Jumat, 30 Agustus 2013

Islam di Korea Utara

Tetangga yang tak akur

Korea Utara adalah Negara yang begitu tertutup dengan dunia luar sampai sampai begitu sulit mendapatkan informasi tentang perkembangan di Negara tersebut apalagi menyangkut tentang Islam.  Haluan politik Korea Utara hingga kini masih berhaluan komunis, menjadikan Negara tersebut sebagai salah satu dari sedikit Negara komunis di dunia.

Ketertutupan Korea Utara Korea Utara membuat dunia penasaran, ditambah lagi dengan fakta bahwa status Negara tersebut dengan negara tetangga satu etnisnya, Korea Selatan, hingga kini masih berstatus gencatan senjata yang ditandatangani tahun 1955, bukan perdamaian. Dan anda pasti sangat mengerti bahwa gencatan senjata hanyalah penghentian perang sementara yang semestinya dilanjutkan dengan pembicaraan hingga kesepakatan damai. Wajar bila kemudian para pemimpin dunia memandang semenanjung Korea senantiasa dengan hati berdebar. Karena dalam status gencatan senjata, maka perang dapat meletus kapan saja.

Pemberitaan berbagai media internasional tentang Korea Utara lebih di dominasi dengan kekhawatiran akan perkembangan kekuatan bersenjata Negara tersebut, utamanya tentang pengembangan senjata nuklir disana yang dalam perkembangan selanjutnya bahkan telah membuat para petinggi Negara Amerika Serikat memperingatkan bahwa “Roket Korut akan berdampak ke wilayah Indonesia”.

Nyatanya meski dunia internasional begitu mengkhawatirkan perkembangan disana bahkan melakukan pengucilan secara sistematik terhadap Korea Utara, justru perkembangan menarik terjadi dalam kaitannya dengan Indonesia. Merasa Dikucilkan, Korea Utara Pilih Indonesia. Sikap tersebut ditunjukkan dengan kunjungan resmi ke Indonesia oleh Presiden Presidium Majelis Rakyat Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea (RDRK),  Kim Jong-Nam, mengadakan kunjungan kenegeraan ke Indonesia.

Selasa 15 Mei 2012, Kim Jong-Nam  selaku orang kedua terkuat di Korea Utara setelah Kim Jong-un, Presiden muda Korea Utara saat ini, bertemu dengan Presiden SBY di Istana Merdeka Jakarta. Dijadwalkan Kim Jong Nam juga akan bertemu pimpinan DPR dan MPR RI serta para pengusaha Indonesia. Kim Jong-Nam datang ke Indonesia atas undangan presiden SBY dalam kunjungan dari tanggal 13 hingga 16 Mei 2012.

Agama Agama di Korea Utara

Di dunia maya, dapat dijumpai satu blog bertajuk “Asosiasi Persahabatan Korea di Indonesia” dengan semboyan “Langkah awal Menghubungkan Kembali 2 Poros yang berpisah”, sepertinya menjadi satu satunya sumber di dunia maya tentang Korea Utara dalam bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa Inggris, Meski kami sama sekali tak menemukan informasi apapun tentang Islam di Negara tersebut.

Pada topik “Religion” dalam blog tersebut disebutkan bahwa “semua warga Negara menikmati kebebasan dan memiliki hak untuk beragama. The Korean Federation of Buddhists, the Korean Federation of Christians dan kelompok agama lain dengan bangga menjadi bagian dari partai politik dan institusi publik.”

Disebutkan juga bahwa “selama perang Korea, telah terjadi kehancuran luar biasa terhadap kuil, gereja dan tempat tempat suci di Pyongyang dan bagian Negara lainnya. Namun setelah itu telah dibangun kembali beberapa kuil seperti Kwangbop di Pyongyang, Pyohun di Gunung Kumgang, Kuil Pohyon di Gunung Myohyang dan rehabilitasi kuil kuil Budha lainnya serta pembangunan gereja.”

Di korea utara sebelum perang korea pada tahun 1950 tercatat jumlah pemeluk agama budha mencapai 10.000.000 pemeluk dan untuk nasrani sebanyak 10.000 pemeluk, namun setelah perang korea dan pemerintahan korea utara yang ber ideologi komunis menjadi penguasa pemerintah mewajibkan untuk semua agama berada di bawah organisasi partai pekerja korea, untuk sekarang pemeluk agama budha di korea sekitar 1.000.000 orang, dan pemeluk nasrani hanya berkisar ribuan orang.

