Sabtu, 10 Desember 2011

Wekande Jummah Masjid - Sri Lanka, Wakaf Muslim Indonesia Abad 18

Masjid Jummah Wekande Slave Islands Kolombo wakaf dari Pandan Bali, Muslim Ningrat dari Hindia-Belanda (kini Indonesia).

Wekande Jummah Masjid atau Masjid Jum’ah Wekande adalah salah satu masjid tertua dan terbesar di Kolombo dan Sri Lanka. Masjid ini berada di Wekande Jumma Masjid Road, Slave Island, kota Kolombo. Disebut Slave Island, karena memang daerah ini dulunya adalah tempat bermukimnya kaum budak dari Afrika yang dibawa oleh penjajah Portugis dan Belanda ke Sri Lanka. Slave Island, juga bukanlah sebuah pulau dalam arti sebenarnya. Disebut Island karena sebagian besar daerah ini menjorok ke tengah danau Beira di sebelah selatan Benteng Kolombo. Sri Lanka.
 
Tak banyak orang tahu, bahwa di Sri Lanka yang 75% penduduknya beragama Budha tersebut terdapat komunitas muslim Melayu keturunan Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. Mereka adalah keturunan dari penentang penjajahan Belanda di Indonesia yang kemudian ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke Sri Lanka pada saat Sri Lanka juga berada di bawah jajahan Belanda. Masjid Jum’ah Wekande yang akan kita ulas berikut ini merupakan Wakaf dari Pandan Bali, sorang bangsawan kaya asal Indonesia yang dibuang Belanda ke Sri Lanka di abad ke 18.

Lokasi dan Alamat Masjid Jum’ah Wekande

# 21, Wekande Jummah Masjid Mawatha, Colombo 02, Sri Lanka
Tel. 011 2320355


Sejarah Masjid Jum’ah Wekande
 
Sejarah Masjid Jum’ah Wekande atau dalam bahasa Inggris disebut Wekande Jummah Masjid berawal di abad ke 18 masehi ketika Sri Lanka (saat itu masih bernama Ceylon) berada di bawah penjajahan Belanda. Belanda berkuasa di Sri Lanka selama 228 tahun dari tahun 1568 setelah mengalahkan Portugis hingga tahun 1796. Di tahun 1796 penjajahan Belanda di Sri Lanka berahir seiring kekalahan Belanda melawan Inggris.
 
Selama menjajah Sri Lanka, Belanda menjadikan Negara Pulau ini sebagai salah satu tempat pembuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari tokoh tokoh Istana, raja, pangeran, panglima, alim ulama hingga tokoh masyarakat di tanah air. Mereka di tangkap bersama keluarganya lalu dibuang ke Sri Lanka. Orang buangan dari Indonesia tersebut kemudian menjadi komunitas muslim melayu di Sri Lanka dan menjadi bagian dari muslim awal yang masuk ke Sri Lanka hingga kini.
 
Wakaf Dari Pandan Bali
 
Pandan Bali adalah seorang muslim dari kalangan bangsawan kaya dari pulau Jawa, Indonesia (kala itu masih bernama Hindia Belanda / Hindia Timur) yang dibuang Belanda ke Sri Lanka, Pandaan Bali tiba di Sri Lanka bersama dengan kontingen tentara Resimen Melayu bentukan Belanda yang akan ditempatkan di Sri Lanka. Takdir kemudian mempertemukan Pandan Bali dengan Sabu Latif, seorang bangsawan Indonesia yang juga dibuang Belanda ke Sri Lanka. Sabu Latif tiba ke Sri Lanka di tahun 1772 bersama ayahandanya Raden Framana Latiff dari Kesunanan Casar, Kalimantan Barat – Indonesia. Sabu Latif menikah dengan putri dari Arufus Camaldeen, Kapten dari Tentara Resimen Melayu.

Fasad Masjid Jummah Wekande.

Pandan Bali menikah di Beruwala dan cukup lama tak dikaruniai keturunan. Sampai kemudian beliau bernazar akan membangun masjid bila dikaruniai keturunan. Ketika beliau dikaruniai seorang anak perempuan, belliau memberinya nama Sariya Umma (juga dikenal dengan nama Pallie Umma). Pandan Bali memenuhi nazarnya dengan mewakafkan sebidang tanah sekaligus membangun masjid disana berikut taman pemakaman umum muslim sesuai dengan Nazarnya.
 
Lahan Masjid Jum’ah Wekande dibeli oleh Pandan Bali dari Jeynadien Marikar Sinna Cassien di tahun 1786M (1201H). Pada tanggal 17 Agustus 1786M (1201H) Pandan Bali mewakafkan lahan tersebut untuk kaum muslimin, dan mempercayakan amah itu kepada Sabu Latif Untuk pengelolaannya. Sesuai dengan Nazarnya Pandan Bali juga menanggung seluruh biaya pembangunan Masjid Jum’ah Wekande berikut taman pemakaman umum muslim disana. Sabu Latif menjadi imam pertama Masjid Jum’ah Wekande dengan sebutan Khateeb (khatib), dan secara tradisi jabatan tersebut dipegang oleh keturunan beliau hingga kini.
 
Pandan Bali kemudian kembali ke Indonesia namun Istri dan putrinya tetap tinggal di Sri Lanka. Putri beliau Sariya Umma menikah dengan Alfaraz Nazar seorang muslim melayu berkerja di kapal Singapura dan singgah ke Sri Lanka. Keturunan dari Pandan Bali saat ini dikenali dari nama “Pallie” yang mereka gunakan sebagai nama keluarga pada nama mereka masing masing.

Gerbang Masjid Jummah Wekande.

Satu hal yang patut dicatat dari pembangunan masjid ini. Masjid Juma’ah Wekande dibangun di era kolonial Belanda yang sama sekali tidak menunjukkan rasa hormat kepada agama dan budaya masyarakat setempat. Pandan Bali dan umat Islam saat itu telah menunjukkan perhatian yang begitu besar pada perkembangan dan kebutuhan masyarakat Islam di lingkungannya di Sri Lanka dan manfaatnya terasa hingga kini.
 
Perkembangan Masjid Jum’ah Wekande
 

Sekolah Islam Masjid Jum’ah Masjid Wekande
 
Masjid memang tidak saja sebagai tempat untuk beribadah tapi merupakan focal point dari keselutuhan aktivitas ummat Islam. Di berbagai negara Islam disekitar masjid diramaikan dengan beragam aktivitas mewarnai kehidupan ke Islaman. Di Masjid ini juga dilengkapi dengan bangunan madrasah untuk belajar agama, AL-qur’an dan bahasa Arab, gedung madarasah tersebut di namai Pandan Bali Hall sebagai penghormatan kepada mendiang Pandan Bali.
 
Din Yunus (Deen Joonoos), salah satu pengurus masjid ini yang begitu enerjik telah menunjukkan perhatian yang luar biasa kepada masjid ini dan senantiasa menjadikan masjid ini sebagai bagian integral dari kehidupan muslim Kolombo. Beliau kemudian membangun sebuah sekolah dengan nama Deen Joonoos Hall yang kemudian menjadi Sekolah Bilingual Negeri Wekande (Wekande Government Bi-lingual school).

Masjid Jummah Wekande dari arah jalan raya.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan ummat islam setempat akan pendidikan bagi putra dan putri mereka, sekolah tersebut kemudian terus di tingkatkan kualitasnya oleh Dr. T.B Jayah dan kemudian ubah sebagai cabang dari sekolah Zahira College Colombo serta kemudian di ubah namanya menjadi Zahira Collegege Slave Island, dan kemudian di ubah lagi menjadi T.B. Jayah Maha Vidyalaya untuk mengenang pedirinya yang sudah menunjukkan pengabdian luar biasa pada pendidikan di Sri Lanka dan menghasilkan pemimpin pemimpin Islam Sri Lanka di kemudian hari.
 
Perluasan Masjid Jum’ah Wekande
 
Ketika jemaah semakin membludak dan Masjid Jum’ah Wekande -pun sudah terasa terlalu sempit untuk menampung jemaah yang semakin bertambah. Ketua pengurus Masjid Jum’ah Wekande kala itu Haji M.D. Kitchilan dan dewan pengurus membutuhkan dana untuk memperluas masjid ini. pada saat kritis tersebut S.H. Moosajee mengajukan diri mendanai semua proses perluasan masjid tersebut. Berkat kebaikan dari beliau sayap kanan masjid ini kemudian berdiri dan diresmikan pada bulan Desember 1966 dihadiri oleh Perdana Menteri Sri Lanka Dudley Senanayake.

