Minggu, 30 Juli 2017

Masjid Cuiabá, Brazil (1978)

Masjid di Kota Cuiaba berdiri megah dengan kubah besar dan menaranya yang tampak begitu mungil dibandingkan dengan menara milik sebuah peruhsaan komunikasi yang berdiri di sebelahnya.

Kota Cuiabá, Kota Piala Dunia 2014

Bila anda pecinta sepakbola, pastinya masih ingat momen Piala Dunia Sepakbola 2014 yang diselenggarakan di Brazil, nah Kota Cuiabá ini adalah salah satu kota tempat penyelenggaraan pesta sepakbola dunia tersebut. Kota Cuiabá merupakan ibukota dari negara bagian Mato Grosso, di Republik Brazil. Salah satu kota metropolitan di Brazil yang juga sekaligus secara geografis menjadi pusat bagi Amerika Selatan. 

Kota ini didirikan pada tahun 1719 pada masa gemilangan tambang emas di daerah terebut (gold rush) dan menjadi ibukota provinsi atau negara bagian Mato Grosso sejak tahun 1818. Kota ini sejak lama dikenal sebagai gerbang selatannya Amazon. Sejak itu Cuiabá berkembang menjadi pusat perdagangan sekaligus pusat pertanian dan menjadi salah satu kota dengan  perkembangan tercepat di seluruh Brazil. 

Kota ini juga menjadi jantung dari kawasan urban termasuk juga kota tetangganya yang menjadi kota terbesar kedua di Mato Grosso, kota Várzea Grande. Cuiabá juga terkenal sebagai salah satu tuan rumah penyelenggara Piala Dunia 2014 dengan Stadionnya yang terkenal dengan nama Arena Pantanal.


Muslim di kota Cuiaba, Brazil ini cukup beruntung memiliki sebuah bangunan masjid sebenarnya yang memang dibangun sejak awal sebagai bangunan masjid, meskipun muslim disana merupakan kelompok minoritas.

Muslim di Cuiabá

Kota Cuiabá memilki komunitas Muslim yang cukup banyak. Muslim di kota Cuiabá merupakan warga keturunan dari Suriah, Lebanon dan Palestina, jumlah mereka seluruhnya sekitar 600 jiwa dari sekitar 150 keluarga. Sebagian besar dari mereka mengungsi ke Brazil paska perang dunia kedua dan menetap di kota tersebut dengan mata pencaharian utama mereka sebagai pedagang.

Kini sebagian besar keluarga muslim di Cuiabá merupakan masyarakat kelas menengah atas yang bermata pencaharian dibidang perdagangan. Komunitas muslim Cuiabá dipimpin oleh Walid Khaled Omais, muslim Cuiabá merupakan bagian dari sekitar satu juta lebih muslim di Brazil secara keseluruhan. 

Di kota ini telah lama berdiri sebuah masjid sebenarnya lengkap dengan kubah besar dan sebuah menara menjulang tinggi menyaingi menara gedung perusahaan telekomunikasi yang berdiri megah di pusat kota itu. Kami sebut sebagai masjid sebanarnya, karena memang dibangun sejak awal sebagai bangunan masjid dengan rancangan sebuah masjid sebagaimana yang kita kenal secara universal, yakni bangunan dengan kubah serta menaranya yang menjulang.

Mesquita de Cuiabá
R. Baltazar Navarros, 9 – Bandeirantes
Cuiabá – Mato Grosso, 78010-020, Brasil
Telephones: (65) 9247-5160 (course) / (65) 8117-2745 (Tim)
akun facebook
Coordinates: 15° 35' 48.61" S  56° 5' 29.49" W



Masjid Cuiabá

Mequita Mosulmana atau Masjid orang Muslim demikian rambu rambu jalan yang terpajang di depan masjid ini menunjukkan titik lokasi masjid ini. Muslim Cuiabá ini bergabung dalam organisasi Islam The Muslim Beneficent Society of Cuiabá yang didirikan pada tanggal 8 April 1972 dan sudah memiliki sebuah masjid di kawasan Bandeirantes yang menjadi tumpuan satu satunya untuk pelaksanaan sholat berjamaah baik sholat rawatib lima waktu, sholat jum’at dan hari raya termasuk semua aktivitas ke-islaman muslim kota Cuiabá.

Masjid Cuiabá mulai dibangun tahun 1975 dan selesai tahun 1978. Upacara peletakan batu pertama pembangunannya dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 1975 dan diresmikan pada tanggal 16 Juli 1978. dengan dana bantuan sebesar US$ 70.000 dolar Amerika sumbangan dari pemerintah Saudi Arabia dengan tujuan utama pembangunannya tentu saja adalah untuk memfasilitasi kebutuhan muslim di kota Cuiabá akan tempat ibadah dan tempat bersosialisasi secara komunal.

Interior Masjid Cuiaba.

Pada masa itu baru ada sekitar 95 keluarga muslim disana yang turut berkontribusi bagi pembangunan masjid tersebut. Bersebelahan dengan masjid ini juga dibangun sekolah Islam dari kelas 1 sampai dengan kelas 4 antara tahun 1979-1980.

Tradisi Lebaran Muslim kota Cuiabá

Seperti di berbagai belahan dunia Islam lainnya, pada setiap hari raya lebaran, muslim kota kota Cuiabá berkumpul di masjid kota Cuiabá untuk mengikuti ibadah sholat ied yang kemudian dilanjutkan dengan acara halal bilhalal seluruh warga muslim yang juga diselenggarakan di masjid. Dalam kesempatan tersebut muslim disana saling beramah tamah satu dengan lainnya sambil menikmati aneka hidangan yang sudah disiapkan oleh pengurus masjid.

Dikunjungi Timnas Bosnia

Pada bulan Juni 2014, tiga Pemain Nasional Sepakbola Bosnia berkunjung dan melaksanakan sholat Jum’at di Masjid Cuiabá, kunjungan itu dilakukan menjelang pertandingan Piala Dunia Sepakbola 2014 Grup G melawan Nigeria pada Sabtu 21 Juni waktu setempat. Tiga pemain Bosnia yang melakukan salat Jumat di Cuiaba adalah striker Vedad Ibisevic, bek Muhamed Besic dan winger Edin Visca.

Salat Jumat itu juga dihadiri mantan gelandang tim nasional Bosnia Elvir Rahimic, yang saat ini menjadi pelatih di klub Rusia PFC CSKA Moscow. Setelah melakukan salat, tiga pemain tersebut dengan senang hati menerima ajakan foto bersama dan permintaan tanda tangan warga yang kebetulan berada di masjid tersebut. Kunjungan itu menyusul undangan imam masjid Omar Omama yang mengunjungi hotel tempat tim Bosnia menginap.***

Baca Juga



Sabtu, 29 Juli 2017

Masjid Tombul Bulgaria

Masjid Sherif  Halil Pasha di Kota Shumen, Bulgaria atau lebih dikenal dengan nama Masjid Tombul atau Tombul Mosque, adalah masjid terbesar di Bulgaria warisan dari masa kejayaan Emperium Usmaniyah.

Tombul Mosque atau Masjid Tombul adalah masjid tua bersejarah di Bulgaria yang berada di kota Shumen, Masjid ini dibangun pada masa Bulgaria masih merupakan bagian dari wilayah Emperium Usmaniyah (Turki Usmani). Sejak dibangun hingga hari ini, Masjid Tombul merupakan masjid tebesar di wilayah Bulgaria dan salah satu masjid terbesar di kawasan semenanjung Balkan.

Masjid ini sebenarnya bernama The Sherif Halil Pasha Mosque, karena memang dibangun oleh Sheriff Halil Pasha, mantan penguasa setempat kelahiran desa Madara, 17 km ke arah timur kota Shumen. namun dalam Bahasa Turki lebih populer dengan nama Masjid Tombul. karena bentuk atap masjidnya yang bertingkat dan membubung tinggi maka oleh orang Turki disebut Tombul. Kata Tombul dalam Bahasa Turki kira kira hampir sama dengan kata Timbul dalam Bahasa Indonesia.

Tombul Mosque 
"Georgi Sava Rakovski" 21, 9700 Shumen Center
Shumen, Bulgaria
coordinates: 43°16′22″N 26°54′51″E



Sejarah Masjid Tombul

Masjid Tombul dibangun antara tahun 1740 hingga tahun 1744 oleh Sherif Halil Pasha, semula lokasi masjid ini berada di timur laut pusat kota Shumen, namun kini lokasinya berada di sisi barat daya dari pusat kota seiring dengan perkembangan wilayah kota tersebut.

Komplek masjid ini terdiri dari ruang sholat utama seluas 1730m2, halaman dan dua belas ruang tambahan yang dulunya merupakan asrama dari sekolah madrasah di komplek masjid tersebut. Masjid Tombul sudah dinyatakan sebagai monumen arsitektur dan konstruksi melalui undang undang negara Bulgaria nomor 22 tahun 1975, dan masuk dalam daftar 100 tujuan wisata paling menarik di Bulgaria.

Arsitektur Masjid Tombul

Pelataran masjid ini dikenali dengan lengkungan di bagian depannya serta dua belas ruangan yang mengelilingi-nya serta menara tunggal yang menjulang setinggi 40 meter dengan 99 anak tangga dari batu. Uniknya air dari pancuran tempat wudhu di masjid ini dipercaya memiliki banyak khasiat.

Sebagaimana bangunan masjid khas Emperium Usmaniyah, Masjid Tombul juga dibangun dengan ciri khas kubah besar di atap masjid dan menara yang lancip tinggi menjulang.

Pelataran tengah masjid ini menjadi penghubung bangunan utama dengan bangunan penunjang lainnya, dengan lapangan tengahnya yang terbuka dengan jejeran arkade mengarah ke ruang utama masjid yang ditopang oleh empat pilar dari batu pualam berukuran besar.

Secara umum bangunan utama masjidnya tampak berstruktur bertumpuk 3, struktur paling bawah berdenah segi empat, struktur kedua berdenah octagon dan struktur paling atas melingkat sebagai tatakan bagi struktur kubah besarnya. Kubah masjid ini cukup tinggi mencapai 25 meter dari permukaan lantai.

Ruang utama masjid ini berukuran 15 m x 15 m, diterangi cahaya alami siang hari melalui empat jejer jendela jendela besar yang menggunakan kaca patri yang indah. Ruang dalamnya terdiri dari dua lantai dihubungkan dengan tangga yang dihias dan di ukur cukup indah. Lantai dua yang merupakan sebuah mezanin di dalam masjid ini diperuntukkan bagi Jemaah wanit.

Selain desain eksteriornya yang menawan, masjid ini juga dikenali dengan interiornya yang memadukan antara senibina Usmaniyah dengan seni Baroque Prancis menghasilkan karya seni interior yang tidak saja menawan namun juga cukup unik dan langka. Interior masjid di dominasi oleh lukisan dinding (mural) dari aneka macam pola tumbuhan dan bentuk bentuk geometris serta kaligrafi Al-Qur’an.

Beberapa lukisan asli pada langit langit dan dinding bagian dalam masjid ini beberapa decade yang lalu sempat di tutup dengan beberap lapisan cat sebagaimana ditemukan kembali pada saat dilaksanakannya riset terhadap interior masjid ini ditahun 2005. Rancangan akustik di dalam masjid ini sempurna dengan penggunaan bahan cetakan keramik dari tanah liat yang ditempatkan di dinding dan bagian kubahnya.

Aktivitas Masjid Tombul

Dari berbagai sumber menyebutkan, saat ini masjid Tombul sedang dalam proses renovasi meski tetap dibuka baik untuk peribadatan maupun untuk kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri. Masjid Tombul menjadi salah satu tujuan wisata paling menarik di Shumen menyajikan monumen arsitektur dari abad ke 18 masehi.

Pelataran tengah, arkade dan tempat wudhu 

Disebutkan juga bahwa masjid ini masih aktif dengan fungsinya sebagai tempat ibadah ummat Islam termasuk penyelenggaraan sholat Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahun yang dihadiri masyarakat muslim dari berbagai tempat. Selain itu masjid ini juga masih menyelenggarakan Sekolah Islam Lanjutan (semacam SMP) di masjid ini termasuk juga pendidikan untuk Imam. Sekolah tersebut menempati dua belas ruangan yang berada di sekitar masjid sebagai tempat tinggal dan belajar mengajar bagi para santrinya.

Masjid Tombul dilengkapi juga dengan  gedung perpustakaan dua lantai yang berada di sebelah kiri ruang utam amasjid. Perpustakaan ini memiliki beragam koleksi menarik berbahasa arab maupun Persia termasuk peta karya Muhammad al-Idrisi, seorang geographer arab terkemuka yang hidup pada awal abad ke 12, sebelum kemudian pustaka pustaka langka tersebut dipindahkan ke Perpustakaan St. Cyril and St. Methodius National Library di Kota Sofia, Ibukota Bulgaria.

Arah Kiblat Masjid Tombul ke arah tenggara atau miring 30.31 derajat ke arah timur dari arah selatan.

Kiblat Masjid Tombul

Denah Masjid Tombul ini beserta pelataran dan bangunan pendukungnya memanjang dari barat daya – timur laut. Dan sangat Nampak bahwa tata kota Shumen disekitar masjid ini memang mengikuti arah kiblat, dengan posisi masjid dan jalan raya di sekitarnya yang sejajar dan harmonis.

Merujuk kepada situs e-qibla Arah kiblat di Bulgaria adalah ke arah Tenggara atau tepatnya mengarah ke Selatan dengan kemiringan 30.31° ke arah timur, membuat orientasi bangunan masjid ini memang miring terhadap utara-selatan. Pintu utama masjid menghadap ke jalan raya yang ada di sisi utara bangunan, dan bagian mihrabnya ada di sisi selatan.***

Dirangkum dari berbagai sumber

Senin, 24 Juli 2017

Masjid Manoa Satu Satunya di Hawaii (Bagian 2)

Hanya ornamen di bagian atap dan pagar serta lengkungan di terasnya yang sedikit memberikan perbedaan antara bangunan Masjid di Manoa ini dengan bangunan lain disekitarnya.

“Pembelian” Masjid di Manoa

Para anggota pendiri organisasi ini berupaya mempromosikan penggalanangan dana bagi pembukaan sebuah Islamic Center di Hawaii. Merujuk kepada penulis di Star Bulletin, Nadine W. Scott, James Abdullah Roushey mulai bertemu dengan Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal dari Saudi Arabia dengan hasil yang cukup menggembirakan.

Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal tidak saja siap membantu untuk pembangunan masjid namun juga membangun gedung pusat pendidikan dan kebudayaan, rumah makan, pertokoan dalam sebuah komplek pusat ke-Islaman (January 12, 1979).

Meskipun dalam perjanjian disebutkan bahwa Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal mengambil tanggung jawab untuk pembangunan tersebut dengan pembentukan badan usaha Saudi Arabia namun demikian dalam pelaksanaannya hanya disebut sebagai hamba Allah yang menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid dan komplek pemakaman muslim di Hawaii. Pendonor dari Saudi Arabia tersebut memang meminta tidak disebutkan namanya meskpun diketahui seringkali berkunjung ke Masjid manoa setiap melakukan perjalanan bisnis ke Hawaii.

Masjid Manoa dibangun antara tahun 1979 dan 1980. Pemilihan lokasi masjid ini salah satunya adalah karena kedekatannya dengan University of Hawaii dan merujuk kepada penjelesan Farook Wang. Alasan lainnya adalah bahwa sebagian dari bangunan yang dibeli dapat disewakan untuk membantu pemasukan keuangan masjid.

Masjid Manoa lebih dekat.

Dari sisi arsitektur, Masjid di Manoa ini memang sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid seperti yang kita kenal, karena memang bukanlah bangunan masjid yang dibangun dari awal untuk sebuah masjid, melainkan sebuah bangunan megah yang dibeli oleh muslim Hawaii dan kemudian di alihfungsi sebagai masjid tanpa merombak struktur luar bangunannya. Itu sebabnya, tak ada aksen Islam yang tercermin dari bangunan itu.

Berdirinya The Muslim Association of Hawaii

Pada tanggal 28 April 1983, Makhdoom Shah menjalin kerjasama antara the Hawaii's Muslim community dan Muslim di kemiliteran dengan mengangkat PFC Tyrone James (Abdul Shakur Ali) yang meruopakan Schofield Barracks sebagai Penanggung Jawab Muslim di dinas kemiliteran.

Organisasi Muslim Student Association dengan sukarela dibubarkan pada tanggal 30 November 1990 karena tak memenuhi syarat untuk pendaftaran ulang di Hawaii's Business Registration Division. (Hawaii State Archives/Government Records Collection Hawaii Corporations (Dissolved) Case Files [series 158] Muslim Students Association of Hawaii, Inc., File no. 40625D2 [1990 MFL 81]).

Selanjutnya dibentuk organsasi The Muslim Association of Hawaii (MAH) yang dibentuk pada 4 February 1997. Para pengurusnya terdiri dari Nizar Hassan, Nafez Hasan, Ather Dar, Anwar Kazi and dan Lionel E. Price.

Di Hawaii Orang Muslim bertambah 3 orang tiap Bulan

Laporan media lokal di bulan November 2001 menyebutkan bahwa “berislam kini sedang menjadi tren baru di kalangan mahasiswa dan masyarakat Hawaii”. Hakim Ouansafi, presiden Muslim Association of Hawaii, menyatakan, mualaf di Hawai bertambah paling sedikit tiga orang perbulan.

Kebanyakan mualaf, kata dia, adalah perempuan. Jika rasio nasional antara mualaf pria dengan wanita adalah 1 : 4, maka rasio mualaf pria-wanita di Hawaii adalah 1 : 2. Kebanyakan dari mereka, terutama yang di Honolulu, adalah keturunan Afrika-Amerika. ”Beberapa di antaranya menemukan Allah saat mereka dalam proses penyembuhan dari ketergantungan terhadap obat-obatan dan alcohol.

Di wilayah West Coast lain lagi. Beberapa orang mualaf adalah anggota militer. Bila di Honolulu para mualaf itu sebelumnya mengaku tak beragama, maka di wilayah West Coast, umumnya mereka sebelum berislam adalah penganut suatu agama.

Interior Masjidnya sederhana namun lengkap dengan mihrab dan mimbarnya.

Cromwell Crawford, pimpinan Departemen Agama di University of Hawaii-Manoa, mempunyai penjelasan mengenai tren pindah agama di Hawaii ini. Menurut dia, efek dari Tragedi 11 September terhadap psikologis bangsa adalah, seluruh warga jadi memperhatikan tentang kefanaan hidup ini. ”Mood pun jadi berubah, para lajang mencari ikatan, keluarga menjadi semakin erat, dan orang kembali mencari pegangan agama,”

Tak hanya Islam yang diuntungkan dengan kondisi ini, kata dia, agama lain juga. ”Mereka yang semula tak beragama, kini mencari pegangan agama.” Mengapa kebanyakan wanita? ”Dalam mengekspresikan mood ini, wanita lebih mendalam ketimbang pria,”.

Penyusunan Sejarah Islam di Hawaii

Sejarah Islam di Hawaii dikumpulkan lagi oleh Mona Darwich, dosen senior di University of Hawaii, dalam tesisnya yang berjudul Inside and Outside the Mosque: Oral Histories of Hawaii’s Muslims. Dia menuliskan tesisnya setelah mengumpulkan banyak bahan pustaka dan mewawancarai 33 orang nara sumber. Ia juga mendokumentasikan puluhan pemuda yang tengah belajar Islam dan memfilmkan kisah Achmed Djuneid, seorang remaja Muslim di Hawaii.

Wawancara juga dilakukannya melalui email para mahasiswa yang dulu mendirikan organisasi Muslim Hawaii sudah kembali ke negaranya masing-masing. Dua di antaranya adalah Dr Makhdoom Shah, asal Kuwait dan Dr Pramudita Anggraita, asal Indonesia.***(habis)

Baca Juga

Sabtu, 22 Juli 2017

Masjid Manoa Satu Satunya di Hawaii (Bagian 1)

Masjid di Manoa, Hawaii, tidak mirip masjid ?. tentu saja karena memang bangunan ini merupakan gedung yang dibeli oleh asosiasi muslim Hawaii dan kemudian di jadikan masjid tanpa mengubah bentuk aslinya.

Hawaii adalah negara bagian Amerika yang ke-50. Terletak di area tropis di tengah-tengah Samudra Pasifik, Hawaiii berpenduduk lebih kurang 1,200,000 jiwa dengan komposisi penduduk ras Asia (Jepang, China, Filipina dan Vietnam) sebanyak 42%, sementara kulit putih sebanyak 27% dan warga asli Hawaii hanya 10%. Sisanya merupakan bangsa lain seperti Timur Tengah dan ras kulit hitam, termasuk diantaranya mengaku memiliki dua atau lebih ras, hasil pernikahan antar ras di Hawaii sejak masa lampau. Dari total penduduk Hawaii, diperkirakan terdapat lebih kurang 3,000 orang Muslim di Hawaii.

Masjid Manoa merupakan satu-satunya masjid yang ada di Hawaii dikelola oleh Muslim Association of Hawaii (MAH). Lokasinya berada di pulau Oahu, pulau tempat kota Honolulu berada. Saat ini beberapa warga muslim di pulau-pulau lain sedang menjajaki upaya untuk membangun Masjid untuk komunitas Muslim di sana. Bangunan masjid yang tidak seperti bangunan masjid yang biasa kita kenal ini memiliki sejarah yang cukup panjang dan cukup menarik bahwa dalam proses kelahiran masjid dan organisasi Islam di Hawaii ini ada peran serta muslim dari negara negara asia termasuk dari Indonesia.

Muslim Association of Hawaii
1935 Aleo Pl, Honolulu, HI 96822
situs resmi : www.iio.org



Berdirinya Asosiasi Muslim Hawai

Asosiasi Muslim Hawai atau Muslim Association of Hawaii (MAH), sebelumnya dikenal dengan nama Asosiasi Mahasiswa Muslim Hawai atau The Muslim Student Association (MAS), sudah memulai aktivitas mereka di Hawai sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.

The Muslim Student Association (MSA) merupakan organisasi yang dibentuk oleh sekelompok mahasiswa muslim di University of Hawaii di Manoa, para mahasiswa muslim ini berasal dari berbagai Negara seperti India, Pakistan, Afghanistan, Indonesia, Malaysia dan dari negara negara Timur Tengah.

Secara tidak resmi Organisasi tersebut sudah eksis sejak tahun 1968, merujuk kepada the Honolulu Advertiser (10/23/1973 ). Pada masa itu muslim Hawai menyelenggarakan sholat berjamaah di seuah cottage di kawasan East West Center sebelum kemudian berdirinya Masjid di Manoa.

Seperti bangunan tempat tinggal biasa dan seperti kebanyakan bangunan di pulau Hawaii, hanya interiornya saja yang disesuaikan sebagai ruangan masjid. Bangunan masjid di Manoa ini menjadi satu satunya masjid di Hawaii sampai saat ini.

Pada tanggal 23 Juli 1979 The Muslim Students' Association of Hawaii, secara resmi menjadi organisasi muslim pertama yang mewakili muslim di Hawai. Sekitar 90% anggota organisasi ini tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa, namun demikian merujuk kepada Makhdoom Shah pimpinan organisasi ini saat itu, nama organisasi ini tetap dengan nama lamanya karena pada dasarnya setiap muslim diperintahkan untuk senantiasa belajar sepanjang hidupnya. (Honolulu Star Bulletin, 09/11/79: E14).

Peran Muslim Asia dan Indonesia

Sebagaimana dinyatakan di dalam draf anggaran dasar pertamanya, disebutkan bahwa organisasi ini didirikan oleh: Najibullah Lafraie, James Abdullah Raushy, Saad Abdul Rahim (Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang), Abdul Haq, Makhdoom Shah, Nasir A. Saidy, Mohammad Yusuf Popal, Mohammad Bilal Farooq, Mohammad Haniff, Pramudita Anggraita, Hussain Haikal Latif, Abdul Zainal, M. Asad Khan, Nazir Ahmad, Mohammad Ashraf dan Zamir Uddin. (tentunya dengan mudah anda menemukan nama muslim Indonesia dari deretan nama tersebut.

Pada tahap awal The Muslim Student Association of Hawaii berkantor di P.O. Box 2028, 1777 East-West Road, Honolulu, Hawaii 96848 as of July 23, 1979. (Hawaii State Archives/Government Records Collection Hawaii Corporations (Dissolved) Case Files [series 158] Muslim Students Association of Hawaii, Inc., File no. 40625D2 [1990 MFL 81]).

Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang pada saat itu merupakan Imam dan pimpinan spiritual Muslim Hawaii pertama adalah pria kelahiran Cina, pensiunan diplomat karir yang sebelumnya bertugas di Arab Saudi dan Kuwait, lulusan Universitas Al Azhar Kairo. Dari deretan nama di atas anda terdapat mahasiswa Indonesia, Pramudita Anggraita, yang dikemudian hari kembali ke tanah air dan menjabat sebagai Deputi Bidang Penelitian Dasar dan terapan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).***

Bersambung ke Bagian 2

Minggu, 16 Juli 2017

Masjid Shat ̣Gombuj, Tertua di Bangladesh

Masjid Shat Gombuj di Bangladesh disebut sebut sebagai Masjid paling Impresif dari era negara itu masih sebagai bagian kesultanan Tughlaq.

Nama masjid tua bersejarah di Bangladesh ini memang sedikit membingungkan. Orang Bangladesh menyebutnya 'Shat Gombuj Masjid' yang berarti Masjid 60 Kubah, sedangkan kubah masjid ini jumlahnya adalah 81 kubah bukan 60 kubah. Yang berjumlah 60 justru adalah pilar pilar atau tiang tiang yang ada di dalam masjid bukan kubahnya.

Bisa jadi kesimpangsiuran penyebutan nama tersebut karena kesalahan penyebutan oleh masyarakat setempat. Bisa jadi nama masjid ini sebenarnya adalah “Shat Amud Masjid” dari Bahasa arab/parsi yang berarti “Masjid 60 pilar” namun kemudian kata “Amut” terdengar dan dilafalkan “Gombuj” dalam Bahasa Bangladesh yang berarti “kubah” hingga kini.



Masjid Shaṭ Gombuj atau The Sixty Dome Mosque atau Shaṭ Gombuj Moshjid dan lebih dikenal dengan nama Shait Gambuj Mosque atau Saith Gunbad Masjid atau 81 Domes Mosque, adalah masjid tua di Bagerhat, Bangladesh yang sudah terdaftar sebagai cagar budaya dunia UNESCO di tahun 1985.

Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di Bangladesh yang pernah dibangun di masa negara itu masih berbentuk Kesultanan dan sekaligus juga merupakan masjid tua bersejarah yang disebut sebut sebagai Bangunan monumental Islam yang paling impresif diseluruh jazirah India.

Masjid Shaṭ Gombuj berada di distrik Bagerhat disebelah selatan Bangladesh di daerah Khulna. sekitar 3 Mill jaraknya dari kota pusat kota Bagerhat. Sedangkan Bagerhat sendiri berjarak sekitar 200 mill dari Dhaka, ibukota negara Bangladesh.

Sejak tahun 1985 Masjid Shat Gombuj ini telah tercatat sebagai situs warisan dunia UNESCO.

Masjid Shat gombuj berukuran panjang 160 kaki, dan lebar 108 kaki sehingga luas area masjid ini mencapai 17280 kaki persegi, dibangun di abad ke 15 masehi atas rancangan arsitek Khan Jahan Ali dengan gaya Tughlaq.

Di pertengahan abad ke 15, Sekelompok kaum muslimin mulai membangun kampung di tengah hutan mangrove di daerah Sundarbans, dekat dengan pantai di distrik Bagerhat dipimpin oleh seorang tokoh muslim yang dikenal dengan nama Khan Jahan Ali.

Beliau menjadi tokoh utama kota tersebut dimasa pemerintan Sultan Nasiruddin Mahmud Shah, yang kemudian dikenal sebagai 'Khalifalabad'. Khan Jahan menghiasai kota yang dibangunnya dengan selusin masjid dan dari sekian banyak masjid tersebut yang diketahui adalah Masjid Shat Gombuj ini.

Masjid Shat Gombuj ini merupakan masjid yang paling terkenal dari era kesultanan tersebut dan diketahui sebagai masjid terbesar dalam ukurannya sekaligus merupakan masjid terbesar dengan kubah banyak pada masanya.

Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1442 dan selesai pada tahun 1459. Selain digunakan sebagai tempat sholat, masjid ini juga digunakan sebagai Madrasah dan ruang pertemuan.

Tembok masjid Masjid Shaṭ Gombuj dibangun tidak biasa karena dibuat begitu tebal seperti layaknya sebuah benteng, batu batanya dibuat tirus yang merupakan ciri khas batu bata di masa Tughlaq. atap masjid ini terdiri dari 77 buah kubah yang dibangun tidak terlalu tinggi, 77 kubah ini terdiri dari 11 baris kubah dalam 7 banjar ditambah lagi dengan kubah di masing masing empat penjuru bangunannya sehingga keseluruhan kubahnya menjadi 81 kubah.

Interior Masjid Shat Gombuj

Dari 81 kubah di atap masjid dan di puncak empat menaranya itulah masjid ini kemudian dikenal sebagai Masjid 81 kubah atau 81 Dome’s Mosque. Meskipun memiliki empat menara, hanya dua dari empat menara tersebut yang (dulu) digunakan sebagai tempat menyuarakan azan.

Bagian dalam masjid ini di domonasi oleh begitu banyak pilar dan lorong yang tercipta diantara pilar pilar tersebut. masing masing pilar bundar dihubungkan dengan lengkungan. Banyaknya pilar dan lengkungan ini yang merupakan penopang struktur atap masjid.

Ada 7 lorong melintang di dalam masjid dan 11 lorong membujur di dalam masjid ini yang tercipta diantara tiang tiang masjid yang terdiri dari 60 pilar pilar bundar dari batu. Dinding masjidnya sendiri sangat tebal mencapai hingga enam kaki dan sedikit tirus membuatnya benar benar seperti sebuah benteng.

Dengan ukurannya yang lumayan besar, masjid ini dilengkapi dengan 11 pintu masuk berlengkungan besar di sisi timur dan masing masing 7 pintu di sisi utara dan selatan yang juga berfungsi sebagai ventilasi udara dan masuknya cahaya ke dalam masjid. Gaya arsitektur masjid ini menampilkan gaya arsitektur masa kekuasaan Tughlaq yang pernah berkuasa di jazirah India dan masjid ini merupakan salah satu warisan dari masa itu.***


Sabtu, 15 Juli 2017

Masjid Islamic Center Santa Ana

The Islamic Center Santa Ana

Dibangun oleh Muslim Champa di Amerika Serikat

Terusir dari kampung halaman dan dari tanah kelahiran, tak memadamkan cahaya Islam dari muslim champa di Santa Ana, California, Amerika Serikat ini. Puluhan tahun lalu mereka dan keluarganya mengungsi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dan kini komunitas muslim Champa ini tetap mempertahankan ke-Islaman mereka dan lebih dari itu mereka mampu menebarkan cahaya Islam kepada komunitas warga Amerika Latin yang juga tinggal di lingkungan mereka.

Kini sebuah Masjid dan Islamic Center sudah berdiri sebagai pusat aktivitas ke-islaman mereka, tidak hanya bagi muslim Champa namun juga di gunakan dan dikelola bersama sama dengan muslim Amerika Latin. Masjid dan Islamic Center ini juga telah menjadi rumah pemersatu bagi Muslim Champa dan Muslim Amerika Latin sekaligus menjadi masjid pertama di wilayah selatan California yang menggunakan Bahasa Spanyol (yang merupakan Bahasa warga Amerika Latin) sebagai salah satu Bahasa pengantar di masjid mereka.

Islamic Center Of Santa Ana
1602-1610 E First St, Santa Ana
CA 92701 Amerika Serikat



Sejarah Muslim Champa di Amerika

Di awal tahun 1980-an gelombang besar pengungsi Kamboja melarikan diri dari negara mereka ke Amerika Serikat untuk menghindari apa yang disebut oleh dunia internasional sebagai “killing fields” atau ladang pembantaian, sebuah pembunuhan masal paling menakutkan dalam sejarah Indocina yang dilakukan oleh rezim komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot.

Banyak dari mereka yang kemudian datang ke Orange County dan tinggal di kawasan Minnie Street di Santa Ana, California, menempati apartemen dengan sewa murah di kawasan tersebut. Di tahun 1982, lima dari pengungsi Kamboja ini membentuk the Indo-Chinese Muslim Refugee Association of the United States (IMRA) bersama dengan beberapa anggota lainnya.

Mereka mengumpulkan berbagai sumberdaya, menyewa sebuah apartemen kecil dan mulai bahu membahu membantu warga muslim Kamboja lainnya yang tinggak di kawasan tersebut. Termasuk memberikan kursus Bahasa inggris gratis, konsultasi gratis serta menjadi penterjemah dadakan bagi para tetangga mereka yang tidak mampu berbahasa Inggris.

Di tahun 1983 mereka menerima dana tunjangan untuk pertama kalinya sebesar $64,000 dari Kantor Federal Urusan Penempatan Pengungsi Amerika Serikat (Federal Office of Refugee Resettlement) untuk tunjangan kerja, dan program tersebut berlanjut baik cakupan maupun nilai nya.

The Islamic Center Santa Ana sebelumnya merupakan bangunan tempat pemulasaran jenazah.

Seiring perjalanan waktu, kebutuhan komunitas pun kemudian ditambahkan ke dalam program tersebut termasuk berbagai macam jenis pelatihan, program selepas jam sekolah bagi remajam pendidikan usia dini hingga ke akses kesehatan dan resolusi trauma.

Beberapa tahun berlalu lembaga yang dibentuk oleh muslim kamboja ini tidak saja semata mata mengurusi warga Kamboja saj, namun juga merambah menangani pengungsi dari wilayah lainnya termasuk dari Vietbam, Laos, Iran, Iraq, Afganistan, Rusia, Ukraina, Bosnia, Ethiopia dan Somalia.

Organisasi ini menjalin kerjasama dan saling dengan para klien serta lembaga lembaga terkait, sejak memulai aktivitas mereka di tahun 1983 hingga saat ini, lembaga tersebut telah menangani penyaluran dana lebih dari $20,000,000 baik dari individu maupun dari public yang digunakan untuk membantu ribuan pengungsi mendapatkan pekerjaan, memperbaiki taraf mereka dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik termasuk program kesehatan, peningkatan pengetahuan, kemampuan keluarga pengungsi.

Lima belas keluarga Muslim Kamboja di Santa Ana pada awalnya menggunakan sebuah ruangan kecil di apartemen sebagai mushola di lingkungan apartemen sewaan tempat tinggal mereka. Komunitas muslim ini kemudian secara pasti terus berkembang seiring dengan bergabungnya para pengungsi Kamboja dari daerah lainnya pindah ke Santa Ana agar dapat hidup berdekatan dengan saudara sedaerah dengan Bahasa, suku, tradisi dan agama yang sama. Dan mushola kecil itupun sudah tak mampu lagi memadai.

Membangun Masjid dan Islamic Center Santa Ana

Masjid dan Islamic Center Santa Ana ini memang tidak mirip sama sekali dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal. Harap maklum, karena memang bangunan tersebut dulunya adalah sebuah bangunan tempat pemulasaran jenazah yang kemudian dibeli oleh komunitas Muslim Kamboja dan dirombak menjadi masjid dan pusat ke-Islaman, dan baru di buka sekitar sebulan yang lalu (Juni 2017) dan diberi nama The Islamic Center of Santa Ana (ICSA), dan tidak saja diperuntukkan bagi muslim Champa Kamboja namun juga menjadi rumah bagi Muslim Amerika Latin.

Interior Masjid Islamic Center Santa Ana

35 tahun setelah itu, Komunitas muslim Kamboja ini bersama sama menggalang dana untuk membeli bekas gedung pemulasaran jenazah yang sudah tidak terbengkalai untuk dijadikan masjid. Gedung pemulasaran jenazah yang sudah lama terbengkalai tersebut kemudian di renonasi dan ubah fungsi menjadi masjid dan Islamic Center, seluruh proses renovasi selesai dan mulai digunakan bulan lalu.

Merangkul Warga Latin

Sekitar 78% warga Santa Ana merupakan para imigran dan keturunan Amerika Latin dan sehari hari menggunakan Bahasa Spanyol selain Bahasa Inggris. menyadari hal itu IMRA melaui ICSA melakukan langkah langkah pendekatan kepada lingkungan mereka yang mayoritas berasal dari Amerika Latin tersebut, dan hal tersebut membuahkan hasil.

Seiring berjalannya waktu da’wah yang dilakukan muslim Champa ini telah menarik perhatian warga Latin di Santa Ana, kini menjadi pemandangan biasa di masjid dan di Santa Ana bila ada kegiatan peribadatan ataupun aktivitas sosial terjadi pembauan antara muslim Champa dan muslim Amerika Latin. Bahkan di masjid Islamic Center Santa Ana juga menggunakan Bahasa latin sebagai salah satu Bahasa pengantar dan Bahasa khutbah sholat jum’atnya.

Tidak saja aktivitas peribadatan, ICSA juga mengorganisir beragam aktivitas sosial seperti yang paling populer mengorganisir dapur umum gratis untuk warga sekitar dan mengadakan Taco Trick Iftar, semacam mobil rumah makan bergerak untuk melayani muslim untuk berbuka puasa yang dikelola bersama sama oleh muslim Champa dan Muslim Latin Jemaah Masjid dan ICSA ini.

Pembauran dan persatuan muslim Champa dengan Muslim Latin ini terjadi secara alamiah. Warga Amerika Latin merupakan minoritas di AS, dan muslim Champa yang hidup Santa Ana ditengah tengah warga Latin ini dengan sendirinya menjadi kaum minoritas ditengah minoritas. Dan digunakannya Bahasa Spanyol sebagai Bahasa pengantar di Masjid dan Islamic Center Santa Ana, menjadi magnet tersendiri bagi warga Latin di Santa Ana.***

Baca Juga

Sabtu, 08 Juli 2017

Masjid Sentral Glasgow, Skotlandia

Masjid Sentral Glasgow, Skotlandia

Masjid Sentral Glasgow atau Glasgow Central Mosque adalah Bangunan Masjid pertama dan terbesar di Skotlandia, Inggris Raya. Berdiri megah di tepian selatan sungai Clyde di distrik Gorbals di dalam wilayah central Glasgow. Masjid ini dibangun tahun 1983 dan dibuka secara resmi untuk umum pada tanggal 8 Mei  1984 oleh Abdullah Abdullah Omar Nasseef, selaku sekretaris Jenderal organisasi Liga Muslim Dunia.

Mayoritas muslim di Glasgow pada era awal merupakan muslim yang berasal dari India dan Pakistan yang kemudian tinggal di Distrik Gorbals yang sebelumnya masuk sebagai para migran ke Skotlandia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, menyusul kemudian kedatangan migran dari Irlandia, komuitas yahudi dan italia yang juga masuk ke Glasgow pada periode yang sama.

Glasgow Central Mosque 
1 Mosque Avenue, Gorbals, Glasgow G5 9TA
United Kingdom+44 141 429 3132 ‎



Masjid pertama di Glasgow pada mulanya dibangun di Oxford Street di tahun 1944, namun masjid tersebut sudah tidak lagi memadai seiring dengan perkembangan komunitas muslim yang terus bertamah, sampai kemudian dibangun masjid yang refresentatif seperti saat ini atas rancangan dari Coleman Ballantyne Partnership.

Saat ini Masjid Sentral Glasgow dikelola oleh Jamiat Ittihad-ul-Muslimin, Glasgow Central Mosque and The Islamic Centre yang terdaftar sebagai badan amal di skotlandia dengan nomor SC013142.

Masjid Sentral Glasgow berdiri di atas lahan seluas 16000 meter persegi dan diperluas dan dikembangkan dengan penambahan fasilitas Islamic Center yang terhubung langsung dengan bangunan utama masjid. Islamic center ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti fasilitas olahraga dan pendukungnya, ruang pertemuan, perpustakaan, kafetaria serta menyediakan fasilitas pendidikan dan layanan lainnya bagi komunitas muslim disana.

Masjid Sentral Glasgow dengan jembatan tua di sungai clyade di sebelahnya 

Pembangunan masjid ini menghabiskan dana sebesar tiga juta poundseterling. Pelataran masjid dirancang dengan gaya arabia. satu sisi bangunannya dilengkapi dengan dengan taman sedangkan sisi lainnya dilengkapi dengan jejeran fasad dengan jejeran jendela berlengkung.

Pelataran masjid ini menjadi salah satu yang menarik perhatian di masjid ini selain dari menaranya yang menjulang tinggi, dan tentu saja kubah besar di atap utamanya yang dirancang sedemikan rupa sehingga memungkinkan cahaya matahari secara alami menerangi ruang dalam masjid ini di siang hari.

Bangunan masjid ini juga menggunakan kombiasi arsitektur Islam dengan tetap menggunakan karakteristik material batu merah tua sebagaimana banyak digunakan pada bangunan bangunan tua di di Glasgow.

Bulan Sabit di atas masjid Sentral Glasgow

Pintu masuk utama dilengkapi dengan satu lengkungan yang dihias dengan pintu kaca berhiaskan motif flora. Dengan ukurannya yang cukup besar, Masjid Sentral Glasgow mampu menampung Jemaah sebanyak 2500 jemaah sekaligus. termasuk area khusus untuk Jemaah wanita yang mampu menampung hingga 500 jemaah.

Ada tiga imam yang bertugas di masjid ini yakni Imam Abdul-Ghafoor, Imam Habib-ur-Rahman dan Imam Omair Malik. Selain sebagai tempat penyelenggaraan sholat berjamaah, Masjid Sentral Glasgow juga  menyediakan layanan konsultasi Islam dengan tiga imam masjid ini termasuk konsultasi tentang pernikahan, hukum Islam, rumah tangga dan sebagainya.

Interior Masjid Sentral Glasgow

Masjid Sentral Glasgow juga menyelenggarakan pendidikan untuk berbagai kalangan dari berbagai usia, layanan pernikahan secara Islam yang sudah diakui oleh undang undang negara, layanan kunjungan dari anak anak sekolah ke masjid hingga layanan penyelenggaraan jenazah hingga pemakaman.

Khusus untuk menyuarakan azan, pengurus masjid ini menyiarkannya secara langsung melalui sinyal radio UHF sehingga bagi para Jemaah muslim di Glasgow dapat mengetahui waktu sholat melalui gelombang 454.40625 MHz. Selain itu masjid ini juga memiliki ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk acara pernikahan dan keperluan lainnya.***