Untuk agama lain seperti Islam di korea utara, para pemeluknya hanya berasal dari para staff kedutaan maupun para pekerja organisasi internasional. Rata rata penduduk di Korea utara adalah atheis jadi pemeluk agama agama seperti nasrani maupun islam adalah para staff maupun pekerja organisasi dari luar negri. Semuanya bersatu di bawah federasi agama Korea.

Di jejaring sosial facebook dapat dijumpai sebuah akun bertajuk “Islam In North Korea” namun kami tak menemukan informasi apapun terkait muslim disana. Akun tersebut lebih berfokus pada penyampaian informasi tentang agama Islam, tanpa memberikan informasi tentang hal sebagaimana judulnya.

Islam di Korea Utara

Seperti disebutkan di awal tulisan, sangat sulit untuk mendapatkan informasi tentang Islam di Korea Utara di dunia maya. Satu satunya sumber yang cukup valid mengenai keberadaan muslim di Korea Utara muncul dalam laporan PEW Research center yang menyebutkan dalam daftarnya bahwa di Korea Utara terdapat komunitas muslim sejumlah 2000 jiwa atau kurang dari 0.1% dari total jumlah penduduknya, yang didasarkan pada data tahun 2005. Meski demikian, tak informasi lainnya dari laporan tersebut terkait bagaimana kehidupan muslim disana, sejarah masuknya Islam disana, sebaran komunitasnya dan lain sebagainya.

Masjid di Korea Utara

Pyongyang Mosqu. Inilah foto yang disebut sebagai satu satunya masjid di korea Utara. lokasinya berada di dalam komplek Kedutaan Besar Iran di kota Pyongyang bertetangga dengan Kedubes Rumania.

Beberapa laporan di media massa menyebutkan tentang keberadaan masjid pertama di Korea utara, salah satunya laporan dari nknews.org yang menyebutkan tentang keberadaan masjid yang dibangun di dalam komplek kedutaan besar Iran di Pyongyang. Sejauh ini, Masjid tersebut merupakan satu satunya masjid yang ada di ibukota Negara dan seluruh Korea Utara.

Tak ada penjelasan lanjutan dari situs tersebut, menyangkut aktivitas di masjid satu satunya itu, apalagi ulasan mendetil. Hanya disebutkan bahwa lokasi masjid tersebut berada di dalam komplek kedubes Iran yang berdekatan dengan Kedubes Romania di kota Pyongyang. Dan bangunan masjid ini menjadi tempat ibadah ke lima yang ada di kota Pyongyang.***

-------------

Selasa, 27 Agustus 2013

Masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah

[Foto] Aerial view Masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah, perhatikan bentuk kubahnya yang mirip dengan Masjid Istiklal Indonesia atau Masjid Suharto di kota Sarajevo, Bosnia & Herzegovina yang juga dirancang oleh arsitek yang sama dan dibangun dengan dana dari rakyat dan pemerintah Indonesia sebagai hadiah bagi kemerdekaan Bosnia & Herzegovina.

Sejak pertama berdiri masjid ini di identikkan dengan mendiang ibu Negara Republik Indonesia Ibu Tien Soeharto, maklumlah karena memang nama masjid ini sama dengan nama populer beliau, meski demikian situs resmi Masjid Agung At-Tin dalam artikelnya sama sekali tidak menyangkutpautkan nama masjid ini dengan nama Ibu Tien Soeharto. Meski memang berdirinya Masjid Agung At-Tin berikut Taman Mini Indonesia Indah tak bisa dilepaskan dari peran dan jasa beliau selama mendampingi Pak Harto sebagai presiden RI ke-2. Pengelolaan masjid ini juga berada di bawah Yayasan Ibu Tien Soeharto.

Masjid At-Tin adalah satu di antara dua masjid megah di kawasan TMII. Masjid lainnya adalah Masjid Diponegoro (TMII). Mulai dibangun pada bulan April 1997 dan dibuka secara resmi pada tanggal 26 November 1999. Masjid Agung At-Tin dibangun di atas lahan seluas 70 ribu meter persegi dan dirancang untuk dapat menampung hingga lebih dari 10 ribu jemaah dengan rincian 9000 jemaah di dalam masjid dan 1850 jemaah di selasar dan plaza.


Nama At-Tin

Merujuk kepada situs resmi Masjid Agung At-Tin Nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, atau surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Qur‘an. Nama surah itu adalah At-Tin yang berarti sejenis buah yang sangat manis, lezat, dan penuh gizi. Buah ini dipercayai mempunyai manfaat yang banyak, baik sebelum matang maupun sesudahnya.

Selain diinspirasi dari surah Al-Qur‘an, pemberian nama At-Tin sebenarnya juga merupakan upaya untuk mengenang jasa-jasa istri mantan Presiden Soeharto yang bernama Ibu Tien atau lengkapnya Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Memang, pendirian Masjid At-Tin sejak awal merupakan usaha anak-cucu Presiden Soeharto untuk mengenang ibunda/nenek mereka. Pendirian masjid ini terlaksana berkat bantuan Yayasan Ibu Tien Soeharto yang merupakan yayasan milik anak-keturunan Ibu Tien Soeharto. Oleh karenanya, nama At-Tin tentu dimaksudkan sebagai doa dan perwujudan rasa cinta yang tulus dari anak/cucu kepada ibunda/nenek mereka.

Siluet menarik di Masjid Agung At-Tin.

Merujuk kepada penjelasan Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung At-Tin, Maftuh Basyuni kepada harian Republika pada bulan Desember 2012 lalu, pembangunan masjid Agung At-Tin awalnya memang merupakan gagasan dari Ibu Tien Soeharto. Ide pembangunan masjid ini muncul pada tahun 1999. Pada waktu itu, ibu Tien Soeharto berangkat pergi haji. Saat itu, beliau berdoa agar (mantan) Presiden Soeharto segera membangun masjid. Sayang, ketika doa itu terwujud atas upaya anak cucunya, beliau sudah wafat sebelum sempat menyaksikan masjid impiannya itu.

Arsitektur Masjid Agung At-Tin

Masjid Agung At-Tin dirancanag oleh pasangan arsitek anak dan Ayah yakni Fauzan Noe‘man dan Ahmad Noe‘man. Fauzan Noe'man merupakan anak dari Ahmad Noe'man. Rancangan yang memang sangat unik dengan perpaduan berbagai seni bina bangunan masjid dunia dan Nusantara. Hasilnya adalah sebuah bangunan masjid megah modern yang begitu indah.

Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan taman hijau yang cukup luas.

Struktur utama bangunan Masjid Agung At-Tin dibangun layaknya sebuah masjid Usmaniah (Turki) berupa bangunan masjid megah Eropa dengan kubah tunggal berukuran raksasa di atap masjid lengkap dengan empat menara tinggi di empat penjurunya ditambah dengan satu menara tunggal yang lebih tinggi terpisah dari bangunan utama. Namun sentuhan khas Indonesia yang biasanya dicirikan dengan atap masjid berbentuk limas atau joglo justru dimunculkan pada bentuk ornamen di seluruh diding masjid.

Ornamen berbentuk atap limas itu sekaligus membentuk anak panah yang menghadap ke langit. Rancangan yang demikian ini dikemudian hari menjadi trend baru masjid masjid yang dibangun berbagai daerah di tanah air, sebut saja salah satunya adalah Masjid Al-Jihad Karawang yang turut mengadopsi bentuk yang sama dalam pembangunan kembali masjid Al-Jihad yang kini berdiri di pusat kota Karawang menggantikan bangunan lamanya di lokasi yang sama.

Area plaza alias lapangant terbuka di depan Masjid Agung At-Tin.

Bentuk yang sama tidak saja mendominasi ekterior bangunan utama tapi juga tampil di bagian dalam masjid yang menjadi ornament utama sisi kiblat masjid ini. Hanya saja bila pada ekteriornya bentuk tersebut dalam baluran warna terang, di dalam masjid bentuk tersebut di modifikasi ke dalam warna yang lebih gelap menggunakan lempengan lempengan keramik, plus mozaik dan kaligrafi. Bentuk anak panah pada bagian ekterior juga dihias dengan ukiran kerrawang atau ukiran tembus sebagai ventilasi udara dan cahaya plus hiasan kaca patri yang begitu indah.

Mencoloknya lekukan, konstruksi, dan ornamen yang berbentuk anak panah pada tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancang bangun Masjid Agung At-Tin didesain se-minimal mungkin untuk mengekspos elemen estetis terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus bersambung seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling berhubungan. Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah—seperti terlukis dalam bentuk anak panah—mulai dari titik awal hingga titik akhir.

Bakda Jum'at di dalam Masjid Agung At-Tin.

Interior masjid ini juga tidak menggunakan lampu gantung tunggal dalam ukuran besar yang menggantung di bawah kubah utamanya, atau menggunakan serangkaian lampu gantung yang menjuntai dari kubah utamanya seperti beberapa masjid utama Turki Usmani. Lampu gantungnya dirancang independen masing masing menjuntai berjejer di bawah kubah utama. Kubah nya dilengkapi dengan celah cahaya matahari, serangkaian lempengan logam yang menggantung dalam susunan yang rumit diletakkan dibawah kubah utama memantulkan cahaya matahari yang masuk menghasilnya bentuk yang unik.

Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan plaza luas di sisi depannya yang di apit oleh bangunan selasar yang mengelilingi plaza terhubung langsung dengan bangunan utama, mengingatkan kita pada bentuk Inner Courtyard pada bangunan masjid di dunia arab hingga Afrika. Sederet pepohonan palma ditanam di area plaza ini meneduhi pelataran yang memang disiapkan sebagai area sholat terbuka dan telah dilengkapi dengan garis shaf permanen.Di halaman luas Masjid Agung At-Tin ini juga dilengkapi dengan air mancur yang pada sisi luarnya dilengkapi dengan keran keran air untuk berwudhu terutamanya untuk jemaah pria. Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan taman.

Lampu gantung Masjid Agung At-Tin.

Fasilitas

Ruang sholat masjid Agung At-Tin ditempatkan di lantai satu. Untuk mencapai ruangan ini jemaah harus melalui jejeran anak tangga dari pintu utama. Dari arah pintu utama, pengunjung dengan mudah dapat menuju ke arah lantai dasar yang digunakan untuk ruang serbaguna, tempat wudu (pria/wanita), ruang mushaf, ruang rapat kecil, perpustakaan, ruang audiovisual, dan ruang internet. Selain ruang-ruang tertutup ini, area lantai dasar masjid ini dikelilingi teras terbuka di mana para pengunjung dapat dengan leluasa melihat ke arah taman.

Lantai dasar masjid ini dikelilingi oleh tangga-tangga sebagai jalan menuju ke arah lantai satu. Melalui pintu utama, para pengunjung dapat menggunakan dua tangga utama dan sebuah eskalator pada sisi kanan menuju lantai satu. Alternatif lainnya, pengunjung juga dapat menggunakan empat tangga lain yang terdapat di sudut kanan kiri masjid serta satu tangga di bagian belakang masjid.

Air mancur sekaligus tempat wudhu di plaza Masjid Agung At-Tin.

Masjid Agung At-Tin juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti warung makan, ruang rekreasi/TV, ruang internet, perpustakaan, rumah dinas Imam Besar, mess muazin, rumah penjaga, ruang kegiatan, ruang kelas, dan lahan parkir yang dapat menampung 100 sepeda motor, 8 bus, dan 350 mobil. Di samping fasilitas-fasilitas pendukung, masjid ini juga sering menyelenggarakan kegiatan seperti diskusi tema khutbah sebelum salat jumat, kuliah Ahad Duha berbentuk cermah dan diskusi, pengajian tafsir Al-qur‘an (Tafsir Jalalain) setiap Minggu pagi (08.00—11.00 WIB), pengajian karyawan, seminar keagaman, tablig akbar, dan peringatan hari besar Islam, hingga pengobatan gratis dan khitanan massal.

Masjid Agung At-Tin dari Cokelat

Keindahan masjid Agung At-Tin ini sempat menarik perhatian managemen Hotel Shangri-La Jakarta. Dalam kesempatan menyambut Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2005 yang lalu pengelola hotel tersebut membuat dan memamerkan miniatur Masjid Agung At-Tin yang di lobi utama hotel tersebut, menariknya keseluruhan miniature masjid tersebut dibuat dari 100 kg cokelat putih.***


Selasa, 20 Agustus 2013

Islam di Belarusia

Peta Belarusia

Belarusia, merupakan salah satu negara merdeka pecahan dari Uni Soviet yang secara resmi berdiri paska runtuhnya Uni Soviet. Sepanjang sejarahnya Belarusia silih berganti penguasa sampai ahirnya menjadi negara merdeka. Seluruh wilayah negara ini merupakan wilayah daratan yang terkunci tanpa akses ke lautan. Lokasinya berada di Eropa Barat berbatasan dengan Russia di timur laut, Ukraina di sebelah selatan, Polandia di timur serta Lithuania dan Latvia di barat laut. Belarusia beribukota di kota Minsk. Dengan kota kota besarnya antara lain adalah kota Brest, Grodno (Hrodna), Gomel (Homiel), Mogilev (Mahilyow) dan Vitebsk (Vitsebsk).

Hingga abad ke 20 wilayah yang kini menjadi Republik Belarusia sempat dikuasai oleh beberapa pengasa termasuk menjadi wilayah dari Kepangeranan Polotsk, Kepangeranan Agung Lithuania, Komanweal Polandia–Lithuanian dan kemudian masuk ke dalam Emperium Russia. Setelah terjadi Revolusi Rusia, wilayah Belarusia menjadi bagian wilayah Uni Soviet (USSR) dengan nama Byelorussian Soviet Socialist Republic (BSSR). BSSR bersama negara induknya USSR dan Ukraina SSR menjadi negara pendiri PBB di tahun 1945. Seiring dengan runtuhnya Uni Soviet, Parlemen Belarusia mendeklarasikan kedaulatan negara pada tanggal 27 Juli 1990 dan Deklarasi Kemerdekaan Belarusia dikumandangkan pada tanggal 25 Agusutus 1991.

masjid di Smilovichi - Belarusia (foto dari wikipedia)

Penduduk Belarusia berjumlah sekitar 9.49 juta jiwa dan lebih dari 70% nya tinggal di kawasan perkotaan. Lebih dari 80% penduduknya ber-etnis Belarusia disusul oleh Etnis Rusia. Bahasa resmi yang digunakan adalah Bahasa Belarusia dan Bahasa Rusia. Merujuk kepada konstitusi negara pasal 16, tidak ada satupun agama yang diakui sebagai agama resmi negara, meski kemerdekaan beragama dijamin oleh negara. Kristen Ortodox Rusia merupakan agama dengan pemeluk terbesar disusul oleh pemeluk agama Kristen Katholik Roma, dan Hari Natal dan Paskah di jadikan sebagai hari besar Nasional. Sementara pemeluk agama lain termasuk pemeluk agama Islam merupakan kaum minoritas di Belarusia.

Islam di Belarusia

Islam masuk dan menyebar di Belarusia diantara abad ke empat belas dan enam belas, terutama dikarenakan Grand Duke of Lithuania yang memang dengan sengaja mengundang muslim etnis Tatar dari semenanjung Krimea dan Golder Horde untuk menjadi penjaga perbatasan negara. Dimulai dari abad ke empat belas, banyak muslim etnis Tatar yang mendapatkan kedudukan tinggi di kepangeranan Lithuania. Pada penghujung abad ke enam belas, lebih dari 100 ribu muslim etnis Tatar tinggal di Belarusia dan Lithuania termasuk diantara mereka yang memang mendapatkan pekerjaan disana ataupun menetap karena berstatus sebagai tawanan perang.

Masjid di Ivje, kini dianggap sebagai monumen arsitektur bangunan kayu Belarusia 

Saat ini muslim etnis Tatar yang sudah menjadi pemukim disana merupakan muslim suni. Meskipun demikian kebanyakan dari kaum muda etnis Tatar ini tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap ajaran Islam yang merupakan agama warisan dari nenek moyang mereka. Pernikahan antar etnis Tatar dengan berbagai etnis termasuk etnis Belarus, Polandia dan Lithuania serta Russia memang sudah lumrah terjadi berdampak pada terkikisnya secara perlahan kebudayaan asli Tatar termasuk bahasa mereka. Namun demikian hal tersebut tidaklah menghasilkan asimilasi secara total ke dalam masyarakat Belarusia.

Budaya beragama keturunan muslim etnis Tatar disana berkembang layaknya bagian dari Belarusia lainnya yang lahir kembali dan berperan aktif dalam proses tersebut. muslim shiah masuk ke Belarusia kebanyakan merupakan diaspora muslim shiah kelahiran Azerbaijan dan Iran.

Masjid Kota Minsk

Hingga awal tahun 2009 di Belarusia terdapat 25 komunitas muslim dengan jumlah terbesar dari organisasi tersebut (mencapai delapan organisasi Islam) terdaftar di kawasan Grodno Oblast. Terdapat enam masjid di Belarusia sementara satu bangunan masjid sedang dalam proses pembangunan di kota Minsk. Gelombang kebangkitan kesadaran beragama di Belarusia telah berkembang menjadi sebuah trend baru yang menggejala di seluruh Belarusia.

Komunitas Muslim Belarusia

Di tahun 1994 untuk pertama kali diselenggarakan kongres nasional Muslim Belarusia. Hasilnya adalah terbentuknya Komunitas Islam Republik Belarusia dengan pimpinan pertamanya Dr. Ismail Aleksandrovich. Hingga tahun 1997 sudah terdapat 23 komunitas muslim disana termasuk 19 diantaranya berdiri di wilayah bagian barat negara tersebut. Dan jumlah tersebut telah bertambah menjadi 27 komunitas muslim pada tahun 2002.

Residing in Belarus at present there are representatives of Azerbaijanian, Kazakh, Uzbek, Tajik, Turkmen, Kurd, Turk, and Tartar nationalities making up a total of 45,000 Moslems in Belarus including 12,500 Tartars who first settled in Belarus in the 14th cent.

Masjid di Belarusia

Masjid pertama di wilayah Belarusia berdiri antara abad ke 14 dan 14 masehi. Bangunan masjid tertua yang masih berdiri disana dikenal dengan masjid kota Ivye yang dibangun tahun 1884. Pembangunan masjid tersebut di sponsori oleh Elvyra Zamoyskaya selaku pemilik kota Ivye kala itu. Sebuah plakat peringatan terbuat dari batu pualam bertuliskan namanya kini terpasang di salah satu ruangan utama masjid ini. Masjid Ivye kini dianggap sebagai salah satu monumen arsitektur bangunan kayu di Belarusia.

Masjid di Navahrudak – Belarusia (foto dari wikipedia)

Secara tidak resmi kota Ivye dianggap sebagai ibukota Etnis Tatar di Belarusia, setiap tahun kota ini menyelenggaraan sebuah festival muslim yang menjadi ajang berkumpulnya etnis Tatar dari seluruh Belarusia dan negara negara sahabat. Tahun 1994 bangunan masjid di Slonim secara resmi dibuka dan menyusul kemudian masjid di Smilovichi tahun 1996. Pada bulan Juli 1997 dalam peringatan 600 tahun pemukiman Etnis Tatar di Belarusia yang mengambil tempat di masjid kota Novogrudok sekaligus peresmian pembukaan kembali masjid tersebut. Masjid Novogrudok merupakan salah satu bangunan masjid tua yang difungsikan kembali, sebuah foto tahun 1920-an menunjukkan masjid tersebut sudah berdiri disana.

Selain empat masjid di empat kota yang sudah disebutkan di atas, pada tahun 1997 lalu komunitas muslim Belarusia mulai membangun masjid ke lima di Vidzy di distrik Vitebsk di dalam wilayah Minks hingga terkenal dengan sebutan Masjid Kota Minks. Masjid di Minks tersebut dibangun dengan menjiplak bangunan masjid yang pernah berdiri disana sejak tahun 1902 namun diruntuhkan tahun 1962. Sebagian besar dana pembangunan masjid tersebut didanai oleh pemerintah kerajaan Saudi Arabia. Komunitas muslim disana juga melakukan renovasi terhadap empat masjid yang ada dan pemakaman muslim yang ada di seluruh negeri.***


Jumat, 02 Agustus 2013

Masjid Al-Aksa, Bekas Sinagog Kota Den Haag

[foto] Masjid Al-Aksa atau Al-Aksa Mecida di kota Den Haag, Belanda, awalnya merupakan sebuah Sinagog Abad ke 19 yang kemudian di ubah menjadi masjid oleh komunitas muslim Turki di Den Haag.

Perkembangan Islam di Belanda memang cukup pesat. Komunitas Indonesia dan muslim dari beberapa Negara yang pernah menjadi wilayah jajahan negeri kincir angin tersebut turut meramaikan komunitas muslim disana sejak lama. Masjid masjid telah bertaburan di berbagai kota disana, berbagai organisasi Islam juga telah berdiri menjadi motor penggerak dakwah Islam disana. Begitupun dalam bidang pendidikan, Tahun 2010 lalu, Universitas Islam Belanda telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah setempat menjadikannya sebagai Universitas Islam terkemuka di Eropa.

Khusus di kota Den Hag yang merupakan ibukota Negara, Komunitas muslim Indonesia telah sejak lama mengukir sejarah disana dengan membeli sebuah bangunan Gereja Immanuel yang telah lama sepi jemaah terpakai dan mengubahnya menjadi Masjid Al-Hikmah yang dikelola oleh Muslim Indonesia. Keseluruhan dana pembelian dan alih fungsi bangunan tersebut di danai oleh Bapak H. Probosutejo.

terselip diantara gedung gedung di sekitarnya.

Di kota Den Hag juga ada sebuah masjid dengan gaya arsitektur yang cukup unik karena memang sebelumnya merupakan sebuah Sinagog Yahudi yang kemudian di alih fungsi menjadi Masjid oleh komunitas muslim Turki disana. Sampai tahun 1974 bangunan tersebut masih berfungsi sebagaimana peruntukannya sebagai tempat ibadah bagi Kaum Yahudi di Den Hag sampai kemudian dijual tahun 1979 karena sepi jemaah.

Bangunan Sinagog Agung Yahudi tersebut yang kini berada di Wagenstraat dibangun tahun 1844 merupakan salah satu bangunan bersejarah terkait dengan deportasi warga Yahudi di Belanda. Tak jauh dari tempat tersebut terdapat berbagai gedung dan monument terkait dengan sejarah Yahudi di Den Hag termasuk titik berkumpulnya 14 ribu hingga 17 ribu warga Yahudi sebelum dikirim ke Kamp Konsentrasi Jerman.

Mescidi-Aksa‎
Wagenstraat 103
2512 AS Den Haag, Nederland


Komunitas Muslim Turki kota Den Hag membeli bangunan tersebut dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah masjid yang cukup megah namun tetap mempertahankan arsitektur aslinya. Maka jadilah sebuah masjid dengan tampilan luar tetap dalam bentuk aslinya. Sebuah menara tinggi khas Turki kemudian ditambahkan tahun 1985 di bagian masjid tersebut untuk menegaskan bahwa bangunan tersebut adalah sebuah masjid bukan lagi Sinagog.

Lokasi masjidnya yang tidak tepat berada di tepian jalan raya namun agak masuk ke dalam diantara jejeran bangunan pusat bisnis disekitarnya membuat bangunan masjid ini kadang luput dari pandangan. Menara tingginya yang dibangun belakangan itu cukup membantu untuk memudahkan menemukan masjid ini seakan memberi tahu siapa saja tentang keberadaaannya.

Mimbar dan mihrab masjid Al-Aksa Den Haag.

Seperti kebanyakan masjid di Belanda, Masjid Al-Aksa ini juga terbuka bagi siapa saja yang berkenan untuk berkunjung termasuk kunjungan dari non muslim yang sekedar ingin berkunjung melihat keindahan interiornya yang sudah berubah total ke dalam rancangan masjid khas Turki apalagi berkunjung untuk mendapatkan informasi ke-Islaman, pengurus masjid ini dengan ramah akan menemui para pengunjungnya.

Bangunan masjid ini dibagi ke dalam dua area. Masing masing adala area sholat utama untuk jemaah pria ada di lantai dasar sedangkan area khusus untuk jemaah wanita ditempatkan di lantai mezanin. Masuk ke dalam masjid ini sama sekali tak ada lagi bekas pernak pernik sebuah Sinagog selain dari bentuk luarnya yang masih dipertahankan. Hamparan sajadah merah mendominasi suasana di dalam masjid ini.

Interior Masjid Al-Aksa.

Mihrab dengan rancangan khas Turki penuh dengan ornamen dalam warna biru berdiri bersebelahan dengan dua mimbar di sisi kiri dan sisi kanan. Mihrab utama dibangun cukup tinggi dari bahan kayu berukir sedangkan mimbar yang lebih kecil diletakkan di sisi kiri mihrab sebagai tempat muazin melantunkan azan dan ikomah. Kemegahan interior masjid masjid Turki cukup terasa di dalam masjid ini meski tak seramai dan semegah masjid masjid Istambul yang memang sejak awal dibangun sebagai masjid.***

Baca Juga