Tahun pembangunan masjid dipasang di sisi gerbang utama.

Namun gedung tambahan tersebut hanya mampu menampung membludaknya jamaah untuk sementara, Hanya selang beberapa waktu, jemaah jemaah yang membludak sudah tak tertampung oleh bangunan masjid yang sudah diperluas. Ketua dan dewan pengurus masjid kemudian untuk kedua kalinya menemui S.H. Moosajee. Mendiskusikan masalah tersebut. dan untuk kedua kalinya S.H. Moosajee dengan ikhlas mendanai sendiri perluasan masjid tersebut dengan membangun lantai dua. Peresmian perluasan kedua Masjid Jum’ah Wekande ini dilakukan oleh menteri pendidikan Sri Lanka Dr. Badiudin.

 
Di tahun 1986 pengurus Masjid Jum’ah Wekande menyelenggarakan peringatan dua ratus tahun Masjid Jum’ah Wekande (1786-1986), bersamaan dengan acara tersebut diselenggarakan peletakan batu pertama perluasan masjid di sayap selatan. Hadir dalam kesempatan itu mantan Menteri Urusan Agama dan Budaya Islam Sri Lanka M.H. Muhammed berkenan mewakili seluruh tamu undangan meletakkan batu pertama perluasan Masjid Jum’ah Wekande di sayap selatan. Takblikh akbar juga diselenggarakan di lokasi akan dibangunnya perluasan masjid tersebut pada tanggal 31 Agustus 1986.
 
Peran KBRI, Pakistan, Qatar dan Dermawan Lain nya
 
Proses perluasan masjid ini dimulai setahun kemudian, tepatnya pada bulan Agustus 1987 dengan dana sumbangan sebesar Rs. 135,000, diterima melalui Duta Besar Republik Indonesia Untuk Sri Lanka merangkap Maladewa yang berkedudukan di Kota Kolombo, Jufri Yusuf.
 
 

Gedung utama Masjid Jummah Wekande.

Manakala donasi dari luar negeri tak mencukupi untuk perluasan bangunan masjid, para pengurus bersama dengan para ulama dan jemaah dengan persetujuan dari dewan pembina, kemudian mendatangani jemaah masjid dari rumah ke rumah mengumpulkan donasi. Dari upaya tersebut terkumpul dana sebesar Rs.245 ribu. Lembaran lembaran karcis amal juga disebarkan kepada para jemaah sholat tarawih selama bulan suci Ramadhan sebagai upaya penggalangan dana.
 
Darwis Hadjar kemudian mengajukan diri untuk mendanai pengecoran beton bertulang penghubung bangunan sayap selatan dan utara masjid. Beberapa anggota jemaah kemudian meminta kepada dewan pengurus untuk membangun kembali sebuah replika dari mimbar asli Masjid Jum’ah Wekande yang dirobohkan tahun 1965 saat S.H. Moosajee membangun lantai dasar sayap utara masjid dengan dana pribadinya sendirinya. Namn pada saat itu pekerjaan pembangunan masjid dan gedung madrasah sempat terhenti karena masalah pendanaan.
 
Tanpa disangka sangka seorang pengusaha dari Qatar bernama Nasser Al Kaabi pada suatu ketika singgah ke masjid ini untuk menunaikan sholat magrib, beliau turut menyumbang sebesar sebesar Rs. 5,300, lalu donasi Komisi Tinggi dari Pakistan sebesar Rs. 97,774 ditambah dengan donasi yang sangat besar dari para dermawan sekitar masjid sebesar Rs. 200,000 membantu menyelesaikan perluasan masjid dan madrasah yang sempat terhenti tersebut. Pembangunan lanjutan dilakukan oleh dewan pengurus dengan menambahkan lantai dua di bagian atas tangki penampungan air wudhu untuk menambah daya tampung masjid yang sudah sangat mendesak di tahun 2001.

