Minggu, 28 Juli 2019

Islam di Finlandia

Finlandia merupakan salah satu negara Republik di kawasan Baltik, Benua Eropa Bagian Utara. Wilayah utara negara ini masuk ke dalam lingkar kutub utara dengan suhu udara senantiasa membeku. Muslim di negara ini merasakan waktu puasa Romadhon yang sangat panjang karena bulan Romadhon yang jatuh di musim panas dimana matahari hanya terbenam penuh tak lebih dari 55 menit saja setiap harinya.

Finlandia atau dalam bahasa resmi setempat disebut Suomen tasavalta dan secara internasional dikenal dengan nama Republic of Finland, adalah Negara di kawasan Nordic di benua Eropa bagian utara. Negara yang tak asing lagi bagi orang Indonesia. Helsinki ibukota Finlandia menjadi saksi sejarah berahirnya konflik di Aceh dengan ditandatangani nya kesepakatan damai antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada 15 Agustus 2005.

Secara geografis, Finlandia berbatarasan darat dengan Norwegia disebelah utara, Rusia di sisi timur, dan Swedia di sebagia sisi baratnya, sedangkan sisi selatan dan sebagian sisi baratnya menghadap ke laut Baltic. Wilayah negaranya memanjang utara ke selatan, sebagian wilayah  utara negaranya masuk ke dalam lingkar kutub Utara (arctic circle) yang senantiasa bersalju dan dingin membeku.

Finlandia memiliki luas wilayah 338.424 km2 atau kira kira 6% lebih luas dari wilayah provinsi Papua (319.036km2). Finlandia terkenal sebagai Negara dengan begitu banyak danau dan pulau pulau kecil, mereka memiliki 168 ribu danau dan 179 ribu buah pulau yang tersebar di laut Baltic. Negara ini juga terkenal sebagai Negara dengan sistim pendidikan terbaik di dunia. 

Masuknya Islam ke Finlandia

Islam sudah dikenal di Finlandia sejak penghujung abad ke 19 ketika Finlandia masih merupakan bagian dari kekuasaan Rusia. Di tahun 1870 pemerintah Rusia menempatkan sekitar 1000 tentaranya di Finlandia yang semuanya berasal dari etnis Tatar yang beragama Islam. Ketika Finlandia merdeka dari Rusia di tahun 1917 seluruh anggota tentara tersebut enggan untuk kembali ke Rusia dan menetap di Finladia sehingga mereka menjadi kelompok muslim pertama di Finlandia dan dikenal dengan Muslim Tatar.

Masjid Jarvenvaa di kota dengan nama yang sama merupakan masjid pertama dan masih menjadi masjid satu satunya yang dibangun sejak awal sebagai bangunan masjid dengan bentuk bangunan masjid sebenarnya di Finlandia. Masjid Tua dari Kayu ini dibangun oleh komunitas muslim Tatar yang merupakan kelompok muslim pertama di Finlandia.
Muslim Tatar di Finlandia lambat laun mulai menyatu dengan masyarakat di sana. Integrasi mereka dengan Finlandia semakin kokoh dengan keterlibatan muslim Tatar membela Negara Finlandia dalam kancah perang dunia kedua dan menjadi symbol penerimaan dan penyatuan masyarakat muslim ke dalam masyarakat Finlandia. Pengakuan resmi dari pemerintah ditetapkan tahun 1925 pemerintah Finlandia memberi pengakuan resmi kepada mereka sebagai komunitas penganut agama Islam.

Muslim Tatar di Finlandia kini bergabung dalam organisasi Finnish Islamic Congregation (dalam bahasa Tatar disebut Finlandiya Islam Cemaati), mereka juga sudah memiliki sebuah masjid yang sekaligus juga menjadi bangunan masjid pertama Finlandia yang dibangun sejak awal untuk keperluan sebagai masjid dan tentu saja berbentuk bangunan masjid sebenarnya.

Masjid Järvenpää namanya, dinamai sesuai dengan nama kota tempatnya berada. Masjid dari kayu ini dibangun tahun 1942 dengan bentuk yang unik, dan di renovasi di tahun 2009 tanpa mengubah bentuk aslinya. 

Kehidupan Islam di Finlandia

Konstitusi Negara Finlandia memberikan pengakuan terhadap orang-orang Islam dan penganut agama lain di Finlandia diatur dalam konstitusi sejak Finlandia merdeka. Dalam konstitusi tersebut Finlandia memberi tiga pilihan model pengelolaan kehidupan beragama. Pertama, model komunitas yang sifatnya formal. Kedua, model asosiasi atau perkumpulan yang sifatnya semi formal. Dan ketiga, boleh juga bebas, tidak mengikuti dua model di atas.

Dengan tiga model yang di atur konstitusi tersebut, mendorong terbentuknya berbagai Komunitas dan asosiasi masyarakt muslim yang berorientasi kepada etnis / daerah asal muslim bersangkutan. Dapat difahami hal tersebut berhubungan langsung dengan adat tradisi dan bahasa pengantar masing suku bangsa yang ada disana. Meskipun kebanyakan masjid masjid di Finlandia menggunakan bahasa Inggris dan bahasa arab sebagai bahasa pengantar.

Masjid masjid resmi bertebaran di berbagai kota di Finlandia, namun rata rata menempati bangunan gedung publik, ataupun menempati gedung bangunan biasa, tidak berupa bangunan masjid seperti yang biasa kita kenal. Islamic Center Helsinki ini salah satunya.
Berbagai komunitas dan asosiasi muslim berdiri secara resmi di Finlandia dari berbagai latar belakang etnis termasuk muslim asli Finlandia, sampai saat ini diperkitakan sudah ada 72 komunitas muslim di Finlandia, namun sejauh ini belum terdengar ada kabar berdirinya komunitas muslim Indonesia di Finlandia meskipun menurut berbagai laporan ada sekitar 300-400an warga negara Indonesia yang tinggal di Finlandia. Pada tahun 1996 komunitas komunitas muslim tersebut membentuk Federasi Organisasi Islam di Finlandia untuk menjadi semacam organisasi Induk.

Berapa banyak kah Muslim di Finlandia

Populasi muslim yang terdaftar secara resmi sebagai pengguna masjid di Finlandia kurang lebih berjumlah 10.000 orang, sementara yang tidak terdaftar diperkirakan mencapai 60.000 orang. Dengan jumlah populasi muslim sebanyak itu, Islam termasuk agama keempat terbesar di Finlandia setelah Kristen Lutheran (82.5 persen), Kristen Ortodok (1.1 persen), Kristen Pantekosta (1 persen), dan Islam (0,9 persen).

Bertambahnya populasi muslim di Finlandia secara perlahan dalam skala kecil paska kehadiran Muslim Tatar mulai terjadi pada akhir tahun 1980an. Mereka berasal dari Afrika Selatan dan Timur Tengah. Tahun 1990, barulah terjadi migrasi besar-besaran umat Islam ke Finlandia. Sejak itu, Finlandia dikenal luas sebagai negara tujuan pencari suaka. Pola migrasi menjadi lebih beragam dan komplek. Selain alasan mengungsi, mencari suaka atau berkumpul dengan keluarga, juga alasan-alasan lain seperti studi, bekerja, dan pernikahan antaretnis.

Berdasarkan data statistik 2006, kelompok muslim terbesar yang bermigrasi ke Finlandia berasal dari Somalia (9.000), kemudian diikuti Arab (7.500), Kurdi (5.500), Kosovo Albania (5.500) dan Turki (4.000). Selain itu terdapat juga kelompok imigran dalam jumlah yang kecil. Mereka berasal dari Iran, Bosnia, India. Sementara itu, warga Indonesia yang menetap di Finlandia diperkirakan sekitar 300 hingga 400 orang. Jumlah populasi muslim di Finlandia diperkirakan akan terus meningkat seiring gejolak konflik yang terjadi akhir-akhir ini di Timur Tengah, terutama dari Afganistan, Syria, Irak, dan Libya.

Kebebasan beragama yang diatur secara tegas dalam konstitusi negara memberikan kemudahan bagi muslim di Finlandia untuk menjalankan agama termasuk untuk berdakwah dan mendirikan masjid. Muslim di Finlandia dibebaskan untuk membentuk komunitas resmi, setengah resmi atau untuk tidak bergabung dengan komunitas manapun.
Namun kehadiran imigran dari negara-negara muslim yang didera konflik tersebut sedikit banyak mulai memunculkan kekhawatiran di kalangan rakyat Finlandia, terutama generasi tua. Ancaman keamanan melalui aksi terorisme merupakan satu-satunya alasan di balik kekhawatiran itu. Apalagi baru-baru ini aksi teror marak terjadi di beberapa negara Eropa yang dulunya dikenal aman seperti Swedia, Prancis, dan Inggris.

Masjid di Finlandia

Karena aturan tentang kebebasan beragama diatur dengan jelas dalam konstitusi negara, maka kehidupan keagamaan Finlandia berjalan dengan tertib dan damai. Komunitas muslim yang telah terdaftar secara formal dengan mudah menyewa tempat untuk dijadikan sebagai masjid. Bahkan di beberapa kota, umat Islam telah membeli gedung untuk dipakai sebagai masjid. Dengan membuka aplikasi google map, anda akan dengan mudah menemukan masjid di Finlandia.

Hingga saat ini jumlah masjid di Finlandia diperkirakan mencapai 40-an masjid yang tersebar di beberapa kota seperti Helsinki, Tampere, dan Turku. Kota Helsinki sebagai Ibukota Negara sempat dikabarkan akan membangun sebuah masjid Agung, meski berita itu kemudian surut belum ada kelanjutan-nya.

Meski telah memilki begitu banyak masjid berbagai ukuran, hampir seluruh masjid tersebut menempati ruang ruang di gedung publik atau berupa bangunan biasa, bukan berupa bangunan masjid seperti yang kita kenal. Berbagai laporan menyebutkan bahwa masjid masjid di Filandia menempatai bangunan bekas Bank dan gedung bioskop yang sudah tidak terpakai. Masjid Järvenpää yang sudah disebutkan di alenia sebelumnya adalah satu satunya “bangunan masjid” sebenarnya seperti yang biasa kita kenal yang ada di Finlandia.

Program kontra Islamphobia

Pemerintah Finlandia dengan berbagai program telah berusaha mengurangi resiko atas kehadiran para imigran muslim tersebut. Salah satunya melalui program integrasi sosial. Setiap imigran diharapkan dengan cepat menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat Finlandia. Mereka diberikan semacam uang jaminan sosial, jaminan kesehatan, kursus bahasa, dan berbagai macam pelatihan yang akan memberi dampak ekonomi terhadap mereka.

Soumen Islam Seurakanta adalah salah satu kelompok komunitas muslim di Finlandia yang memiliki fasilitas masjid dan Islamic Center di pusat kota Helsinki. Masjid dan pusat ke-Islaman mereka menempati lantai atas salah satu pusat bisnis di kota Helsinki. Kalimat Tauhid yang terukir di dinding gedung ditambah dengan ornamen bulan sabit di atap gedung menjadi penanda keberadaan masjid ini.
Dampak dari program integrasi sosial sekarang ini dapat dilihat dari generasi pertama imigran muslim Somalia, Kurdi, dan Kosovo. Mereka telah bekerja di berbagai sektor. Sementara anak-anaknya mendapatkan akses pendidikan yang luas tanpa dipungut biaya hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Cara Finlandia memperlakukan orang-orang Islam yang terusir dari negaranya patut diacungi jempol. Meski 82.5 persen rakyatnya menganut Kristen Lutheran, tapi mereka tetap memberi tempat dan memperlakukan dengan baik penganut agama lain, termasuk orang-orang Islam. Karena itu barangkali wajar jika Finlandia selalu berada dalam rangking teratas negara paling makmur, aman, dan damai di dunia.

Perkembangan Islam di Finlandia

Sejak tahun 2011 Finlandia mulai memperkenalkan buku teks pendidikan Islam untuk digunakan dalam sistem pendidikan sekolah sekolah umum di Negara itu. Buku berjudul Salam Islamin Polku ("salam-jalan Islam") itu diperuntukkan bagi siswa kelas satu dan dua sekolah dasar. Buku tersebut mengajak siswa belajar dengan meneladani dua karakter yang dibuat mewakili anak Muslim Finlandia, Fatima dan Adam yang alur ceritanya disesuaikan dengan latar kehidupan di Finlandia.

Di sekolah-sekolah Finlandia, para siswa harus mengikuti pelajaran agama, sedangkan para siswa yang tidak menganut agama harus menghadiri kelas etika. Sebelumnya, untuk mengajarkan Islam, pengajar di Finlandia hanya berbekal panduan semacam handbook yang berlaku untuk semua kelas. Di tahun yang sama muslim di Finlandia mengajukan permohonan kepada pemerintah setempat untuk mendirikan semacam perguruan tinggi khusus untuk para imam masjid.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Masjid Murmansk, Masjid Kutub Utara di Rusia

Murmansk, adalah ibukota Oblast Murmansk, wilayah Rusia di Semenanjung Kola, seluruh wilayah Murmansk Oblast berada di dalam lingkar kutub utara dengan suhu udara rata rata selalu dibawah titik 0 derajat selsius.

Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar kedua di seluruh wilayah Republik Federasi Russia setelah pemeluk Agama Kristen Ortodox. Jumlah pemeluk Islam mencapai 9.400.000 jiwa atau sebesar 6,5% dari keseluruhan jumlah penduduknya. Jumlah tersebut didasarkan kepada survey secara nasional yang diselenggarakan pada tahun 2012.

Jumlah tersebut juga tidak memasukkan dua wilayah federal dengan penduduk mayoritas muslim yakni Republik Chechnya dan Republik Ingushetia yang pemeluk Islamnya diperkirakan mencapai dua juta jiwa. Sehingga dipastikan bahwa jumlah pemeluk agama Islam di Rusia jauh lebih besar dari angka 9,4 juta jiwa.

Cukup menarik bahwa dari seluruh muslim di Rusia, 6.700.000 muslim disana atau sekitar 4.6% dari jumlah penduduknya tersebut tidak mengikuti salah satu mazhab manapun. Islam diakui dalam tatanan hukum maupun oleh para petinggi politik di Negara itu sebagai salah satu agama yang sudah menjadi bagian tradisi Negara, bagian dari warisan sejarah bangsa dan di subsidi oleh pemerintah. Sejarah Islam di Rusia sudah berakar sejak Negara itu masih berbentuk sebuah kekaisaran.

Kota Murmansk merupakan kota terbesar di seluruh wilayah lingkat kutub utara.

Matahari Tengah Malam di Murmansk

Kota Murmansk adalah ibukota Oblast (semacam provinsi) Murmansk di Rusia bagian barat laut, lokasinya berada di dalam lingkar Kutub Utara. seluruh wilayah Oblastnya berada di Semenanjung Kola, secara geografis seluruh wilayah daratan Oblast Murmansk ini juga merupakan bagian dari daratan Lapland yang meliputi empat wilayah Negara yang terdiri dari Norwegia, Finlandia, Swedia dan Rusia.

Karena letak geografis tersebut Oblast Murmansk berbatasan dengan darat langsung dengan wilayah daratan Kerajaan Norwegia dan Republik Finlandia di sebelah barat, dan sebelah utaranya menghadap ke laut Barent di kutub utara. Seluruh wilayah ini merupakan wilayah dengan suhu udara yang selalu dingin membeku dan tentu saja tidak ramah bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan iklim tropis yang hangat sepanjang tahun.

Karena iklimnya, Murmansk terkenal sebagai kota yang sepanjang tahun mengalami 40 hari tanpa matahari dan 60 hari tanpa malam. Di Murmansk dan wilayah Rusia utara lainnya hanya dikenal istilah malam kutub dan hari kutub (atau disebut juga matahari tengah malam). Hari kutub terjadi ketika matahari tidak pernah tenggelam di balik cakrawala, melainkan hanya tampak "berputar" di sekitar langit selama berhari-hari (22 Mei – 22 Juli).

Masjid di kota Murmansk berbentuk bangunan biasa seperti kebanykan bangunan lainnya. nyaris tak ada penanda dan petunjuk apapun dibangunan ini selain tulisan kecil dibangunan dan ada spanduk berbahasa Arab di area parkirnya. (foto dari gmap).
Di hari kutub yang tak pernah gelap itu, warganya sendiripun seringkali bingung untuk membedakan waktu, apakah saat ini sedang malam atau siang hari karena mataharinya masih bersinar kendati sudah dinihari. Suasana terbalik ketika malam kutub saat matahari tak pernah terbit. Suasana seperti fajar terjadi selama 40 hari penuh.

Islam di Murmansk

Oblast Murmansk memiliki populasi penduduk 795,409 jiwa (sensus 2010) dan satu persen dari jumlah tersebut merupakan pemeluk agama Islam. Berdasarkan data demografi Oblast Murmansk, Islam memiliki potensi yang sangat besar untuk lebih berkembang di wilayah tersebut. Merujuk kepada data kependudukannya tahun 2012, disebutkan bahwa 41,7% penduduknya menganut Agama Kristen Ortodox, sekitar 5% menganut agama Kristen lainnya (termasuk Katholik) dan penganut kepercayaan tradisi setempat.

Data tahun 2012 tersebut juga menyebutkan porsi sangat besar dimana 12% masyarakatnya menganut faham Atheis, 28% mengaku memiliki keyakinan spiritual namun tidak menganut agama apapun, ditambah dengan 12,5% yang tidak menyebutkan kepercayaan atau agamanya. Hal tersebut tentunya menjadi peluang yang sangat besar bagi perkembangan Islam disana selanjutnya.

Ruang sholat Masjid Al-Rihlah kota Murmansk.
Karena iklimnya yang hanya ada “hari dan malam kutub” muslim di Murmansk dan kawasan Rusia utara lainnya mengalami puasa yang teramat panjang di bulan Romadhon yang justru jatuh di musim panas sehingga waktu puasanya teramat panjang. Karenanya muslim disana menyandarkan waktu puasa mereka mengikuti Negara Islam terdekat (Turki) atau malah ada yang mengikuti waktu puasa di Arab Saudi.

Masjid Murmansk dan Masjid Kutub Utara Rusia Lainnya

Kota Murmansk sudah lama memiliki sebuah bangunan masjid. Dan masjid di Kota Murmansk ini bukan satu satunya masjid di Rusia yang lokasinya berada di Lingkar Kutub Utara. Di kota Norilsk di wilayah Siberia Utara sudah lama terkenal dengan Masjid Nord Kamal.

Kota Norilsk terkenal sebagai kota pertambangan dengan tingkat polusi yang sangat parah, menjadikannya sebagai kota dengan pencemaran udara paling buruk di dunia, dan kota itu kini tertutup bagi pengunjung kecuali dengan izin khusus. Klik disini untuk membaca artikel Masjid Nord Kamal.

Masjid Murmansk


Tidak banyak informasi menyangkut masjid di kota Murmansk di wilayah Oblast Murmansk, Rusia, ini. Namun dengan mudah anda akan menemukannya di google map cukup dengan mengetikkan kata “Murmansk Mosque’, Google map akan menampilkan satu satunya masjid di kota itu dengan nama Masjid Al-Rihlah dalam Aksara Arab.

Bangunan masjid Murmansk berbentuk bangunan biasa seperti bangunan bangunan lain disekitarnya. Awalnya bangunan ini memiliki  luas sekitar 300 meter persegi. Terdiri dari dua lantai, dan hanya lantai duanya yang gunakan sebagai ruang sholat bagi Jemaah pria dan wanita.

Pada bulan September 2013 masjid ini kemudian di renovasi ruangan sholat Jemaah pria dan wanita dipisahkan, bangunan masjid juga dilengkapi dengan tempat berwudhu, ruang kelas dan dapur dan ruang istirahat, masjid ini kemudian juga dilengkapi dengan kantor Imam-khatib dan kantor pengurus komunitas muslim setempat. Ruang sholat utama ditempatkan di lantai satu.

Masjid A-Rihlah di Kota Murmansk ini menjadi Masjid kedua di wilayah kutub utara di Rusia setelah Masjid Nord Kamar di kota Nurilsk.
Bangunan masjid Murmansk terlihat selayaknya bangunan lain di kota Murmansk, tanpa kubah, tanpa menara dan penanda lainnya yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan sebuah masjid. Hanya tulisan kecil dalam aksara rusia itu yang barangkali menjadi penunjuk serta spanduk besar disebelahnya yang menjadi penanda.

Karena keterbatasan informasi, bukan tidak mungkin Masjid Al-Rihlah di Murmask ini bukanlah satu satunya masjid di kota Murmansk ataupun di seluruh wilayah Oblast nya. Mengingat jumlah muslim disana yang mencapai satu persen atau sekitar 7 hingga 8 Ribu jiwa***.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid di Kutub Utara lain nya



Sabtu, 27 Juli 2019

Masjid Ali Bin Abi Thalib – Madinah

Masjid serba putih, Masjid Ali Bin Abi Thalib di kota Madinah, dibangun atas lahan bekas rumah Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan istrinya tercinta Fatimah Az-Zahra yang juga merupakan Putri Rosulullah S.A.W.

Masjid Ali bin Abi Thalib merupakan satu dari tiga masjid bersejarah yang berada di sebelah barat Masjid Nabawi bersama sama dengan Masjid Al-Ghamamah dan MasjidAbu Bakar Siddiq R.A. Lokasi Masjid ini hanya terpaut sejauh sekitar 100 meter sebelah barat dari gerbang nomor 7 pelataran masjid Nabawi setelah perluasan dan sekitar 122 meter ke utara dari Masjid Al-Ghamamah. Lokasi Masjid Ali bin Abi Thalib berada di sisi selatan ruas jalan As-Salam, ruas jalan yang berahir ke gerbang Nomor 7 pelataran Masjid Nabawi.


Masjid Ali Bin Abu Thalib tidak lagi digunakan sebagai tempat ibadah, karena lokasinya yang berdekatan dengan Masjid Nabawi, semua aktivitas sholat lima waktu dialihkan ke Masjid Nabawi. Pintu masjid ini selalu terkunci, namun tetap menarik perhatian Jemaah dari berbagai Negara untuk sekedar berkunjung. Sayangnya ada saja Jemaah yang melakukan perbuatan kurang terpuji dengan mencoret coret tembok masjid ini terutama di sisi sekitar pintu gerbang sisi timur masjid.




Sejarah Masjid Ali Bin Abu Thalib

Menurut riwayat, Nabi pernah sholat Ied di tempat ini. sementara riwayat yang lain menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di teratak rumah Khalifah Ali Bin Abi Thalib bersama istrinya Fatimah Az-Zahra yang merupakan putri kesayangan Rosulullah S.A.W. itu sebabnya masjid ini dinamai dengan nama Masjid Ali Bin Abu Thalib.

Bersamaan dengan dimulainya proyek perluasan Masjid Nabawi, masjid Ali Bin Abi Thalib dan dua masjid lainnya di lokasi yang berdekatan sempat dikabarkan akan di gusur, namun ternyata berita itu tak terbukti, masjid Ali Bin Abu Thalib masih berdiri ditempatnya meski tidak dibuka untuk umum. Semua aktivitas sholat berjamaah lima waktu dialihkan ke Masjid Nabawi karena memang lokasinya yang tidak berjauhan. Dan memang tidak ada anjuran ataupun keistimewaan untuk melakukan sholat di masjid ini.

Masjid Ali Bin Abu Thalib di tepi jalan Assalam dilihat dari arah pintu gerbang nomor 7 pelataran Masjid Nabawi. di sebelah kanan foto tepat disamping gerbang sebelah kanan terdapat gedung Museum Assalam.

Sejarah Pembangunan Masjid Ali Bin Abu Thalib

Masjid Ali Bin Abi Thalib pertama kali dibangun ole Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang memerintah di Madinah sebagai pengingat sejarah tempatnya berdiri. Bangunan tersebut kkemudian direnovasi oleh Gubernur Dhaigham Al-Manshuri, Gubemur Madinah tahun 881 H. Setelah itu juga direhab oleh Sultan Abdul Majid I pada saat Arab Saudi menjadi bagian dari wilayah Khalifah Turki Usmani yang berpusat di Istanbul. Renovasi terhadap masjid ini kembali dilakukan tahun 1269 H.

Dimasa kekuasaan kekuasaan Kerajaan Arab Saudi, Masjid Ali Bin Abu Thalib kembali  direnovasi oleh Raja Fahd pada tahun 1411 H, sebagaimana dijelaskan pada prasasti yang dipasang ditembok pagar disamping gerbang timur masjid. Raja Fahd memperluas masjid ini hingga mencapai 682 m2 dengan menara setinggi 26 meter.

Sisi depan Masjid Ali Bin Abu Thalib menghadap ke jalan As-Salam, tampak dua gerbang pagarnya yang selalu tertutup dan terkunci rapat. Kini ada mesin ATM di depan masjid di area pedesterian, disebelah kanan gerbang utama-nya.

Arsitektur Masjid Ali Bin Abu Thalib

Masjid Ali Bin Abu Thalib terdiri dari bangunan utama, satu menara, gerbang dan pagar keliling serta kamar mandi. Bangunan utama masjid ini dilengkapi dengan serambi dengan lima lengkungan berceruk dalam bentuk senada. Pintu utama berada di lengkungan tengah, empat lengkungan lain terdapat jendela berbentuk segi empat. Pintu masjid ini sejajar dengan gerbang utama masjid yang menghadap ke jalan raya As-Salam di sebelah utara masjid.

Bangunan utama masjid ini memanjang timur barat sepanjang 35 meter dengan lebar 9 meter. Dengan tembok massif warna putih tanpa kanopi. Bagian atapnya dilengkapi dengan tujuh kubah. Satu kubah utama sedikit ditinggikan dibagian tengah dengan denah segi delapan,sementara enam kubah lainnya mengapit di sisi kiri dan kanan masing masing berdenah segi empat.

Masa kini Masjid Ali Bin Abu Thalib, berdiri diantara jejeran gedung gedung hotel yang berjejer di sekitar Kompleks Masjid Nabawi.
Sisi kiblat masjid Ali Bin Abi Thalib berada di sisi selatan karena memang kota Madinah berada di sebelah utara kota Mekah. Mihrab masjid ini berada dibagian tengah sisi kiblat berupa sebuah cerukan sedalam 1.25 meter di tembok sisi selatan yang sedikit dibangun menonjol kesisi luar, setinggi sekitar tiga meter. Dinding sisi selatan masjid ini dilengkapi dengan beberapa penopang tembok di sisi luar.

Secara keseluruhan masjid Ali Bin Abu Thalib ini memiliki langgam bangunan yang mirip dengan Masjid Al-Ghamamah, namun menaranya dibangun serupa dengan menara MasjidAbu Bakar Assidiq, berupa menara berdenah segi delapan dengan satu balkoni dan bagian puncaknya berbentuk kerucut lancip layaknya bangunan menara gaya Usmani. Satu menaranya ini dibangun di sudut tenggara masjid menempel ke tembok masjid.

Bangunan kamar mandi dan tempat wudhu dibangun di sebelah barat bangunan utama. Sekeliling masjid ini kini dilengkapi dengan pagar tembok dan dua gapura. Gapura utama di sisi utara dan gapura kedua di sisi timur. Pintu pagar di dua gerbang ini kini selalu dalam keadaan terkunci. Di bagian depan masjid di tengah jalur pedestrian kini berdiri 4 unit bangunan ATM berdenah segi delapan.***

Masjid Ali Bin Abu Thalib dengan latar depan arkade Hotel Aramas yang berada diseberang jalan masjid Ali bin Abu Thalib.
Aerial view Masjid Ali Bin Abu Thalib dari sisi selatan (sisi kiblat) tampak area mihrabnya yang sedikit menonjol keluar dari tembok masjid dibagian tengah.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 21 Juli 2019

Masjid Abu Bakar Siddiq .R.A – Madinah

Meskipun berhubungan dengan sejarah perkembangan Islam di masa Rosulullah, namun keberadaan bangunan masjid Abu Bakar Siddiq ini baru berdiri di masa pemerintahan Khalifah Ummar Bin Abdul Aziz. Jauh setelah Rosulullah wafat.

Masjid Abu Bakar Siddiq R.A.merupakan salah satu dari tiga masjid tua bersejarah yang “tempatnya berdiri” berhubungan erat dengan sejarah awal perkembangan risalah Islam di kota Madinah. Lokasi masjid Abu Bakar Assidik berada di sisi barat daya Masjid Nabawi. Pelataran Masjid Nabawi setelah perluasan hanya berjarak beberapa meter dari masjid ini.

Lokasi Masjid Abu Bakar Assidiq ini sangat berdekatan dengan Masjid Ghamama dan Masjid Ali. Hanya terpaut sekitar 40 meter dari Masjid Ghamama dan pada saat pemerintah Arab Saudi meluncurkan proyek perluasan Masjid Nabawi, tiga masjid ini sempat menjadi buah bibir karena disebut sebut akan dibongkar untuk keperluan proyek perluasan Masjid Nabawi. Namun saat proyek perluasan berlangsung, pemerintah Arab Saudi justru merenovasi masjid masjid bersejarah ini.

Masjid Abu Bakr Siddeeq RA
Al Haram, Madinah 42311, Arab Saudi



Renovasi yang dilakukan pemerintah Saudi lebih kepada perbaikan masjid dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya serta melakukan penataan kawasan disekitar masjid ini sehingga tampak lebih apik serta disinkronkan dengan kawasan Masjid Nabawi. Keseluruhan kawasan disekitar tiga masjid ini dirapikan dengan dilapis dengan lantai batu dari berbagai jenis ditambah dengan bangku bangku dari batu dan penanaman pepohonan pelindung.

Pada saat proses renovasi masjid masjid ini ditutup termasuk masjid Abu Bakar Assidiq, dan kemudian dibuka lagi untuk umum setelah renovasi dan proyek penataan selesai dilaksanakan. Namun demikian tidak seperti Masjid Al-Ghamamah yang pintunya selalu dibuka sehingga Jemaah bisa masuk ke dalam masjid, Masjid Abu Bakar ini pintunya tidak pernah dibuka untuk umum.

Masjid Abu Bakar Siddiq di latar depan, di belakang sebelah kanan adalah masjid Al-Ghamamah, jauh di belakangnya sebelah kiri atas foto adalah sisi paling selatan pelataran Masjid Nabawi. 
Beberapa Jemaah yang datang kesana dan sepertinya memang berniat untuk sholat di masjid ini tampak melakukan ibadah shoat sunnat di depan pintu masjid. Tiga masjid bersejarah ini memang tidak lagi menyelenggarakan sholat lima waktu, karena sudah dialihkan ke Masjid Nabawi yang kini sudah begitu dekat terutama setelah proyek perluasan.

Sejarah Masjid Abu Bakar Siddiq

Ada dua versi tentang latar belakang sejarah Masjid Abu Bakar, versi pertama menyebutkan bahwa di lokasi masjid ini, Khalifah Abu Bakar Siddiq semasa hidupnya pernah menyelenggarakan sholat Hari Raya bersama Rosululah dan muslim terdahulu. Versi kedua menyebutkan bahwa dilokasi tempat masjid ini berdiri dulunya merupakan rumah kediaman Abu Bakar Siddiq. R.A. Bisa jadi kedua peristiwa tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya.

Karena tidak lagi difungsikan sebagai tempat ibadah, pintunya pun selelu terkunci, masjid Abu Bakar Siddiq ini kini lebih sebagai tugu peringatan sejarah dari tempatnya berdiri.
Karena latar belakang sejarah tersebutlah, masjid ini dibangun di lokasi ini. Kemudian dibangun sebuah masjid untuk megenang sejarah tersebut oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sekitar tahun ke 50H. Masjid tersebut kemudian dibangun ulang dalam bentuknya sekarang oleh Sultan Mahmud Khan al-Utsmani (Sultan Mahmud II, wafat tahun 1255 H/ 1839M).

Bangunan masjid dari masa Sultan Mahmud Khan Al-Usmani tersebut kemudian direnovasi oleh Raja Fahd tahun 1411H tanpa mengubah bentuk aslinya. Luas Masjid Abu Bakar Siddiq ini berukuran 19.5 x 15 m, lebih kecil dibandingkan dengan Masjid Al-Ghamamah.

Karena tidak difungsikan sebagai tempat ibadah dan pintunya pun selalu terkunci, Masjid Abu Bakar Siddiq ini kini lebih sebagai sebuah bangunan prasasti pengingat sejarah masa lampau. Meski bangunannya terawatt dengan baik, beberapa bagian masjid terutama pada bagian pintu terdapat banyak sekali coretan coretan baik dengan hurup arab maupun dengan hurup latin. Entahlah apa tujuan dari orang orang pelaku pencoretan tersebut.

Gaya Byzantium (Romawi Timur) sangat kental pada bentuk kubah tunggalnya.

Arsitektur Masjid Abu Bakar Siddiq

Masjid Abu Bakar Siddiq dibangun dalam gaya klasik era awal Usmaniyah. Terdiri dari dua bangunan yakni bangunan masjid dengan kubah besar haya Byzantium di atapnya, ditambah dengan satu menara degan satu balkoni berukiran qurnis dan ujung menara nya dibuat lancip seperti lazimnya masjid masjid Usmani. Menara ini dibangun disi utara menempel dengan bangunan masjid. Fasad depannya dilapis dengan batu batu alam hitam.

Ada dua pintu akses di masjid ini yang sedikit masuk ke dalam tembok bangunan membentuk sebuah ceruk berlengkung yang tak terlalu dalam. Dua pintu ini dibuat senada, terbuat dari bahan kayu tanpa ornamen. Pintu utama berada ditengah dengan bukaan yang berukuran lebih besar, dibagian atasnya terdapat tulisan nama masjid ini dalam aksara arab.***

Detail bagian atas pintu utama Masjid Abu Bakar Siddiq.
Batu batu basal pada fasad depan Masjid Abu Bakar Assidiq yang tampak sudah begitu tua termakan waktu.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 20 Juli 2019

Masjid Al-Ghamamah Madinah

Masjid Al-Ghamamah merupakan salah satu masjid bersejarah di kota Madinah, di lokasi tempat masjid ini berdiri pernah menjadi tempat Rosulullah melaksanakan sholat Istisqo' (sholat meminta hujan) dan setelah itu awang mendung (Al-Ghomammah) pun menggelayut diatas tempat itu.

Masjid Al-Ghamamah adalah salah satu masjid bersejarah di kota Madinah, Arab Saudi. Lokasi masjid ini berada sekitar 300 meter sebelah barat daya Masjid Nabawi, tak bejauhan dengan Masjid Abu Bakar Siddiq R.A dan Masjid Ali Bin Abi Thalib R.A. Bangunan masjid ini dibangun untuk mengenang beberapa peristiwa penting dimasa kehidupan Rosulullah S.A.W. dan peristiwa peristiwa penting tersebut juga yang hingga kini melekat sebagai nama masjid ini.

Masjid ini bersama masjid masjid bersejarah yang berada disekitar Masjid Nabawi lainnya sempat di kabarkan berbagai media, akan di gusur oleh pemerintah Arab Saudi dalam rangka proyek perluasan Masjid Nabawi. Hal tersebut lebih kepada ke khawatiran akan lenyapnya situ situs sejarah Islam disana seperti yang sudah dilansir berbagai media bagaimana mega proyek perluasan Masjidil Haram di kota Mekah telah menyebabkan lenyapnya situs situs sejarah disana.



Namun, hingga tulisan ini kami muat, masjid masjid bersejarah disekitar Masjid Nabawi masih berdiri kokoh ditempatnya dengan bentuk aslinya dan pemerintah Arab Saudi juga telah melakukan langkah langkah konservasi terhadap bangunan bangunan tersebut termasuk renovasi dan penataan kawasan disekitarnya bersamaan dengan proyek perluasan Masjid Nabawi.

Lokasi Masjid Al-Ghamamah saat ini hanya terpaut beberapa meter dari sudut barat daya areal pelataran Masjid Nabawi paska perluasan. Sehingga komplek Masjid Nabawi pun terlihat jelas dari masjid ini begitupun sebaliknya. Lokasi masjid Al-Ghamamah juga berdekatan dengan dua masjid bersejarah lainnya yakni Masjid AbuBakar Sidik dan Masjid Sahabat Ali bin Abi Thalib.

Nama dan Sejarah Masjid Al-Ghamamah

Disebut sebagai masjid Al-Ghamamah yang berarti awan mendung, di lahan masjid ini berdiri merupakan tempat Rosulullah S.A.W melaksanakan Sholat Istisqo’ untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Dan segera setelah pelaksanaan sholat awan mendung pun datang menggelayut disusul dengan turun-nya hujan. Itu sebabnya sampai kini masjid ini disebut Masjid Al-Ghamamah, mengabadikan peristiwa di masa Rosulullah tersebut.

Masjid Al-Ghomamah paska renovasi bersamaan dengan proyek perluasan Masjid Nabawi. 
Masjid ini juga disebut sebagai masjid Id atau masjid Hari Raya, karena dalam sejarahnya, lokasi tempat masjid ini berdiri merupakan tempat Nabi Muhammad S.A.W melaksanakan sholat hari raya di empat tahun terahir kehidupan Beliau. Perlu di ketahui bahwa pada masa Rosulullah di tempat ini hanyalah tanah lapang yang beliau gunakan untuk melaksanakan sholat, belum berbentuk sebuah bangunan masjid.

Di lokasi ini atau di lokasi yang berdekatan dengan lokasi masjid ini, Rosulullah S.A.W pernah melaksanakan sholat jenazah bagi Najashi. Beliau adalah Kaisar Aksum di Abbysinia (kini Ethiopia). Dalam riwayat disebutkan bahwa Najashi adalah seorang raja di kerajaan Aksum di Ethiopia yang beragama Kristen, namun menyambut baik kedatangan kaum muslimin yang mengungsi ke negerinya menghindar dari kekejaman kafir Quraisy Mekah. Dikemudian hari Najashi pun berikrar masuk Islam.

Ketika Najashi wafat, tak ada siapapun yang bersedia memimpin sholat jenazah baginya dan kemudian Rosulullah yang men-sholatkan beliau secara ghaib. Peristiwa ini merupakan satu satunya peristiwa Rosulullah melakukan sholat ghaib atau sholat jenazah tanpa kehadiran dari jenazah yang di sholatkan.

Di latar belakang terlihat jelas masjid Nabawi dan pelatarannya setelah proyek perluasan, tampak gemerlap dengan lampu lampu yang menyinarinya di malam hari.
Peristiwa tersebut terekam dalam salah satu hadist Rosulullah;

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengumumkan kematian Al-Najasyi pada hari kematiannya. Kemudian, beliau keluar menuju tempat shalat. Lalu, beliau membariskan shaf, kemudian bertakbir empat kali. (HR Bukhari dan Muslim).

Pembangunan Masjid Al-Ghamamah

Masjid Al-Ghamamah pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz di Madinah antara tahun 89 hingga tahun 93 Hijriah (jangan sampai keliru dengan Khalifah Umar Bin Khattab). Bangunan tersebut kemudian direnovasi oleh Sultan dinasti Mamluk, Sultan Hasan bin Muhammad bin Qalawan Ash-Shalihi sebelum tahun 761 Hijriah. Kemudian perbaikan perbaikan oleh Syarif Saifuddin Inal Al-Ala'i pada tahun 861 Hijriah.

Setelah itu, Sultan Abdul Majid I semasa kekuasaan Khalifah Islamiyah di Istabul – Turki pada tahun 1275 Hijriah / 1859 melakukan renovasi ke bentuk masjidnya seperti saat ini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan di renovasi kembali oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud, selaku Raja Saudi Arabia.

Payung payung sedang mengembang di pelataran Masjid Nabawi, tampak di latar belakang masjid Al-Ghamamah.
Masjid Al-Ghamamah kembali direnovasi secara menyeluruh oleh pemerintah Arab Saudi bersamaan dengan perluasan Masjid Nabawi dengan membangun dan menata kawasan disekitar masjid ini yang disinkronkan dengan Masjid Nabawi, yang pelataran sisi selatan-nya kini sudah sangat dekat dengan masjid Al-Ghamamah, karenanya Masjid Al-Ghamamah ini tidak lagi digunakan untuk penyelenggaraan sholat lima waktu yang sudah dialihkan ke Masjid Nabawi.

Arsitektur Masjid Al-Ghamamah

Masjid Al-Ghamamah ini dibangun dalam arsitektur bangunan masjid bergaya klasik, tidak seutuhnya bergaya usmani meski sempat berada di bawah kekuasaan dinasti Turki Usmani. Denah bangunannya berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; bagian beranda dan ruang shalat utama. Berandanya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter, di bagian atapnya dilengkapi dengan lima kubah, dilengkapi dengan lengkungan lengkungan.

Ruang sholat berukuran panjang 30 meter dan lebar 15 meter, ruangannya seolah terbadi dua oleh jejeran pilar pilar berlengkung penyanggah struktur atap. Bagian atapnya terdapat enam kubah, atap masjid dibangun lebih tinggi dibandingkan atap bagian berandanya. Enam kubah diatap masjid ini dibangun dua jejer dengan kubah paling besar berada di bagian atas area mihrab yang menghadap ke selatan. Karena posisi Kota Madinah berada disebelah utara dari Ka’bah di kota Mekah, arah kiblat masjid ini menghadap ke selatan.

Gaya bangunan masjid masjid tua Turki sangat kental pada gaya bangunan Masjid Al-Ghamamah karena memang dibangun pada masa kekuasaan Turki Usmani.
Bentuk jendela nya sangat khas, perpaduan dua jendela dengan bagian atas berbentuk oval dibagian atasnya ditempatkan satu jendela bundar. Padanan jendela jendela ini ditempatkan di semua sisi masjid. Pintunya dibuat dari kayu yang dihias ukiran khat Utsmani. Masjid Al-Ghamamah dilengkapi dengan satu menara yang dibangun menyatu dengan bagian masjid di pojok barat laut bangunan utama.

Secara keseluruhan sisi luar Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi***.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga