 |
Masjid Jami' Ambon. |
Masjid Jami' Ambon merupakan
salah satu masjid tertua di kota Ambon sekaligus menjadi bangunan ikonik
sejarah Islam dan sejarah kota Ambon yang tetap dipertahankan bentuk aslinya
sejak dibangun hingga saat ini. Faktor sejarah pula yang menjadi salah satu
alasan mengapa masjid ini tetap dipertahankan meskipun disebelahnya telah
dibangun masjid yang lebih besar yakni Masjid Raya Al Fatah.
Masjid Jami Ambon tetap digunakan
untuk sholat berjama’ah sehari hari meskipun setelah pendirian Masjid Al-Falah.
Namun karena lokasinya yang bersebelahan maka untuk sholat Jum’at dipusatkan di
Masjid Raya Al-Fatah.
Masjid Jami’ Ambon
Jl. Sultan Babullah Kel Honipopu,
Sirimau, Kota Ambon, Maluku
Bangunan masjid Jami Ambon yang
kini berdiri merupakan bangunan yan g dibangun sejak tahun 1936 hingga 1940 dan
sudah di renovasi 2 kali, namun bentuk asli dari masjid yang dibangun pertama
kali tetap terjaga.
Sejarah Masjid Jami Ambon
Masjid Jami Ambon pertama kali
didirikan pada tahun 1860 M di atas tanah wakaf yang diberikan oleh seorang
janda bernama Kharie. Pembangunannya dipimpin oleh H. Abdul Kadir Hatala. Saat
itu masjid ini berupa bangunan semi permanen beratap rumbia dengan tiang dan
dinding kayu.
H. Abdul Kadir Hatala kemudian
menjadi imam pertama masjid ini, Setelah wafat, beliau digantikan oleh H Ahmad
Hatala, yang merupakan adiknya. Dan kemudian setelah Ahmad Hatala juga
meninggal, jabatan imam diganti dengan Haji Ahmad Oei.
 |
Masjid Jami' Ambon (kiri) dan Masjid Raya Al-Fatah (kanan) yang dibangun kemudian. Kedua masjid ini masih difungsikan sebagaimana biasa kecuali untuk sholat Jum'at dan sholat dua hari raya dipusatkan di Masjid Raya Al-Fatah. |
Pada tahun 1898 atau 36 tahun
setelah dibangun, bangunan masjid awal tersebut tidak lagi mampu menampung
jemaah yang terus bertambah, maka dibangun lah bangunan masjid baru yang lebih
besar dengan atap seng.
Pada tahun 1933, kota Ambon
dilanda banjir akibat meluapnya Sungai Wai Batu Gajah. Sedemikian dahsyatnya
banjir tersebut sehingga menghanyutkan rumah-rumah penduduk di kiri dan kanan
sungai tersebut. Termasuk masjid yang berbentuk semi permanen ini, ikut hancur
pula diterjang banjir bandang.
Bangunan Masjid Modern dibangun
Pembangunan kembali masjid baru
yang bangunannya lebih permanen, dilaksanakan pada tahun 1936 dengan dana yang
bersumber dari swadaya murni masyarakat muslim Pulau Ambon. Pembangunannya
melibatkan tukang asal Padang bernama Zainudin Wiwih. Pembangunan masjid baru
tersebut dirampungkan pada tahun 1940, menjelang masuknya tentara Jepang ke
Indonesia.
Pada masa itu, masjid Jami berada
diatas sebidang tanah curam. Jembatan dan jalan yang ada saat ini berada
dibawahnya. Setelah ditimbun barulah seperti saat ini. Masjid Jami adalah yang
kedua di Kota Ambon, setelah masjid Hatukau di Batu Merah, yang saat ini
bernama masjid An-Nur. Lokasi sekitar Masjid Jami dulunya ditumbuhi pepohonan
dan bambu.
 |
Masjid Jami' Ambon sekitat tahun 1970-an. |
Zainudin membangun Masjid Jami
Ambon, setelah berhasil menyelesaikan masjid Kailolo di Maluku Tengah. Zainudin
merupakan orang yang sangat berjasa dalam proses pembangunan Masjid Jami.
Dibantu masyarakat, Masjid Jami kembali diisi oleh warga untuk melaksanakan
sholat berjamah. Karena pada saat itu, hanya Masjid Agung An'Nur Negeri
Hatukau (Batumerah) dan Masjid Jami yang mempunyai kapasitas daya tampung untuk
sholat berjamaah.
Menjelang berakhirnya
Pemerintahan Kolonial Belanda di Maluku, tentara Belanda yang bersiap
menghadapi kedatangan balatentara Jepang dengan cara membuka keran minyak yang
berada di sebelah hulu Sungai Wai Batu Gajah sehingga permukaan sungai
digenangi oleh minyak yang terbakar. Akibatnya, masjid itu pun turut terbakar.
Namun, umat Islam di Ambon segera membangun kembali masjid yang terbakar itu,
Masjid Jami’ Ambon selamat dari
bom sekutu dimasa perang dunia kedua, manakala pasukan sekutu membombardir kota
Ambon, meskipun bangunan disekitar masjid ini porak poranda dihantam bom masjid
ini tetap utuh.
Begitu pula ketika pecah
pemberontakan kaum separatis RMS (Republik Maluku Selatan), mereka pernah pula
seenaknya memasuki bangunan suci umat Islam itu dan menangkap empat orang yang
berada di dalamnya, termasuk seorang khatib masjid.
 |
Masjid Jami Ambon dipotret sekitar tahun 1970-an (Forman, Harrison). Suasana kota yang belum seramai saat ini, Jalan Sultan Babullah didepan masjid masih berupa jalan tanah dan tanah kosong disamping masjid kini berdiri Masjid Raya Al-Fatah. |
Masjid yang terletak di dekat sungai dan menghadap ke tepi laut, pernah
mengalami kerusakan akibat diterjang ombak danbadai. Sampai kini, Masjid Jami
Ambon menjadi salah satu tempat berkunjung wisatawan karena perannya yang
bersejarah itu, terutama kaum muslimin yang berkunjung ke kota Ambon, pasti
menyempatkan shalat di masjid ini.
Tahun 2004 masjid ini direnovasi dengan melakukan penggantian lantai
masjid, atap, menara, dan juga kubah masjid, tanpa merubah bentuk aslinya.
Pengelolaan Masjid
Sejak tahun 1940, Masjid Jami
Ambon dikelola oleh sebuah yayasan yang baru dibentuk pada tahun itu juga. Di
samping untuk shalat Jumat, shiolat dua hari raya, dan shalat lima waktu,
Masjid Jami Ambon ini juga dimakmurkan dengan berbagai kegiatan keagamaan
Karena daya tampung masjid belum
memadai, sementara jumlah jamaah semakin membludak maka pengurus masjid
mengusahakan untuk memperluas bangunan masjid, pada tahun 1960 Penguasa Perang
Daerah Maluku menghibahkan lahan tanah yang letaknya berdekatan dengan masjid.
 |
Masih asli. Dapat langsung dibandingkan foto masjid ini dimasa kini dengan foto sebelumnya, tidak ada perubahan berarti pada bangunan masjid ini. |
Namun, kerena masjid ini memiliki
sejarah khusus kemudian diputuskan untuk membangun masjid baru (yang kini
dikenal sebagai Masjid Raya Al-Falah) dengan
ukuran lebih besar dilahan hibah tersebut tanpa mengusik bangunan asli Masjid
Jami’ Ambon
Arsitektur Masjid Jami Ambon
Masjid yang kemudian menjadi
cikal bakal berdirinya Masjid Raya Alfatah, terdiri dari 9 pintu utama
berukuran panjang 3 meter dengan lebar skeitar 2 meter. Enam pintu utama berjejar dari samping kiri dan
kanan bangunan masjid. Sementara tiga lainya menghadap depan.
Ada 36 jendela kecil berbentuk kerucut (kubah) dipasang mengelilingi badan
masjid. Bahan pintu maupun jendela dari kayu linggua dan kayu kani. Kedua jenis
kayu diyakini tahan lama diantara jenis lainya. Juga terdapat dua kubah didepan
pintu masuk, dengan tinggi sekitar 7-8 meter.
Mimbar Pemberian Bung Hatta
Mimbar asli Masjid Jami’ Ambon merupakan pemberian dari wakil Presiden
Muhammad Hatta saat melakukan kunjungan pertama ke Ambon, tahun 1953. Namun
setelah itu, mimbar tersebut diberikan ke Masjid Jami Tulehu.
 |
Masjid Jami Ambon ditahun 1981 |
Gotong Royong Masyarakat
Muslim dan Kristen
Dalam proses berdirinya, Umat Muslim dan Kristen secara bergotong royong
menyelesaikanya. Tahun 1933 masyarakat Muslim dan Kristen tinggal dan berbaur,
terutama disekitaran Silale. Masyarakat Kristen yang lebih banyak membantu pada
saat itu berasal Negri Latuhalat dan Amahusu. Selain yang sudah menetap di
Silale. Masyarakat Kristen membantu, baik dengan tenaga maupun bantuan makan
dan minuman.
“Dulu di daerah Silale itu dihuni oleh orang Kristen seluruhnya. Jadi orang
angkat pasir dari pantai ke lokasi pembangunan masjid, itu orang Kristen
memberikan minuman-minuman (air) dan sebagainya. Ada yang datang dari
Latuhalat, terutama Amahusu dan Benteng.
Tegel Lantai dari Italia
Sempat terjadi gejolak soal
perbaikan lantai Masjid Jami yang dinilai sudah tidak layak lagi digunakan
sebagai tempat sujud, belum lama ini. Banyak batangan tehel berukuran 20 x 40
cm yang telah rusak. Olehnya itu perlu diganti dengan tehel yang baru. Namun
sebagian pengurus Masjid Jami menolak untuk dilakukan perbaikan. Mereka kuathir
keaslian lantai akan pudar, jika tehel yang berasal dari Italia tahun 1933 itu
diganti.
 |
Masjid Jami' Ambon. |
Tehel dari Italia itu merupakan
usaha sendiri dari sang Tukang Zainudin. Namun atas berbagai pertimbangan,
akhirnya tehel yang berwarna kuning kecoklatan ini dibongkar dan digantikan
dengan tehel berukuran sedikit besar yang merupakan sumbangan dari seorang
dermawan. Beruntung tehel yang terpasang di 4 Tiang utama yang juga
berasal dati negri Pizza ini masih tetap dipertahankan. Tehel untuk tiang ini,
bercorak putih kebiruan.
Tehel Italia yang dulunya
menutupi seluruh lantai masjid Jami itu, kini masih tersisa sekitar 5 meter,
yang berada ditengah-tengah luas areal dalam lantai Masjid. Sebagian bahan luar
negri yang masih ada, itu tetap akan dijaga sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari sejarah berdirinya Masjid Jami.
Disinggahi Buya Hamka
Masjid Jami memiliki banyak
sejarah. Selain arsitektur bangunan yang masih tetap dipertahankan, Masjid ini
juga pernah menjadi tempat persinggahan Ulama terkemuka, Buya Hamkah dalam
perjalanan Dakwahnya. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama ini datang ke
Kota Ambon sebelum didirikanya masjid raya Alfatah.
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara
dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
Rujukan