Masjid Jummah Wekande.

Dengan selesainya keseluruhan proses pembangunan tersebut dewan pengurus Masjid Jum’ah Wekande telah menyelesaikan proyek perluasan masjid yang ditujukan untuk peringatan 200 tahun berdirinya masjid tersebut yang terlakasana pada periode 1986/87 dengan total areal tambahan seluas 7,377 kaki persegi.

Peluncuran Website Masjid Jum’ah Wekande oleh Dubes RI

Pada tanggal 27 November 2011 bertepatan dengan tahun baru 1 Muharram 1433H, Masjid Jummah Wekande meluncurkan website Masjid Jummah Wekanda beralamat di www.wekandamasjid.com. Peluncuran website itu juga bertepatan dengan perayaan 232 tahun berdirinya Masjid Jum’ah Wekande (berdasarkan Kalender Hijriah 1201H~1433H). Dalam kesempatan itu, Duta Besar RI untuk Sri Lanka merangkap Maladewa, Djafar Husein didaulat untuk meresmikan peluncuran website tersebut.
 
Turut hadir diantara para tamu kehormatan dalam acara tersebut adalah sekretaris ke-3 Kuasa Usaha Malaysia, Azzezul Hakeem dan Kuasa Usaha Malaysia untuk Sri Lanka, Azmi Zainudeen. Usai peresmian dilanjutkan dengan kuliah umum yang disampaikan oleh As Sheikh Arkam Nooramith dari Darul Uloom, Afrika Selatan dan juga Chairman dari Darul Hasanath Foundation. Website masjid ini merupakan gagasan dari Nazeer Mueen Latif, salah dari pembina Masjid Jum’ah Wekande, beliau adalah keturunan dari Khatib Sabu Latif. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan sambutan khusus yang diberi judul “Wekande Jummah masjid in retrospect”
 
Mimbar dan mihrab di Masjid Jummah Wekande.
 
Khatib Khatib Masjid Jum’ah Wekande
 
Selama 232 tahun posisi Khatib Kepala di Masjid Wekande dipegang oleh keturunan Khatib Saboo Latiff, khatib pertama sekaligus penerima amanah wakaf langsung dari Pandan Bali. Konsistusi Masjid Jum’ah Wekande dengan tegas menyebutkan bahwa jabatan Khatib Ketua Masjid Jum’ah Wekande dipegang oleh anggota keluarga keturunan Khatib Sabu Latif atau Khatib M.T.T Ameer yang juga merupakan keluarga dekat keluarga Latif. Berikut daftar Khatib Masjid Jum’ah Wekande sejak dari Khatib pertama Khatib Sabu Latif beserta masa bhaktinya.
 
01. Sabu Latif - selama 53 tahun (1786 – 1839)
02. Chinnan Latiff - selama 50 tahun (1810 – 1860)
03. Ariffin Latiff - selama 6 tahun (1860 – 1866)
04. Thaiff Latiff (Packir Bawa Latiff)  - selama 3 tahun (1866 – 1869)
05. Thaiban Latiff –selama 13 tahun (1869 – 1882)
06. Noordeen Thaiff Latiff (juga menjabat di Masjidul Akbar) –selama 50 tahun (1870 – 1920)
07. Buhary Noordeen Latiff  - selama 28 tahun (1903 – 1931)
08. Sadiq Buhary Latiff - selama 12 tahun (1934 – 1946)
09. Muyinudeen Buhary Latiff – selama 20 tahun (1946 – 1966)
10. M.T.Thajudeen Ameer
11. M. Faiz Ameer
12. Moulavi M. Muzni Ameer (Dheeni)
 
Wekande Ma’al Madrasah
 
Wekande Ma’al Madrasah, Madrasah pendidikan Al-Qur’an di Masjid Jum’ah Wekande didirikan pada tahun 1997. Lebih dari 100 santri putra dan putri belajar di madrasah ini setelah jam sekolah. Pengurus masjid menyediakan buku buku, alat alat tulis berikut seragam nya secara gratis bagi seluruh santri di Madrasah. Sudah cukup banyak santri alumni madrasah ini yang berhasil menjadi Hafiz (penghafal Al-qur’an).
 
Interior Masjid Jummah Wekande.
 
Ruang Sholat Khsusus Jemaah Wanita
 
Slave Island, berada di lokasi yang strategis, ribuan orang datang secara berkala untuk berbagai macam kepentingan mulai dari bekerja, berbisnis hingga untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Diantara mereka ada muslimah yang berjuang keras hanya untuk melaksanakan sholat zuhur/ashar selama jam kerja karena ketiadaan fasiltas khusus jemaah wanita di masjid masjid yang ada. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, pengurus Masjid Jum’at Wekande kemudian menyediakan ruang khusus bagi jemaah wanita di Masjid Jum’ah Wekande
 
Aktivitas Sosial Masjid Wekande
 
Dewan pengurus bersama Khatib Masjid Jum’ah Wekande turut ambil bagian dalam kehidupan masyarakat secara luas. Beberapa aktivitas sosial Masjid Jum’ah Wekande yang patut dicatat beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Membangun sekolah dan madrasah yang keduanya memberikan pendidikan agama Islam. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
  2. Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff (menjabat tahun 1903 – 1931) dibantu oleh H.L. De Mel dan dewan kota Kolombo meminjamkan ruang sekolah di Masjid Jum’ah Wekande berikut ruangan pribadi Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff sebagai tempat penyimpanan beras selama terjadi krisis beras akibat kondisi darurat selama perang dunia pertama.
  3. Di tahun 1920 Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff juga turut memainkan peran teramat penting dalam pendirian Asosiasi Politik Melayu dan menjadi Ketua pertama Asosiasi tersebut.
  4. Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff dengan kesederhanannya bekerja bersama dengan H.L. Del Mel selama perayaan “Armistice Day” memberi makan kepada fakir miskin dan menyantuni anak anak yatim di Masjid Jum’ah Wekande.
  5. Mantan Presiden Dewan Pengurus Masjid Jum’ah Wekande, M.D. Kitchilan pernah menjabat sebagai anggota senat sekaligus sebagai wakil Walikota dari Dewan Kota Kolombo.
  6. Pahlawan Nasional Sri Lanka dan juga juga salah satu tokoh muslim melayu Sri Lanka T.B. Jayah adalah merupakan orang yang begitu dekat dengan Masjid Jum’ah Wekande.
  7. Mantan Presiden Dewan Pengurus Masjid Jum’ah Wekande, M.D. Kitchilan pernah menjabat sebagai sektetaris dari ‘All Ceylon Malay League” yang dipimpin oleh T.B. Jayah.
  8. Masjid Jum’ah Wekande juga memberikan beasiswa kepada beberapa mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan tinggi mereka baik di pendidikan Islam dan pendidikan di Universitas. Melalui program tersebut tercatat dua orang santri berhasil menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi. Sementara dua mahasiswa lagi masih mengikuti program ini.
  9. Masjid Jum’ah Wekande Juga memainkan peran penting dalam ‘Kompeniweediya Masjid Federation’. Bantuan finansial juga diberikan Masjid Wekande bagi proyek proyek dari federasi tersebut. 
 
Gedung Madrasah yang dikelola oleh Masjid Jummah Wekande.

The Federation of Kompannaveediya Mosques
 
The Federation of Kompannaveediya Mosques (FKM) adalah organisasi yang di-dedikasikan bagi kesejahteraan komunitas muslim Slave Island, Colombo 2. Dibentuk oleh 10 manajemen masjid yang ada di Slave Island pada tahun 2005, tak lama setelah bencana Tsunami akibat gempa samudera Hindia 24 Desember 2005 yang mengakibatkan bencana besar di sepanjang pantai samudera hindia termasuk Indonesia dan Sri Lanka.
 
Pekerjaan berat ditangani FKM paska bencana tersebut salah satunya adalah proyek pembangunan kembali masjid masjid yang hancur akibat tsunami di kawasan pantai timur dan selatan Sri Lanka terutama di Kota Kirinda dan Hambantota. Termasuk juga penanganan paska terjadinya peristiwa di Mutur yang terkenal dengan “Mawil aru’ incident”. FKM menyumbangkan dana sebesar Rs. 300,000 menanggapi permintaan dari my All Ceylon Jemmiyathul Ulema dalam upaya pemulihan bagi ummat Islam yang terusir akibat peristiwa tersebut. 55 orang sukarelawan FKM kemudian ditempatkan di kamp pengungsi Kanthle selama 4 hari masa pemulihan. Aktivitas FKM lainnya adalah menggalang zakat kolektif, menunjang peningkatan pendidikan di Slave Island, program dana pensiun bagi Khatib dan Muazin yang telah pensiun, menyelenggarakan tenda kesehatan dan lain lain.
 
Sepuluh Masjid anggota FKM adalah : (1). Wekande Jummah Masjid (2), Masjidul Akbar Jummah Mosques di Kew Road, (3) Masjidul Jamiya Jummah Mosques di Java Lane, (4).  Masjidul Quadhir Hanafi Jummah Mosque di Church Street, (5) Zaviyathul Khairiya Thakkiya di De Mel Street, (6) Shahul Hameediyah Jummah Mosque di Stuart Street, (7). Al Masjidul Muhaiyadeen di Union Lane, (8). Masjidul Badhiriya Ma'al Madhrasa di Wekande Road, (9). Abi Ubaida Jummah Mosque di Station Passage dan (10). Ukwathul Islam Jummah Mosque di Dawson Street. 
  
Ucapan Terima Kasih
 
Dengan kerendahan hati, pengurus Masjid Jum’ah Wekande mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tinggi nya kepada semua pihak yang telah berkontribusi kepada Masjid Jum’ah Wekande. Hal tersebut dinyatakan dalam laman resmi Masjid Jum’ah Wekande, diantara mereka disebutkan pada urutan pertama adalah Pandan Bali selaku pendiri masjid, lalu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sri Lanka, Pakistan High Commission, Mr. S.H. Moosajee, Darwish Hadjiar, Mr. Nasser Al Kaabi – Qatar, Sheikah Layla Mohamed Althani & Sheikh Jassim bin Mohamed Althani – Qatar, para dermawan dan seluruh jemaah Masjid Jum’ah Wekande.
 

Masjid Jummah Wekande.

Pengurus Masjid Jum’ah Wekande
 
Seperti telah sedikit disinggung sebelumnya bahwa pengurus Masjid Jum’ah Wekande dipegang oleh keturunan dari Khatib Sabu Latif, keturunan dari Pandan Bali, keluarga mereka, Muslim Melayu Sri Lanka, serta muslim non Melayu jemaah Masjid Jum’ah Wekande. Konstitusi masjid ini dengan tegas menyebutkan bahwa dalam kepengurusan masjid harus ada setidaknya 2 anggota tetap di dalam dewan Pembina masjid dari keluarga Pandan Bali dan Khatib Sabu Latif.
 
Berikut daftar Pengurus Masjid Jum’ah Wekande saat ini (2011)
 
Presiden & Pembina Masjid : Basheer .M. Latiff (keturunan langsung Kathib Sabu Latif)
Sekretaris : Tuan Nilamdeen Pallie (Keturunan dari Pandan Bali)
Bendahara dan Pembina Masjid : T.N. Jainudeen (keturunan dari Pandan Bali)
Wakil Presiden : Al Haj. M. Anver Ameer J.P. (Putra dari M.T.Thajudeen Ameer – juga dari keluarga Latif)
Internal Auditor : T. Murad Samath
Anggota Dewan Pembina : Nazeer Mueen Latiff (Keturunan dari Kathib Sabu Latif),  Al Haj. T.Haroon Miskin, T.Sakreen Amith, Al Haj. T.Harris Amith, T.Marzook Noor, Al Haj. T.M.K.Buhary, T.Rasheed Puwasa, M.N. Johar, M.S. Mustaq Ali, Kalabooshana Al Haj. S.M. Shabdeen J.P.
  
Dan berikut adalah daftar Imam Masjid Jum’ah Wekande Saat ini (2011)
Khatib Ketua : Moulavi M. Muzni Ameer (Dheeni)  (keturunan dari Kathib M.T.Thajudeen Ameer)
Imam : Moulavi M. Nazeer Buhardeen (Najahi ), dan
Imam : Moulavi A.H.M. Sameem (Ajwardi) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA