan boulevard utama kota metropolitan Kathmandu, tak jauh dari (bekas) Istana Raja Nepal di era Nepal masih berbentuk kerajaan Hindu. Masjid ini terbuka untuk umum. Secara tradisi masjid ini merupakan masjid Islam Sunni, menyelenggarakan sholat berjamaah lima waktu, sholat Jum’at juga dua sholat hari raya. Bahasa pengantar yang dipakai menggunakan bahasa Arab. Imam masjid saat ini dijabat oleh Hammad Fareed.


Sebagaimana fungsi masjid bagi ummat Islam, masjid Jami Nepal memiliki peran sentral bagi ummat Islam di Nepal. Hampir keseluruhan masjid di Nepal dijadikan semacam pusat komunitas ummat Islam, masjid Jami’ Nepal memilki bangunan sekolah Islam (madrasah) dan kawasan niaga. Meski selama ber-abad abad ummat Islam di Nepal dilarang menyebarkan Islam kepada pemeluk agama Hindu, hal tersebut masuk dalam katageri pelanggaran hukum berat dan dapat dikenai sangsi hukuman penjara selama tiga tahun. Perubahan signifikan pada masjid ini terjadi sejak tahun 1990-an, merubahnya menjadi sebuah simbol kehadiran muslim di Kathmandu khususnya di Nepal umumnya.

Pengurus dan jemaah masjid ini tidak terkait dengan kepentingan politik manapun di negeri tersebut. Namun masjid memang menjadi tempat titik berkumpul utama bagi muslim manapun termasuk muslim Kathmandu, secara khusus perubahan karakter simbolis masjid ini menarik perhatian dari golongan sayap kanan Hindu Nepal yang kerap kali memandang masjid ini sebagai pusat muslim termasuk pusat bagi “hal hal yang lain”. Boleh jadi itu sebabnya masjid ini sempat menjadi sasaran serangan dalam beberapa tahun terahir.

Sebuah menara tinggi melengkapi Masjid Jami' Nepal ini. Masjid tiga lantai tak cukup lega untuk menampung jemaah sholat jum'at apalagi dua hari raya.

Sejarah Masjid Jami’ Nepal

Muslim Hindustani (India) merupakan kelompok muslim kedua yang menetap di Nepal, gelombang pertama muslim yang mukim di Nepal adalah Muslim Khasmiri yang kemudian mendirikan Masjid Kashmiri Taqiya dan sudah di ulas dalam artikel sebelumnya. Kelompok pertama muslim Hindustani masuk ke Nepal semasa kekuasaan Raja Pratap Malla (1641-1674) dari dinasti Malla. Raja mengizinkan mereka menetap dan mendirikan masjid di selatan Masjid Kashmiri Taqiya yang sudah lebih dahulu berdiri.

Masjid yang dibangun oleh kelompok pertama Muslim Hindustani ini kemudian terkenal sebagai masjid Hindustani, Masjid India, Masjid Nepali atau Masjid Jami Kathmandu (Kathmandu Jama’ Mosque). Konon masjid ini pertama kali dibangun dengan beraliran syiah (boleh jadi itu sebabnya muslim Hindustani meminta izin kepada raja untuk membangun masjid sendiri terpisah dari Masjid Kashmiri Taqiya yang beraliran Suni). Bangunan masjid Hindustani ini saat itu dilengkapi dengan sebuah imambara, sekarang bangunan tersebut sudah tidak ada lagi.

Masjid Jami' Nepal dari arah jalan raya.

Tahun  1857 tatkala Nepal dibawah kekuasaan Jang Bahadur dari dinasti Rana, sejumlah besar muslim Hindustani berimigrasi ke wilayah Terai – Nepal, sebagai akibat tekanan dari tentara Inggris yang menjajah India kala itu. Jang Bahadur memang bersedia menerima migrasi muslim India tersebut sebagai bagian dari persekongkolannya dengan Inggris untuk mengurangi konsentrasi muslim di kawasan yang bergelok di India utara. Konsentrasi muslim dalam jumlah besar di satu kawasan bergolak dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi Inggris di India. Para pengungsi ini sebagian tinggal di tinggal di Terai ini berdagang bahan bahan dari kulit atau bekerja sebagai buruh tani.

Pemberontakan muslim India utara tahun 1857 terhadap penindasan tentara Inggris, terkenal dengan sebutan Pemberontakan Sepoy. Pemberontakan tersebut berahir dengan kekalahan muslim dari tentara Inggris. Kalangan istana Lucknow yang memberontak terpaksa mengungsi ke Nepal termasuk diantara mereka adalah Maulana Sargaraz AH Shah (Mufti terahir dari dinasti Mughal semasa Sultan Bahadur Shah Zafar) yang mengungsi ke Kathmandu mengiringi kepergian Putri Begum Hazrat Mahal istri dari Nawab Wajid Ali penguasa Begum dari Lucknow berserta putra Mahkota Birjis Qadr).

Jemaah sholat Jum'at di Masjid Jami' Nepal

Maulana Sargaraz AH Shah yang kemudian mengubah Masjid Jami’ Kathmandu menjadi Masjid beraliran suni dan merenovasi keseluruhan bangunan masjid, dan membangun kediaman bagi keluarga kerajaan yang menetap disana, keseluruhan dana renovasi dan pembangunan tersebut berasal dari dana pribadi Putri Begum Hazrat Mahal.

Maulana Sargaraz dan Putri Begum Hazrat Mahal ketika wafat di Kathmandu keduanya dimakamkan di areal masjid Jami’ Kathmandu sesuai keinginan mereka semasa hidup. Putri Begum Hazrat Mahal wafat di Kathmandu pada tanggal 7 April 1879. Makam mereka masih dapat di jumpai disana meski selama berpuluh puluh tahun makam dan masjid tersebut sama sekali luput dari perhatian pemerintah Nepal. Sampai sampai Pandit Jawaharlal Nehru tokoh kemerdekaan India sempat kecewa ketika mengetahui kondisi makam pejuang India tersebut sama sekali tak terawat. Belakangan pemerintah Nepal mulai memperhatikan masjid dan makam ini.

\Masjid Jami' Nepal.

Saksi Bisu pembunuhan Tokoh Islam Nepal

26 September 2011 Masjid Jami Nepal menjadi saksi bisu pembunuhan keji terhadap salah satu tokoh muslim Nepal, Faizan Ahmad Ansari (36 tahun), Sekretaris Jenderal Persatuan Islam Nepal. Beliau dibunuh oleh dua orang pria bersenjata api yang memberondongnya dengan peluru di jalan di depan Masjid ini sesaat setelah beliau menunaikan sholat Asyar.  Tubuh beliau terkapar bersimbah darah di bawah guyuran hujan deras. Imran saudara beliau bersama jemaah masjid yang kemudian melarikan nya ke rumah sakit Bir di pusat kota Kathmandu namun nyawanya tak tertolong.

Pembunuhan keji tersebut memicu kemarahan para pendukung dan keluarganya yang menggelar demonstrasi menuntut pengusutan tuntas kasus pembunuhan tersebut. Kasus ini juga bukan kasus pembunuhan pertama terhadap tokoh muslim Nepal. Lebih ironis lagi karena lokasi masjid ini dan lokasi kejadian justru tak jauh dari markas kepolisian kota metropolitan Kathmandu. Persatuan Islam adalah ormas Islam Nepal yang bergerak di bidang pendidikan dengan tujuan utama memajukan pendidikan bagi muslim Nepal.

Bangunan menara kecil disebelah kiri adalah tempat muazin mengumandangkan azan.

Meski kemudian pemerintahan maois Nepal mencopot kepala kepolisan metro Kathmandu, namun massa yang sudah terlanjur kecewa menuntut pengunduran diri wakil perdana menteri dan Mendagri Nepal sebagai bentuk tanggung jawab moral atas kegagalan mereka melindungi warga negaranya dari rangkaian aksi pembunuhan.

Masjid ini juga nyaris menjadi sasaran amuk massa pada 1 September 2004 silam yang melampiaskan kemarahan mereka atas terbunuhnya 12 pekerja Nepal di Iraq. Massa yang marah merusak dan menghancurkan kantor pengerah tenaga kerja di pusat Kathmandu yang dituduh bertanggung jawab atas pengiriman 12 pekerja tersebut ke Iraq, kantor kantor maskapai penerbangan asing tak luput dari amuk massa termasuk Masjid Kashmiri Taqiya yang tak terpisah jauh dari Masjid ini. Aparat keamanan kemudian memblokir kawasan ini dengan pengerahan pasukan dan kendaraan berat militer untuk menghentikan amuk masa, meski sebagian kalangan mengecam pihak keamanan yang dianggap terlambat mengantisipasi tindakan anarkis tersebut.

Nama resmi Masjid ini tertulis dengan hurup besar di gedung kantor pengelola masjid. sedangkan menara kecil ini adalah tempat muazin mengumandangkan azan di masjid Jami Nepal. 

Arsitektural Masjid Jami Nepal

Masjid Jami’ Nepal yang kini berdiri merupakan bangunan baru bukan bangunan asli yang dulu pertama kali dibangun oleh muslim india di tahun 1641-1674 dan kemudian di renovasi total oleh Putri Begum Hazrat Mahal pada tahun 1857. Bangunan masjid ini kini berdiri tiga lantai dalam arsitektur yang lebih modern. Dilengkapi dengan sebuah bangunan menara tinggi sedikit terpisah dari bangunan masjid. Uniknya ada satu bangunan menara lain yang tidak seberapa tinggi di halaman masjid ini yang dijadikan tempat muazin mengumandangkan azan.

Kawasan masjid Jami Nepal di Kathmandu ini kini menjadi pusat aktivitas muslim di kota metropolitan Kathmandu. Berderet toko menyajikan berbagai kebutuhan ummat Islam termasuk rumah makan muslim yang menyediakan makanan halal dan toko toko yang menyediakan berbagai kebutuhan lainnya. Di kawasan masjid ini juga berdiri sekolah islam yang dikelola oleh pengurus masjid. Selama bulan suci Ramadhan secara khusus pengurus masjid menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi jemaah masjid. Penyediaan makanan untuk berbuka ini menjadi suatu perhelatan rutin yang cukup besar di masjid ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA