Sabtu, 20 April 2019

Masjid Kizimkazi, Zanzibar

TERTUA DI ZANZIBAR, Masjid Kizimkazi ini dikenal sebagai masjid tertua di Zanzibar, meskipun bentuknya sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal, lebih mirip bangunan rumah biasa. Masjid Kizimkazi juga tidak dilengkapi dengan menara.

Zanzibar adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai timur benua Afrika, secara administratif pulau ini merupakan bagian dari Republik Tanzania dengan status Semi Otonom. Dengan statusnya itu, Zanzibar memiliki pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh seorang presiden. Islam di Zanzibar merupakan agama terbesar di Negara bagian itu, sangat berbeda dengan wilayah Negara Tanzania lainnya yang berada di daratan utama benua Afrika.

Berbeda dengan wilayah daratan Tanzania, mayoritas penduduk Zanzibar beragama Islam dengan segala tradisi dan budayanya. Kehidupan keseharian di Zanzibar tidak jauh berbeda dengan wilayah dengan penduduk mayoritas muslim di belahan dunia lainnya. Sektor Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan negara bagian ini dengan menawarkan keindahan panorama-nya.

Masjid Pertama dan Tertua di Zanzibar

Masjid Kizimkazi berada di ujung selatan pulau Zanzibar di Tanzania dan merupakan salah satu masjid tertua di pantai timur benua Afrika. Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Kizimkazi meskipun sebenarnya berada di wilayah Dimbani bukan di Kizimkazi yang terpaut jarak hingga tiga mil. Hanya saja nama kedua nama tempat tersebut sama sama menggunakan nama Kizimkazi sebagai nama depan desanya yakni Kizimkazi Dimbani dan Kizimkazi Mtendeni.

Kizimkazi Dimbani Mosque
Kizimkazi Dimbani, Zanzibar, Tanzania


Merujuk kepada inskripsi berpola Kufik yang ada dimasjid ini diperkirakan masjid ini dibangun tahun 1107 oleh pemukim disana yang berasal dari wilayah Shiraz atas perintah dari Sheikh Said bin Abi Amran Mfaume Al Hassan bin Muhammad.

Meskipun inskripsi dan sebagian besar elemen dekorasi pahatan batu di masjid ini masih asli berasal dari periode pembangunannya namun bangunan yang kini berdiri merupakan bangunan yang dibangun ulang pada abad ke 18 yang lalu tepatnya antara tahun 1772-1773.

Cukup menarik bahwa masjid ini sedikit terdapat sentuhan seni bangunan Persia karena memang Islam masuk ke Zanzibar dibawa oleh para pedagang muslim dari Persia dan dari Arabia yang terpisah sejauh 5633 km jauhnya disebelah utara dari Zanzibar. Selain sentuhan seni Persia masjid ini juga ditemukan sentuhan seni Swahili.

Mihrab dan dinding sisi kiblat Masjid Kizimkazi. terlihat sederhana, dengan ornamen yang sulit untuk dibaca.

Sebagian besar bangunan masjid yang kini berdiri, tidak tampak layaknya sebagai bangunan tua dengan adanya bagian tembok dinding baru di sisi timur dan atap seng gelombang yang digunakan sebagai atap nya.

Namun dibagian luar masjid terdapat beberapa makam tua dengan beberapa inskripsi yang menunjukkan bahwa mereka adalah para tokoh muslim yang dimakamkan disana, diantaranya yang paling dikenal luas adalah Sheikh Ali bin Omar, seorang ulama yang hanya memiliki satu kaki dan satu tangan. Beberapa makam tersebut dihias dengan pilar dan salah satunya di beri atap.

Di halaman depan masjid ini terpampang satu papan pengumuman status masjid ini sebagai benda cagar budaya dari Departemen arsip, Musium dan Purbakala Zanzibar yang juga berisi penjelasan singkat tentang masjid ini. papan pengumuman tersebut menjelaskan bahwa :

. . . . . “Hasil dari penggalian menunjukkan bahwa Masjid Kizimkazi ini merupakan masjid tertua di Zanzibar yang masih berfungsi sebagaimana mestinya hingga kini, pembangunan kembali masjid ini di abad ke 18 menggunakan pondasi dari bangunan masjid asli dan tembok dinding utara merupakan elemen asli dari bangunan pertama yang masih berdiri. Dikemudian hari diketahui dari inscripsi kufik yang ada di sisi kiri mihrab diketahui bahwa bangunan pertama masjid ini dibangun tahun 500H atau bertepatan dengan tahun 1107 Miladiyah. Inskripsi tersebut merupakan peringatan pembangunan kembali bangunan masjid tersebut oleh Sheikh Abu Musa Al-Hassan Bin Muhammad.

ornamen di dinding sisi kiblat Masjid Kizimkazi.
Sementara itu, inskripsi yang lain yang berdekatan (disebelah kanan mihrab) ditulis dengan hurup arab dan menyebutkan angka tahun 1184Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1770 Miladiyah saat bangunan masjid ini dibangun kembali. Di sebelah luar masjid terdapat sebuah sumur yang digali untuk kepentingan jemaah untuk berwudhu.

Disekitar masjid ini juga terdapat beberapa makam para Syarif atau mereka yang merupakan keluarga Nabi Muhammad S.A.W, termasuk Sheikh Ali Umar, Sayyid Abdullah Said Bin Sharif, maulana Bin Muhammad dan putri nya Mfaume Ali Umar sang penjaga drum kota.” . . . .

Restorasi Masjid Kizimkazi

Ditahun 2008 Kedutaan besar Amerika Serikat di Tanzania mengucurkan dana bantuan untuk restorasi tiga masjid tua di Tanzania termasuk Masjid Kizimkazi. Bantuan tahun 2008 tersebut digunakan untuk memperbaiki dan merestorasi atap masjid, langit langit masjid, pintu dan jendela termasuk juga bagian mihrab masjid. Restorasi tersebut juga memperbaiki jaringan listrik masjid, perbaikan penerangan listrik di dalam masjid, penambahan kipas angin, pengecatan dan penggantian karpet masjid.

Masjid Kizimkazi di usianya yang sudah kuno masih difungsikan sebagai pusat aktivitas warga muslim disana. Beberapa bagian masjid ini memang telah mengalami kerusakan karena kurang perawatan. Beberapa bagian rusak dan bocor karena cuaca dan usia termasuk atap dibagian mihrab bahkan bagian dalam masjid juga mengalami kerusakan karena menjadi sarang burung dan kelelawar

Penjelasan tentang masjid kizimkazi di halaman masjid.
Bantuan restorasi masjid ini diharapkan dapat membantu meningkatkan sector pariwisata disana, mengingat desa tempat masjid ini berada memang merupakan titik keberangkatan bagi wisatawan yang ingin menikwati wisata lumba lumba sekaligus memperkenalkan wisatawan kepada kekayaan budaya Negara itu.

Restorasi masjid Kizimkazi ini berbarengan dengan proyek restorasi dua masjid kuno Tanzania lainnya yang berada di pulau Pemba yang salah satunya adalah masjid di Shumba, yang juga dibangun pertama kali di pertengahan abad ke 17 hingga awal abad ke 18, yang semuanya direstorasi dengan bantuan dari kedutaan besar Amerika Serikat.

Besarnya kecintaan kepada masjid bagi muslim disana mengemuka pada saat staf kedubes Amerika berkunjung kesana untuk berdialog dengan warga, sebelum masjid ini di restorasi. Masyarakat sempat mengeluhkan sulitnya kehidupan mereka termasuk sulitnya untuk mendapatkan air bersih.

Namun pada saat staf kedutaan menawarkan pilihan mana yang harus didahulukan, antara pengadaan air bersih dengan restorasi masjid, warga dan tokoh muslim setempat menyatakan mereka lebih memilih untuk dibantu memperbaiki (restorasi) masjid yang menjadi pusat aktivitas warga muslim disana. Ghirah yang luar biasa, ditengah kehidupan yang sulit. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat nya kepada saudara saudara muslim kita disana.

 ------------------------------------------------------------------

Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
šŸŒŽ gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------


Baca Juga Artikel Masjid di Wilayah Tetangga Zanzibar


Minggu, 14 April 2019

Masjid Ljubljana, Slovenia

Berdiri megah dengan satu menara sederhana, Masjid Ljubljana menjadi masjid pertama dan satu satunya di era modern Slovenia.

Slovenia, salah satu Negara Republik di Eropa tengah yang merupakah salah satu Negara pecahan dari Republik Federasi Yugoslavia, yang kemudian mendirikan Negara merdeka di tahun 1991 seiring dengan runtuhnya Negara federasi yang didirikan oleh Josep Bros Tito tersebut. Slovenia berbatasan dengan Austria disebelah utara, Hongaria disebelah timur, Kroasia disebelah selatan dan Italia disebelah baratnya.

Republik Slovenia memisahkan diri dari Republik Federasi Yugoslavia dan menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 25 Juni 1991, diterima sebagai anggota PBB pada tanggal 22 Mei 1992 dan diterima sebagai anggota Uni Eropa pada tanggal 1 Mei 2004. Dibidang pertahanan, Slovenia bergabung dengan organisasi fakta pertahanan atlantik utara (NATO).

Islam adalah agama dengan penganut terbesar kedua di Slovenia dengan penganut mencapai hampir 50 ribu jiwa atau setara dengan 2,4%. Mayoritas penduduk Slovenia menganut agama Katholik, sebagian besar Muslim Slovenia berasal dari etnis Bosnia & Herzegovina, Kosovo dan etnis Slavia lainnya.

Gambar rancangan artis masjid Ljubljana.

Masjid di Slovenia berdiri setelah perjuangan 40 tahun.

Dalam sejarahnya, Slovenia pernah memiliki masjid permanen dan cukup megah di Log pod Mangartom, sebuah desa di barat laut Slovenia. Masjid tersebut dibangun oleh resimen infantri ke-4 Bosnia-Herzegovia semasa perang dunia pertama dan kemungkinan besar hancur tak bersisa semasa perang dunia tersebut, ataupun diruntuhkan segera setelah perang berahir.

Muslim Slovenia terutama yang tinggal di ibukota Negara tersebut ahirnya memiliki sebuah masjid di ibukota Negara setelah menanti selama 40 tahun sejak pertama kali petisi dikirimkan ke pemerintah untuk pembangunan tempat ibadah bagi muslim Slovenia di Ibukota Negara.

Empat dekade bukanlah waktu yang sebentar, namun penantian dengan penuh kesabaran itu ahirnya membuahkan hasil, masjid yang di impi impikan itu kini berdiri megah dalam arsitektur kontemporer modern tanpa kehilangan ciri utamanya sebagai masjid. Masjid di Ibukota Negara Slovenia itu berdiri di bekas lahan industri.

Islamska skupnost v republiki Sloveniji
Grablovičeva ulica 14, 1000 Ljubljana, Slovenia
islamska-skupnost.si



Setelah penantian yang begitu lama, wajar bila upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid ini pun dihadiri ribuan muslim Slovenia. Upacara resmi tersebut turut dihadiri oleh anggota lembaga kepresidenan Bosnia & Herzegovina Bakir Izetbegovic, Presiden dari pemerintahan Slovenia Alenka BratuŔek, Mantan Presiden Slovenia Danilo Turk, Walikota Ljubljana Zoran Jankovic, mufti komunitas muslim di Bosnia & Herzegovina Hussein Kavazovic dan mufti Ljubljana Nedzad Grabus.

Proyek pembangunan masjid dan Islamic center di Ljubljana ini tentu saja menjadi catatan sejarah baru bagi Slovenia dan hubungan antara kedua Negara Slovenia dan Bosnia & Hezegovina yang keduanya sama sama Negara pecahan Federasi Yugoslavia. Dan menjadi sejarah baru bagi toleransi beragama di Slovenia dimana komunitas muslim merupakan minoritas berbanding terbalik dengan tetangganya, Bosnia & Herzegovina.

Sejak tahun 1969

Upaya untuk membangun Islamic Cultural Center di Ljubljana berawal di tahun 1969, saat itu pengajuan izin pembangunan masjid diajukan ke pemerintah Slovenia oleh Sulejman Kemurato, selaku ketua komunitas muslim di Ljubljana. Namun perkembangan selanjutnya muslim disana kesulitan untuk memenuhi semua perizinan pembangunan ditambah lagi dengan kesulitan mendapatkan lahan untuk pembangunannya.

Masjid dan juga pusat kebudayaan Islam Ljubljana, Slovenia.

Masalah administrasi, birokrasi hingga perundang undangan menjadi ganjalan bagi harapan muslim disana untuk memiliki masjid. Proposal pembangunan –nya tertahan di para pejabat lokal yang enggan meluluskan proposal tersebut, dan sebagian dari mereka melakukan upaya referendum untuk pemungutan suara atas rencana pembangunan masjid tersebut.

12,000 orang turut berpartisipasi menandatangani petisi tersebut. Namun petisi itu kemudian di anulir oleh Mahkamah Konstitusi Slovenia yang menyebut hal tersebut telah melanggar konstitusi di ranah kebebasan beragama di Slovenia.

Penolakan terhadap pembangunan masjid di Negara ini cukup keras, mengakibatkan muslim Slovenia harus melaksanakan sholat berjamaah di fasilitas fasilitas public termasuk gedung olahraga. Upaya referendum terahir untuk menolak pembangunan masjid ini dilakukan oleh Michael Jarc salah satu anggota dewan kota yang berupaya menggalang referendum kembali untuk menolak pembangunan masjid tersebut.

Kabar baik berhembus manakala Zoran Jankovic dilantik menjadi walikota Ljubljana, beliau yang kemudian membantu komunitas muslim disana mendapatkan izin pembangunan sekaligus juga menawarkan lokasi pembangunan masjid tersebut di pusat kota dan di tahun 2008 komunitas muslim Slovenia setuju untuk membeli lahan yang ditawarkan bagi pembangunan masjid dimaksud.

Di Bulan November dilakukan upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid Ljubljana dalam sebuah upacara yang mengharu biru. Dan keseluruhan pembangunan masjid tersebut selesai di tahun 2018 menghabiskan dana sekitar 12 juta euro setara dengan US$15.9 juta Dolar.

Masjid Ljubljana dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk perpustakaan, aula, ruang kelas hingga perumahan bagi Imam dan para pegawai pengurusnya.
Secara keseluruhan dana pembangunan masjid dan Islamic cultural center Slovenia ini bersumber dari para komunitas muslim dan pengusaha muslim Slovenia, masyarakat muslim Bosnia & Herzegovina menyumpang sebesar €5 jura Euro dan pemerintah Qatar mengucurkan bantuan sebesar €15 juta Euro.

Arsitektur Masjid Ljubljana

Meski secara umum bentuk masjid Ljubljana ini nyaris sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang kita kenal pada umumnya. Bangunan utamanya berbentuk kubus seperti bangunan Ka’bah dengan konstruksi dan rancangan modern.

Satu satunya penanda yang terlihat dari luar apalagi dari kejauhan yang menandakan bahwa bangunan ini adalah masjid adalah sebatang menaranya setinggi 40 meter yang memang dibangun sedikit lebih tinggi dari bangunan utamanya. Meski bentuk menaranya pun tidak seperti bangunan menara yang biasa kita kenal.

Di bagian interiornya baru menampilkan utuh sebagai sebuah masjid. Masjid Ljubljana dilengkapi dengan beberapa bangunan pendukung sesuai dengan fungsinya yang juga menjadi pusat kebudayaan Islam di Slovenia, termasuk di dalamnya gedung perpustakaan, ruang ruang kelas, aula, perkantoran, dan tempat tinggal bagi imam dan pengurus masjid***.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
šŸŒŽ gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sabtu, 13 April 2019

Islam di Slovenia

lokasi Slovenia

Slovenia, menyandang nama resmi sebagai Republika Slovenija, adalah salah satu Negara Republik di Eropa tengah yang merupakah salah satu Negara pecahan dari Republik Federasi Yugoslavia, yang kemudian mendirikan Negara merdeka di tahun 1991 setelah hampir sepanjang abad dua puluh menjadi bagian dari Republik federasi tersebut. Slovenia adalah Negara pertama yang menyatakan kemerdekaannya seiring dengan runtuhnya Federasi Yugoslavia. Semasa masih bergabung dalam Republik Federasi Yugoslavia, Slovenia merupakan wilayah federasi yang berada paling utara.

Meski wilayah Negara ini tidak terlalu luas namun memilki hampir semua ciri landscap geografi Negara Negara Eropa termasuk di dalamnya  daerah Alpen, karstic Dinaric Alps, dataran rendah dan perbukitan Pannonian dan Danubian lowlands hingga ke pantai mediterania (laut tengah), Negara dengan pemandangan alam yang cukup indah.

Slovenia berbatasan dengan Ausria disebelah utara, Hongaria disebelah timur, Kroasia disebelah selatan dan Italia disebelah baratnya. Wilayah Slovenia memiliki sejarah panjang sebagai daerah pegunungan yang mudah dilalui sebagai lintasan yang menghubungkan kawasan mediterania dan wilayah transalpine dan kini telah dibangun terowongan menembus kawasan pegunungan tersebut[i].

Kemerdekaan Slovenia

Republik Slovenia memisahkan diri dari Republik Federasi Yugoslavia dan menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 25 Juni 1991, diterima sebagai anggota PBB pada tanggal 22 Mei 1992 dan diterima sebagai anggota Uni Eropa pada tanggal 1 Mei 2004[ii]. Dibidang pertahanan, Slovenia bergabung dengan organisasi fakta pertahanan atlantik utara (NATO).

Muslim Slovenia saat masih menggunakan masjid sementara yang di lantai dasar bangunan bertingkat di Ljubljana.
Seiring dengan kemerdekaannya, Slovenia mengalami perkembangan ekonomi yang sangat pesat dan mengundang gelombang imigrasi dari Negara Negara tetangganya, terutama dari Bosnia & Herzegovina yang justru pada saat itu sedang mengalami nestapa kemanusiaan paling brutal sepanjang sejarah manusia abad modern.

Agama agama di Slovenia

Ensyclopaedia Britannica menyebutkan bahwa suku slavia yang merupakan mayoritas etnis di Slovenia telah memeluk ajaran Kristen sejak abad ke 8 masehi. Otoritas katholik dan pengaruhnya yang cukup kuat kemudian melemah pada saat terjadi pergerakan dari kelompok Katholik konservatif di tahun 1945 dan kemudian kehidupan beragama di Negara itu semakin melemah seiring dengan komunis yang mulai berkuasa dan terjadi akselesari industrialisasi dan konsumerisme,

Di awal abad ke 21 sekitar 3/5 dari orang Slovenia menganut agama Katholik Roma, turun dari 4/5 dibandingkan era 1990-an. Masuknya imigran Muslim dan Kristen Ortodok ke Slovenia pada tahun 1970-an menyusul kemudian di era 1990-an semakin mengubah komposisi penganut agama di Slovenia, Gereja gereja Krosten Ortodok pun berdiri di Ljubljana dan daerah tenggara Slovenia. Namun demikian, cukup menarik bahwa sebagian besar penduduk Slovenia enggan menyatakan agama yang mereka anut pada sensus yang dilakukan tahun 2002 lalu, banyak dari mereka menyatakan bahwa agama adalah hal yang sensitif.

Merujuk kepada Wikipedia, berdasarkan sensus tahun 2002, dari sekitar 2 juta penduduk Negara itu, 57.8% penduduk Slovenia menganut ajaran Katholik Roma, jumlah tersebut turun cukup drastis dibandingkan dengan data tahun 1991 dimana 71.6% penduduk Negara tersebut mengaku sebagai penganut Katholik Roma, menunjukkan penurunan rata rata 1% setiap tahunnya.

Foto lama masjid di Log pod Mangarton, dibangun masa perang dunia pertama oleh pasukan invantri Bosnia & Herzegovina. Masjid ini sudah tidak ada lagi, diduga sudah diruntuhkan tak lama setelah perang berahir atau hancur selama perang, mengingat Bosnia & Herzegovina kala itu tergabung dalam koalisi yang menderita kekalahan dalam perang tersebut.

Islam merupakan agama terbesar kedua yang dianut oleh penduduk Slovenia dengan rasio mencapai 2.4% sebagian besar dari etnis Bosnia & Herzegovina. Disusul kemudian oleh penganut Kristen Ortodok mencapai 2.2% dari total populasi sebagian besar dianut oleh etnis Serbia dan Makedonia.

Dalam jumlah yang lebih kecil, agama Kristen Protestan juga dinaut oleh sekitar 1% penduduknya dan juga sejumlah kecil penganut Yahudi memiliki sejarah keberadaannya di Slovenia termasuk juga penganut Yudaisme yang tingal di Ljubljana.

Islam di Slovenia

Menurut Ensyclopaedia Britannica, kebanyakan populasi muslim Slovenia yang merupakan penganut agama terbesar kedua dinegara itu sejak awal abad ke 21 tinggal di ibukota Negara, Ljubljana.

Data Wikipedia[iii] menyebutkan, ditahun 2014, muslim di Slovenia mencapai 48,266 jiwa atau setara dengan 2.4% dari keseluruhan penduduk Negara itu. Sebagian besar muslim disana berasal dari etnis Bosnia, Herzegovina, Kosovo dan ernis slavia lainnya.

Muslim di Negara itu bernaung dibawah komunitas muslim yang dipimpin oleh seorang Mufti, saat ini dijabat oleh Nedžad Grabus. Muslim di Slovenia ditambah lagi dengan para pekerja migran dari berbagai Negara Asia meskipun jumlah mereka tidak diketahui secara pasti dan mereka tidak di data dalam sensus karena bukan warga Negara Slovenia.

Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam Ljubljana, Slovenia, masjid satu satunya di Slovenia. dibangun oleh komunitas muslim Slovenia dibantu oleh pemerintah Qatar.

Masjid di Slovenia berdiri setelah perjuangan 40 tahun.

Dalam sejarahnya, Slovenia pernah memiliki masjid permanen dan cukup megah di Log pod Mangartom, sebuah desa di barat laut Slovenia. Masjid tersebut dibangun oleh resimen infantri ke-4 Bosnia-Herzegovia semasa perang dunia pertama dan kemungkinan besar hancur tak bersisa semasa perang dunia tersebut, ataupun diruntuhkan segera setelah perang berahir.

Upaya pembangunan masjid di Negara ini yang diupayakan oleh kaum muslimin disana mendapatkan tantangan yang cukup keras baik dari sebagian masyarakat nya yang mayoritas merupakan penganut Katholik maupun dari para politikus dan birokrat.

Pembangunan masjid di Slovenia ini bahkan menjadi salah satu issue panas di parlemen hingga berkali kali terjadi penolakan terhadap proposal untuk pembangunan masjid, sampai kemudian angin perubahan berhembus manakala Zoran Jankovic dilantik menjadi walikota Ljubljana, beliau yang kemudian membantu komunitas muslim disana mendapatkan izin pembangunan sekaligus juga menawarkan lokasi pembangunan masjid tersebut.

Di pusat kota dan di tahun 2008 komunitas muslim Slovenia setuju untuk membeli lahan yang ditawarkan bagi pembangunan masjid dimaksud. Upacara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Ljubljana dilakukan ditahun 2015 dan pembangunan nya selesai tahun 2018 yang lalu.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
šŸŒŽ gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 07 April 2019

Masjid Agung Demak, Masjid Kesultanan Pertama di Nusantara (bagian 3)

Simetrical Masjid Agung Demak.

Refleksi Sejarah

Kesultanan Demak terjadi di tahun 1475 di tahun yang sama dengan diangkatnya Raden Fatah sebagai Adipati Natapraja di Glagahwangi Bintoro Demak oleh Prabu Brawijaya selaku Raja Majapahit yang tak lain adalah ayah kandung dari Raden Fatah sendiri. Seperti disebutkan tadi bahwa pengangkatan beliau sebagai adipati juga diberikan beberapa hadiah termasuk 8 pilar yang kini digunakan sebagai pilar penopang serambi masjid agung dan dampar kencana yang kini dipakai sebagai mimbar khutbah di masjid agung.

Hampir dapat dipastikan bahwa hadiah pilar pilar berukir adalah untuk keperluan pembangunan keraton, dan Dampar Kencana untuk singgasana sang Adipati, bila memang untuk pembangunan keraton artinya pada saat itu, Demak belum memiliki Keraton.

Dapat difahami karena memang pada saat itu Demak sendiri masih berstatus sebagai Glagahwangi, bagian dari kadipaten Jepara. Kadipaten Jepara sendiri pada saat itu merupakan satu satunya kadipaten di wilayah Majapahit di tanah Jawa yang adipatinya sudah memeluk Islam.

Atap tajuk atau atap limas atau atap berbentuk piramida dibangun sangat mirip antara atap Masjid Agung Demak (bagian belakang foto) dan atap yang menaungi Makam Raden Fatah dan Keluarga yang berada di belakang Masjid Agung Demak. 
Dikemudian hari delapan pilar berukir itu nyatanya justru dipakai untuk pembangunan serambi Masjid Agung Demak oleh Sultan Yunus (Pati Unus) memunculkan dugaan bahwa keraton Demak tidak pernah benar benar dibangun, bahwa kemungkinan para Sultan Demak tinggal di kediaman mereka diantara kediaman masyarakat umum yang juga difungsikan sebagai Keraton.

Adapun serangan yang dilakukan Majapahit ke Demak terntunya merupakan sebuah kebijakan politik sebuah Negara berdaulat untuk mempertahankan keutuhan wilayahnya, terlepas dari kemungkinan bahwa serangan itupun merupakan serangan setengah hati dari raja Mapahit, karena yang diserbu notabene adalah anak kandungnya sendiri.

Namun sejarah panjang yang sudah berlalu berabad abad itu menyisakan berbagai ragam dan versi sejarah. Versi lainnya menyebutkan bahwa Prabu Brawijaya ayahanda dari Raden Fatah bukanlah raja terahir Majapahit. Ayahanda Raden Fatah disebutkan merupakan raja Majapahit ke 11 yang bergelar Brawijaya V (berkuasa 1468-1478) dan kemudian takluk kepada Girindrawardhana yang kemudian berkuasa di Majapahit dengan gelar Brawijaya VI (1478-1498).

Makam para Sultan Demak. 
Girindrawardhana atau Brawijaya VI merupakan menantu Brawijaya V atau ipar Raden Patah yang justru merebut takhta mertuanya itu. Situasi ini membuat peluang Raden Patah untuk menjadi raja Majapahit penerus ayahnya pun pupus. Berahirnya kekuasaan Brawijaya V terjadi tiga tahun setelah kesultanan Demak berdiri.

Benang merah Jakarta, Cirebon dan Demak

Sejak masa kekuasaan kerajaan hingga kesultanan, tanah Jawa tak pernah bersatu di bawah satu pemerintahan. Pada masanya Majapahit berkuasa dibagian timur dan Pajajaran menguasai bagian barat pulau Jawa. Dua kerajaan besar yang pernah terlibat dalam perang besar dan kemudian menjadi sebab melemahnya kedua kerajaan itu.

Sampai tiba suatu masa, Kesultanan Demak berdiri di tahun 1475, dan menjadi titik balik kejayaan kerajaan Majapahit. Sementara di bagian barat pulau Jawa, tak lama setelah itu Kesultanan Cirebon berdiri memerdekakan diri dari kekuasaan Pajajaran. Demak dibangun oleh Raden Fatah Anak Prabu Brawijaya Raja Majapahit, sedangkan Cirebon dibangun oleh Syarif Hidayatullah cucu dari Prabu Siliwangi Maharaja Pajajaran.

Dibagian atas mihrab (pengimaman) jauh di bagian depan diantara dua sokoguru anda dapat melihat lambang Surya Majapahit bewarna kuning dengan warna dasar hijau.
Anda akan menemukan lambang ‘mirip” Surya Majapahit di Masjid Agung Demak, dan anda juga akan menemukan lambang yang ‘mirip’ Surya Majapahit di atas mihrab Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon. Anda dengan mudah menemukan hal hal beraroma Majapahit di Masjid Agung Demak dan anda juga akan menemukan hal hal yang berkaitan erat dengan Pajajaran di Keraton hingga ke Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon.

Dan sejarah mencatat dengan indah kedua kesultanan itu kemudian bersatu padu menyerbu kekuasaan Portugis yang mulai bercokol di Sunda Kelapa, serbuan yang Berjaya dan menjadi titik awal berdirinya Kesultanan Jayakarta yang sekian abad setelah itu, kota yang dididirkan oleh para penerus dua kerajaan besar tanah Jawa itu menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia.

Suatu saat bila saja anda mau sedikit merenung di silang Monas, anda akan menemukan ruh masa lalu Nusantara di Ibukota Negara, dimana sebuah alun alun besar menjadi titik pusat kekuasaan dikelilingi dengan Masjid Agung, Pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Semua mengingatkan kita bahwa kita adalah bangsa yang besar dengan sejarah yang teramat panjang, dan jangan pernah sekali sekali melupakan sejarah. Wallahuwa'lam bisshawaab.***


------------------------ooOOOoo--------------------

Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya


Sabtu, 06 April 2019

Masjid Agung Demak, Masjid Kesultanan Pertama di Nusantara (bagian 2)

Ba'da Subuh di Masjid Agung Demak.

Arsitektur Masjid Agung Demak

Bangunan asal yang dibangun pada era Raden Fatah kini menjadi bangunan induk tempat mihrab, mimbar dan maksurah berada. Bangunan induk tersebut kemudian ditambah dengan bangunan Serambi pada masa pemerintahan Adipati Unus atau Pati Unus atau dikenal juga dengan nama Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak ke dua (1518-1521).

Pembangunan masjid Agung Demak melibatkan langsung para wali yang masih hidup di masa itu. Sejarah menyebutkan bahwa para wali tersebut yang membuat langsung empat sokoguru atau pilar penopang utama masjid ini. Tiga pilar dibuat dari kayu jati utuh berukuran besar sedangkan satu pilar dibuat dari serpihan serpihan kayu dari tiga pilar tersebut. Nama masing masing para wali tersebut kini terukir di masing masing sokoguru.

Sokoguru yang berada di barat laut (kanan depan) didirikan Sunan Bonang, di barat daya (kiri depan) karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara (kiri belakang) buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut (kanan belakang) karya Sunan Kalijaga. Masyarakat Demak menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.

Empat sokoguru didalam Masjid Agung Demak, semuanya sudah dilapisi dengan lapisan kayu yang sama dibagian luarnya untuk mengkonsevasi tiang asli. 
Ke empat sokoguru tersebut terbuat dari kayu jati tua dan kini masih berdiri kokoh ditempatnya. Upaya konservasi terhadap empat tiang bersejarah tersebut dilakukan dengan menambahkan pelapis di bagian luar juga dengan kayu jati berukuran tebal melapisi seluruh masing masing tiang tersebut dibagian luar.

Satu dari ke empat pilar tersebut, pilar buatan Sunan Kalijaga menjadi yang paling unik, karena dibuat dari serpihan serpihan kayu jati dari sisa sisa potongan (tatal) kayu jati dari proses pembuatan tiga pilar masjid oleh tiga Sunan lainnya, oleh Sunan Kalijaga serpihan serpihan tersebut dijadikan satu menjadi sebuah pilar, sehingga dikenal hingga kini sebagai soko tatal.

Beberapa bangunan dan fasilitas ditambahkan ke masjid Agung Demak ini dikemudian hari termasuk penambahan bangunan pawastren atau tempat sholat khusus Jemaah wanita dibangun pada masa K.R.M.A.Arya Purbaningrat 1866 M. Menara masjid ini pun dibangun jauh setelah pembangunan masjid, dibangun di abad ke 20 di prakarsai para ulama seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin.

Pemugaran terhadap Masjid Agung Demak pernah dilakukan di masa pemerintahan Presiden Soeharto dan diresmikan pada tanggal 21 Maret 1987.
Pembangunan fasilitas penunjang dan perbaikan komplek masjid terus belanjut hingga ke masa kemerdekaan termasuk pembangunan termpat wudhu, kantor takmir dan pengurus juga pembangunan museum masjid Agung Demak yang menyimpan berbagai artifak sejarah yang berhubungan dengan Masjid Agung dan kesultanan Demak.

Duplikasi Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak secara utuh kemudian di tiru oleh para tokoh masyarakat dan Ulama kesultanan Banjar (Kalimantan Selatan) saat mereka membangun Masjid Jami’ Martapura (1897 M), utusan dari Kesultanan Banjar sengaja datang ke Demak untuk melihat Masjid Agung Demak dan membuat maket masjid tersebut lengkap dengan skala demi keperluan pembangunan masjid Jami’ kesultanan Banjar. Masjid Jami’ Martapura yang asli kini sudah berganti menjadi sebuah masjid yang begitu megah dan modern bernama Masjid Agung Al-Karomah Martapura.

Bentuk masjid beratap Joglo seperti ini tak hanya ditemui pada masjid masjid yang dibangun setelah era Masjid Agung Demak, tapi pada masjid masjid yang dibangun sebelum Masjid Agung Demak berdiri pun sudah memakai struktur demikian. Seperti contoh pada masjid tertua di Indonesia Masjid Saka Tunggal(1288) di Banyumas yang menggunakan atap joglo bertiang tunggal, itu sebabnya disebut masjid saka tunggal. Lebih jauh ke timur kita akan temukan bentuk yang sama pada Masjid Wapauwe (1414) Masjid tua Maluku Tengah.

Dari sudut ini hampir keseluruhan Masjid Agung Demak tampak dalam satu frame. Saat saat menjelang pagi hari, ketika para peziarah sudah mulai bergerak dari masjid menuju komplek pemakaman para Sultan Demak di bagian belakang masjid ini.
Kita akan menemukan pola yang sama pada masjid masjid tua Indonesia diberbagai daerah seperti contoh, Masjid Sultan Suriansyah (1526) di Banjarmasih Kalimantan Selatan, Masjid Al-Hilal Katangka (1603) di kampung halaman nya Shekh Yusuf di Kabupaten Gowa, Sulsel. Dan Masjid Tua Palopo(1604) peninggalan Kesultanan Luwu di Kota Palopo, SuIawesi Selatan. Masih ada lagi Masjid Djami Keraton Landak (1895) di Kabupaten Landak, Kalimantan barat serta Masjid Agung Air Mata - Kupang (1806). Arsitektural masjid dengan atap joglo atau bentuk limas ini menyebar di seluruh tanah air dari pulau sumatera di barat hingga ke wilayah timur Indonesia.

Yang lebih menarik kemudian bahwa arsitektural  masjid asli Nusantara ini juga dipakai di masjid masjid tua di negeri serantau, seperti contohnya adalah dua masjid tua di Kota Malaka, Malaysia yakni Masjid Kampung Keling Malaka, Malaysia (1748M) dan Masjid Kampung Hulu Malaka, Malaysia (1728M). 

Para peziaran dari berbagai daerah memadati area komplek pemakaman para Sultan Demak di komplek Masjid Agung Demak ini. Mereka yang datang dari berbagai daerah menggunakan berbagai moda kendaraan menginap di masjid Agung dan dibimbim oleh para pembimbingnya masing masing menuju ke komplek pemakaman ini melalui koridor disebelah kanan masjid. 
Tak hanya masjid masjid tua yang menggunakan rancangan masjid warisan kejayaan Majapahit itu. Arsitektur Masjid dengan atap Joglo bersusun tiga ini seperti sudah menjadi ciri khusus masjid khas Indonesia. Bila anda masih ingat dengan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, yayasan yang didirikan oleh Alm. Pak Harto semasa masih berkuasa, setiap masjid yang dibangun dengan dana dari yayasan ini selalu menggunakan atap limasan (joglo) bersusun tiga dengan 4 sokoguru pada masjid masjid yang dibangun.

Masjid masjid megah yang di beberapa kota tanah air yang didirikan di abad ini pun tak sedikit yang masih mengadopsi arsitektur tradisional asli Indonesia ini, meski dengan sentuhan modern dan berteknologi terkini, beberapa juga dibangun tanpa 4 sokoguru. Seperti contoh Masjid Raya Batam yang dibangun tahun 1997 dan bagian bangunan perluasan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II di kota Palembang, Sumatera Selatan yang menggunakan struktur atap limas untuk tetap memberikan harmonisasi dengan atap limas bersusun tiga pada bangunan masjid asli yang masih terjaga dengan baik di bagian paling depan dari keseluruhan komplek Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II.

(Bersambung ke bagian 3, ahir)

------------------------ooOOOoo--------------------

Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya