Selasa, 27 Agustus 2013

Masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah

[Foto] Aerial view Masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah, perhatikan bentuk kubahnya yang mirip dengan Masjid Istiklal Indonesia atau Masjid Suharto di kota Sarajevo, Bosnia & Herzegovina yang juga dirancang oleh arsitek yang sama dan dibangun dengan dana dari rakyat dan pemerintah Indonesia sebagai hadiah bagi kemerdekaan Bosnia & Herzegovina.

Sejak pertama berdiri masjid ini di identikkan dengan mendiang ibu Negara Republik Indonesia Ibu Tien Soeharto, maklumlah karena memang nama masjid ini sama dengan nama populer beliau, meski demikian situs resmi Masjid Agung At-Tin dalam artikelnya sama sekali tidak menyangkutpautkan nama masjid ini dengan nama Ibu Tien Soeharto. Meski memang berdirinya Masjid Agung At-Tin berikut Taman Mini Indonesia Indah tak bisa dilepaskan dari peran dan jasa beliau selama mendampingi Pak Harto sebagai presiden RI ke-2. Pengelolaan masjid ini juga berada di bawah Yayasan Ibu Tien Soeharto.

Masjid At-Tin adalah satu di antara dua masjid megah di kawasan TMII. Masjid lainnya adalah Masjid Diponegoro (TMII). Mulai dibangun pada bulan April 1997 dan dibuka secara resmi pada tanggal 26 November 1999. Masjid Agung At-Tin dibangun di atas lahan seluas 70 ribu meter persegi dan dirancang untuk dapat menampung hingga lebih dari 10 ribu jemaah dengan rincian 9000 jemaah di dalam masjid dan 1850 jemaah di selasar dan plaza.


Nama At-Tin

Merujuk kepada situs resmi Masjid Agung At-Tin Nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, atau surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Qur‘an. Nama surah itu adalah At-Tin yang berarti sejenis buah yang sangat manis, lezat, dan penuh gizi. Buah ini dipercayai mempunyai manfaat yang banyak, baik sebelum matang maupun sesudahnya.

Selain diinspirasi dari surah Al-Qur‘an, pemberian nama At-Tin sebenarnya juga merupakan upaya untuk mengenang jasa-jasa istri mantan Presiden Soeharto yang bernama Ibu Tien atau lengkapnya Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Memang, pendirian Masjid At-Tin sejak awal merupakan usaha anak-cucu Presiden Soeharto untuk mengenang ibunda/nenek mereka. Pendirian masjid ini terlaksana berkat bantuan Yayasan Ibu Tien Soeharto yang merupakan yayasan milik anak-keturunan Ibu Tien Soeharto. Oleh karenanya, nama At-Tin tentu dimaksudkan sebagai doa dan perwujudan rasa cinta yang tulus dari anak/cucu kepada ibunda/nenek mereka.

Siluet menarik di Masjid Agung At-Tin.

Merujuk kepada penjelasan Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung At-Tin, Maftuh Basyuni kepada harian Republika pada bulan Desember 2012 lalu, pembangunan masjid Agung At-Tin awalnya memang merupakan gagasan dari Ibu Tien Soeharto. Ide pembangunan masjid ini muncul pada tahun 1999. Pada waktu itu, ibu Tien Soeharto berangkat pergi haji. Saat itu, beliau berdoa agar (mantan) Presiden Soeharto segera membangun masjid. Sayang, ketika doa itu terwujud atas upaya anak cucunya, beliau sudah wafat sebelum sempat menyaksikan masjid impiannya itu.

Arsitektur Masjid Agung At-Tin

Masjid Agung At-Tin dirancanag oleh pasangan arsitek anak dan Ayah yakni Fauzan Noe‘man dan Ahmad Noe‘man. Fauzan Noe'man merupakan anak dari Ahmad Noe'man. Rancangan yang memang sangat unik dengan perpaduan berbagai seni bina bangunan masjid dunia dan Nusantara. Hasilnya adalah sebuah bangunan masjid megah modern yang begitu indah.

Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan taman hijau yang cukup luas.

Struktur utama bangunan Masjid Agung At-Tin dibangun layaknya sebuah masjid Usmaniah (Turki) berupa bangunan masjid megah Eropa dengan kubah tunggal berukuran raksasa di atap masjid lengkap dengan empat menara tinggi di empat penjurunya ditambah dengan satu menara tunggal yang lebih tinggi terpisah dari bangunan utama. Namun sentuhan khas Indonesia yang biasanya dicirikan dengan atap masjid berbentuk limas atau joglo justru dimunculkan pada bentuk ornamen di seluruh diding masjid.

Ornamen berbentuk atap limas itu sekaligus membentuk anak panah yang menghadap ke langit. Rancangan yang demikian ini dikemudian hari menjadi trend baru masjid masjid yang dibangun berbagai daerah di tanah air, sebut saja salah satunya adalah Masjid Al-Jihad Karawang yang turut mengadopsi bentuk yang sama dalam pembangunan kembali masjid Al-Jihad yang kini berdiri di pusat kota Karawang menggantikan bangunan lamanya di lokasi yang sama.

Area plaza alias lapangant terbuka di depan Masjid Agung At-Tin.

Bentuk yang sama tidak saja mendominasi ekterior bangunan utama tapi juga tampil di bagian dalam masjid yang menjadi ornament utama sisi kiblat masjid ini. Hanya saja bila pada ekteriornya bentuk tersebut dalam baluran warna terang, di dalam masjid bentuk tersebut di modifikasi ke dalam warna yang lebih gelap menggunakan lempengan lempengan keramik, plus mozaik dan kaligrafi. Bentuk anak panah pada bagian ekterior juga dihias dengan ukiran kerrawang atau ukiran tembus sebagai ventilasi udara dan cahaya plus hiasan kaca patri yang begitu indah.

Mencoloknya lekukan, konstruksi, dan ornamen yang berbentuk anak panah pada tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancang bangun Masjid Agung At-Tin didesain se-minimal mungkin untuk mengekspos elemen estetis terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus bersambung seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling berhubungan. Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah—seperti terlukis dalam bentuk anak panah—mulai dari titik awal hingga titik akhir.

Bakda Jum'at di dalam Masjid Agung At-Tin.

Interior masjid ini juga tidak menggunakan lampu gantung tunggal dalam ukuran besar yang menggantung di bawah kubah utamanya, atau menggunakan serangkaian lampu gantung yang menjuntai dari kubah utamanya seperti beberapa masjid utama Turki Usmani. Lampu gantungnya dirancang independen masing masing menjuntai berjejer di bawah kubah utama. Kubah nya dilengkapi dengan celah cahaya matahari, serangkaian lempengan logam yang menggantung dalam susunan yang rumit diletakkan dibawah kubah utama memantulkan cahaya matahari yang masuk menghasilnya bentuk yang unik.

Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan plaza luas di sisi depannya yang di apit oleh bangunan selasar yang mengelilingi plaza terhubung langsung dengan bangunan utama, mengingatkan kita pada bentuk Inner Courtyard pada bangunan masjid di dunia arab hingga Afrika. Sederet pepohonan palma ditanam di area plaza ini meneduhi pelataran yang memang disiapkan sebagai area sholat terbuka dan telah dilengkapi dengan garis shaf permanen.Di halaman luas Masjid Agung At-Tin ini juga dilengkapi dengan air mancur yang pada sisi luarnya dilengkapi dengan keran keran air untuk berwudhu terutamanya untuk jemaah pria. Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan taman.

Lampu gantung Masjid Agung At-Tin.

Fasilitas

Ruang sholat masjid Agung At-Tin ditempatkan di lantai satu. Untuk mencapai ruangan ini jemaah harus melalui jejeran anak tangga dari pintu utama. Dari arah pintu utama, pengunjung dengan mudah dapat menuju ke arah lantai dasar yang digunakan untuk ruang serbaguna, tempat wudu (pria/wanita), ruang mushaf, ruang rapat kecil, perpustakaan, ruang audiovisual, dan ruang internet. Selain ruang-ruang tertutup ini, area lantai dasar masjid ini dikelilingi teras terbuka di mana para pengunjung dapat dengan leluasa melihat ke arah taman.

Lantai dasar masjid ini dikelilingi oleh tangga-tangga sebagai jalan menuju ke arah lantai satu. Melalui pintu utama, para pengunjung dapat menggunakan dua tangga utama dan sebuah eskalator pada sisi kanan menuju lantai satu. Alternatif lainnya, pengunjung juga dapat menggunakan empat tangga lain yang terdapat di sudut kanan kiri masjid serta satu tangga di bagian belakang masjid.

Air mancur sekaligus tempat wudhu di plaza Masjid Agung At-Tin.

Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti warung makan, ruang rekreasi/TV, ruang internet, perpustakaan, rumah dinas Imam Besar, mess muazin, rumah penjaga, ruang kegiatan, ruang kelas, dan lahan parkir yang dapat menampung 100 sepeda motor, 8 bus, dan 350 mobil. Di samping fasilitas-fasilitas pendukung, masjid ini juga sering menyelenggarakan kegiatan seperti diskusi tema khutbah sebelum salat jumat, kuliah Ahad Duha berbentuk cermah dan diskusi, pengajian tafsir Al-qur‘an (Tafsir Jalalain) setiap Minggu pagi (08.00—11.00 WIB), pengajian karyawan, seminar keagaman, tablig akbar, dan peringatan hari besar Islam, hingga pengobatan gratis dan khitanan massal.

Masjid Agung At-Tin dari Cokelat

Keindahan masjid Agung At-Tin ini sempat menarik perhatian managemen Hotel Shangri-La Jakarta. Dalam kesempatan menyambut Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2005 yang lalu pengelola hotel tersebut membuat dan memamerkan miniatur Masjid Agung At-Tin yang di lobi utama hotel tersebut, menariknya keseluruhan miniature masjid tersebut dibuat dari 100 kg cokelat putih.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA