Selasa, 28 September 2010

Masjid Agung Natuna, Kepulauan Riau

Masjid Agung Natuna.

Masjid Agung Natuna sebelumnya juga disebut sebagai Masjid Raya Natuna, diresmikan penggunaannya pada tanggal 4 April 2009. Masjid tersebut merupakan simbol kebangkitan Islam di Natuna dan kebangkitan awal bagi pembangunan dan pengembangan Islam dan Iman masyarakat natuna sesuai dengan visi dan misi pemerintah Kabupaten Natuna yang dikemas dalam kalimat singkat Pencapaian Natuna MAS 2020 (MAS = Masyarakat Adil dan Sejahtera). 

Kehadiran Masjid Agung di Komplek Gerbang Utaraku (Gerakan Membangun Untuk Sejahtera hingga ke Anak cucu) juga merujuk pada posisi Natuna secara geografis yang merupakan wilayah paling utara Indonesia.  merupakan salah satu bentuk pengejawantahan hal tersebut. Pembangunan masjid ini merupakan bagian dari mega proyek yang diberi nama Gerbang Utara Ku, yang meliputi perumahan DPRD, rumah dinas bupati dan wakil bupati, kampus dan asrama perguruan tinggi.

Disetiap kesempatan Bupati Natuna selalu mengajak khususnya PNS dilingkungan Pemkab Natuna untuk senantiasa berjamaah 5 waktu. Yang sangat menarik disana yaitu kebersamaan para pejabat daerah terutama Muspida disetiap shalat lima waktu selalu berbaur ulama,umara' dan umat. 

Masjid Agung Natuna.

Setelah shalat berjamaah senantiasa dilaksanakan kuliah tujuh menit, khususnya Mahgrib setelah ceramah agama jelang Isya dilaksanakan ngopi dan ngeteh bareng di teras masjid dengan menu, kurma, goreng ubi dan pisang goreng.

Lokasi Masjid Agung Natuna

Masjid Agung Natuna terletak dan merupakan bagian dari Komplek Gerbang Utaraku, kawasan yang dipersiapkan sebagai pusat pemerintahan dan bisnis Natuna di wilayah Ranai yang menjadi ibukota kabupaten Natuna, dengan Masjid sebagai titik pusatnya. Kawasan ini akan dilengkapi dengan 8 pusat aktifitas masyarakat 1. Masjid Agung, 2. Menara, 3. Asrama Haji, 4. Gedung Pertemuan, 5. Gedung Pendidikan, 6. Gedung Komersial, 7. Gerbang, 8. Plaza serta taman kota.

Masjid Agung Natuna 
Ranai Kota, Kec. Bunguran Tim., Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau 29783

  

Terbentuknya kabupaten Natuna dengan visi dan misi pembangunan Kabupaten Natuna yang tertuang dalam 5 pilar utama, Pembangunan dibidang keimanan merupakan point utama sebagai konsep program pembangunan daerah. Hal tersebut yang melandasi ide pembangunan masjid Agung Natuna dengan harapan agar pelaksanaan syi’ar Islam dapat ditingkatan dalam rangka menciptakan suasana yang religi ditengah-tengah masyarakat Kabupaten Natuna pada umumnya. Dan nantinya dapat dijadikan sebagai maskot kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Natuna dimasa-masa yang akan datang.

Proses pembangunan ini telah direncanakan sejak tanggal 13 Agustus 2006, atau sejak bupati  kabupaten Natuna Drs. H. Daeng Rusnadi, M.Si menduduki jabatannya sebagai bupati Kabupaten Natuna. Setelah melalui beberapa proses perencanaan yang disesuaikan dengan arti filosofi dari pembangunan Masjid Agung dan Komplek Gerbang Utaraku, proses pembangunan fisik dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 04 Mei 2007.

Masjid Agung Natuna.

Masjid Agung Natuna merupakan titik utama komplek Gerbang Utaraku. Kemudian dilanjutkan pada proses pembangunan lanjutan tahap I B, pembangunan fasilitas lain akan dilaksanakan, diantaranya pembangunan Masjid Laut, Pusat perekonomian, pasar, terminal, Asrama STAI, Gedung Olah raga, dan lain sebagainya. 

Komplek gerbang utaraku merupakan implementasi pembangunan 5 (lima) pilar utama, yaitu Keimanan, Kesehatan, Pendidikan, Perekonomian dan hukum. Tahapan Tahap I A. Diresmikan penggunaan fasilitasnya oleh Bupati Kabupaten Natuna Drs.H Daeng Rusnadi,M.S pada hari Jum’at 4 April 2009.

Pada saat peresmian penggunaan fasilitas tahap IA Sebenarnya pembangunan Tahap I A belum rampung dan masih dalam tahap pengerjaan. Namun untuk bangunan Masjid Agung sudah dapat dipergunakan. pembangunan Tahap I A selesai pada awal bulan Mei 2009 dan segera dilanjutkan dengan pembangunan Tahap I B.

Masjid Agung Natuna.

Total anggaran yang akan dihabiskan seluruhnya (termasuk dana pembangunan masjid) sebesar Rp781 miliar lebih. Dari APBD 2007, anggaran 2008 dan 2009, Anggaran pembangunan masjid Agung sendiri senilai Rp 400 miliar lebih atau setara dengan APBD Kota Tanjungpinang (ibu kota Provinsi Kepulauan Riau) tahun 2007.
 

Arsitektur Masjid Agung Natuna

Ornamen Masjid Agung Natuna mengambil insfirasi dari Al’quran, karena AlØ·quran merupakan sumber dari segala hukum. Dengan bentuk kubah mirip kubah Taj Mahal di India dan menjadi masjid terbesar dan dan termegah di Propinsi Kepulauan Riau. Masjid yang cukup megah dan  luas. Satu barisan shaf di dalam masjid ini cukup untuk memuat hingga 180 jemaah.

Masjid Natuna, telah jelas-jelas bahwa lambang dan makna dekoratif yang muncul menunjukkan bahwa gedung tersebut adalah bangunan Islami.  Masjid Agung Natuna memiliki ruang dalam yang sangat luas. Bagian tengahnya diterangi oleh cahaya alami yang bersumber dari kubah masjid. Bagian tepi pada lantai satu yang terteduhi lantai dua cukup gelap. 

Masjid Agung Natuna.

Untuk meneranginya dibuat bukaan berupa karawang yang terletak di atas pintu masuk yang memilliki dimensi cukup besar. Terasa bahwa ruang remang pada bagian ini diterangi oleh sedikit cahaya dari atas layaknya ruang-ruang gotik. Dari segi bentuk, pintu masuk ini memiliki geometrika lengkung yang bagian atasnya lancip. Dua pintu utama yang terletak di sisi kiri dan kanan gedung menghadap ke kiblat juga mengarahkan nuansa ruang menjadi terfokus pada sumber cahaya Ilahi.

Latar belakang mihrab Masjid Agung di Natuna dibuat dari bahan kayu dengan bentuk yang cukup besar. Geometrika nya juga terbentuk dari lengkung atau busur dengan pertemuan lancip di bagian tengah/atasnya. Latar mihrab tersebut juga didesain dengan labirin busur lancip hingga semakin memperkuat kesan gotik-nya.



Senin, 27 September 2010

Masjid Nasional Abuja, Nigeria

Senja di masjid nasional Abuja – Nigeria.

Mengenal Kota Abuja

Abuja adalah ibu kota Nigeria yang memiliki populasi sekitar 800.000 jiwa. Kota ini memang dialokasikan menjadi sebuah kota yang tertata. Dibuat tahun 1980 dan dijadikan ibu kota pada tanggal 12 Desember 1991 menggantikan ibu kota sebelumnya Lagos. Di kota ini terdapat berbagai tujuan wisata, juga kedutaan besar dari berbagai negara.

Nigeria merupakan negara dengan berbagai kelompok etnik. Bahkan tercatat sebanyak lebih dari 250 kelompok etnik yang terdapat disini. Bahasa pengantar negeri ini adalah bahasa Inggris. Penduduk muslim di negeri ini tercatat mencapai sekitar 50% dari seluruh penduduk. Menjadikan umat Muslim sebagai yang terbanyak, diikuti dengan umat Kristiani sebanyak 40%. Sedangkan sisanya lebih pada aliran kepercayaan yang masih dibawa dari kepercayaan nenek moyang. Karenanya tak terlalu mengherankan bila negeri ini memiliki sejumlah masjid. Satu yang paling besar adalah Masjid Nasional abuja.

Masjid nasional Abuja- Nigeria.

Lokasi Masjid Nasional Abuja

Abuja National Mosque
Independence Avenue
Abuja City, Nigeria
            Koordinat : 9°03′39″N 7°29′23″E



Masjid nasional Abuja terletak di pusat pemerintahan Nigeria, berseberangan dengan Gereja Kristen Nasional Abuja di independent Avenue, Abuja, Nigeria, berdekatan dengan kantor departemen pertahanan Nasional Nigeria yang lebih dikenal sebagai gedung kapal karena  bentuk bangunannya yang mirip kapal laut. Posisi masjid dan gereja yang berseberangan ini sengaja dibuat demikian sebagai simbol keharmonisan dinegeri yang memiliki sejarah panjang pergantian tampuk kekuasaan silih berganti, serta pertikaian antara Islam dan Kristen yang tak berkesudahan.

Sejarah Masjid Nasional Abuja

Lokasi masjid nasional Abuja berseberangan dengan Gereja Nasional Abuja di ruas jalan yang sama, Independen Avenue. Bangunan Gereja terlihat di bagian kanan foto.

Dibangun pada tahun 1984 bersamaan dengan pembangunan kota Abuja sebagai ibukota baru bagi negara Nigeria, Masjid yang terletak di Independent avenue ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, ruang pertemuan bagi 500 tamu, serta tempat tinggal untuk Imam dan Muazin.  Nigeria menjadi salah satu negeri bekas jajahan Inggris yang didera perang saudara tak berkesudahan antara kelompok Islam dan Kristen, 12 Negara bagian di utara Nigeria meminta untuk melaksanakan hukum syariah Islam.

Kubah utama dan menara kecil berwarna keemasan.
Perjuangan 12 negara dibagian utara Nigeria untuk memberlakukan Hukum Syari’ah memang terlalu berat, dan menghadapi tantangan dari dunia internasional, khususnya Barat dan sekutunya (Kristen). Namun kelihatannya, 12 negara bagian Nigeria Utara tetap pada pendirian semula, yaitu akan menerapkan hukum Syariah di negara bagiannya, karena memang konstitusi Negera Federal Nigeria melindunginya. Kondisi tersebut diperparah dengan silih bergantinya penguasa negeri itu dari satu kudeta ke kudeta berikutnya. Dari pemimpin dari kalangan Islam lalu berganti ke peminpin dari kalangan Kristen. Berdirinya masjid dan gereja Nasional Abuja diharapkan menjadi symbol harmonisnya kehidupan masyarakat Nigeria.

Sejak proses pembangungan hingga pengelolaannya saat ini masjid nasional Abuja ditangani oleh Abuja National Mosque Management Board. Proses perencanaan arsitekrutal pembangunannya diserahkan kepada AIM Consultants Ltd. Masjid Nasional Abuja sudah diresmikan oleh presiden Nigeria sebagai salah satu Monumen Nasional Nigeria dan menjadi milik seluruh rakyat Nigeria.

Arsitektural Masjid Nasional Abuja

Gerbang utama masjid nasional Abuja.

Masjid Nasional Abuja menjadi pemandangan sentral di pusat kota Abuja, dengan empat menara di ke empat sudut masjid, satu kubah utama berlapis emas hingga memancarkan kilauan dibawah sinar matahari. Selain satu kubah utama masjid ini masih dipercantik dengan empat kubah kecil dimasing masing empat penjuru atap nya. Secara keseluruhan bangunan masjid ini menggabungkan unsur budaya setempat dipadu dengan budaya Islam.

-------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Afrika Lain nya

Masjid Islamic Centre Wina, Austria

Islamic Center Wina / Vienna Islamic Centre / Islamisches Zentrum Wien.

Masjid inilah yang telah lebih dari 30 tahun menjadi pusat studi, kajian, serta perkembangan Islam di Austria. Hal yang menarik bahwa di negara sosialis Eropa Barat ini kebebasan beragama cukup terjamin. Persoalan keagamaan mendapat perhatian serius, sebagai contoh bahwa pelajaran keagamaan diajarkan di sekolah pemerintah, termasuk pelajaran agama Islam yang diajarkan oleh guru keturunan Turki. Di negara ini, Islam adalah agama ketiga terbesar dengan presentase 4,2 % yang berjumlah sekitar 344, 391 orang setelah agama Katolik dan Protestant.

Membangun masjid bukan persoalan di negeri anggur ini. Paling tidak terdapat 8-9 masjid menghiasi kota Wina. Yang paling megah dan menjadi sentral kegiatan keislaman disini adalah Masjid Islamic Center Vienna. Masjid ini merupakan masjid yang paling representatif karena bentuk tampilan bangunannya adalah masjid, tidak seperti masjid-masjid yang lain yang tampak dari luar hanya berupa bangunan apartemen yang didesain untuk kegiatan beribadah. Di kota Wina juga terdapat Masjid As-Salam Wapena yang didirikan oleh muslim Indonesia di kota Wina.

Lokasi Islamic Center Wina

Islamisches Zentrum Wien / Vienna Islamic Centre
Am Bruckhaufen 3a
1210 Vienna, Austria
Telepon : 01 2933194
Situs Resmi : http://www.izwien.at/

 

Dari pusat kota wina dapat dicapai menggunakan trem dan subway (U-Bahn) dan turun di stasiun Nueu Donau. Bangunan masjid terlihat dengan jelas dari stasiun.

Sejarah Islamic Center Wina

Masjid Islamic Center Wina dibangun selama kurun waktu tahun 1975 hingga 1979 dengan dana sumbangan dari Raja Saudi Arabia waktu itu Faisal Bin Abdul Aziz, dibangun diatas lahan yang dibeli dari dana yang berasal dari 8 negara Islam di tahun 1968 dan mendapatkan dukungan dari pemerintah Austria. Sebagaimana ditulis pada prasasti pembangunannya disebutkan : “Vienna Islamic Centre. Pembangunan atas inisiatif beberapa kedutaan besar negara-negara Islam, terutama Yang Mulia Raja Feisal bin Abdul Azia dari Saudi Arabia. Peletakan Batu Pertama pada 28 Februari 1968. Diresmikan pada 20 November 1979 bertepatan 1 Muharram 1400 H oleh Presiden Austria, DR. R..Kirschschlager.Tinggi Menara 32 meter. Kubah 16 meter. Arsitek Ing R. Lugner.”

Arsitektur Islamic Center Wina

Masjid Islamic Center Wina dilengkapi dengan Menara setinggi 32 meter, serta kubah masjid dibagian tengah dengan diameter 20 meter. Sebagai tambahan islamic center ini juga dilengkapi dengan fasilitas  fasilitas yang baik untuk belajar dan mempraktekan ajaran Islam. Sama seperti masjid pada umumnya di Indonesia, di sana ada hamparan karpet merah untuk salat, hijab pemisah untuk jamaah wanita di bagian belakang, mihrab, dan mimbar bagi khatib. Ruangan salatnya kira-kira berukuran 100 x 200 meter. Masjid itu terbagi dalam 3 lantai. Lantai basement, lantai dasar, dan lantai atas.

Masjid Islamic Center Wina.

Bangunan Islamic Center secara keseluruhan berdiri di atas tanah kurang lebih seluas 1 hektar. Kumandang azan dilantunkan hanya terdengar di dalam masjid saja karena tidak menggunakan pengeras suara. Masjid ini sangat ramai saat salat Jumat. Tiap lantai penuh, jumlah orangnya sekitar 2.000 orang. Mereka datang dari dalam dan luar kota Wina untuk salat di sini. Islamic Center di Wina adalah satu-satunya tempat yang memiliki masjid relatif besar. Di kota-kota lain di Austria juga ada Islamic Center, hanya saja tidak sebesar di Wina.

Geliat Islam di Wina

Meskipun menjadi agama ketiga, tetapi geliat dan semangat menjalankan ajaran agama Islam di Wina cukup tinggi, hal ini terlihat dari semarak dan berjubelnya warga muslim dari beragam etnis untuk menjalankan shalat tarawih, shalat jum’at dan tadarus Al-Qur’an di masjid-masjid yang cukup menampung mereka. Berbeda dengan keadaan gereja yang menghiasa seantero Wina dengan model bangunan tua nan megah justru sepi dari pengunjung dan semakin ditinggalkan oleh penganutnya. Menurut warga Austria, mereka lebih baik menjadi “Atheis” daripada terkungkung oleh aturan gereja dan pajak yang harus mereka bayar yang kadang memberatkan.

Masjid Islamic Center Wina.

Masjid-masjid di Wina umumnya dibangun oleh komunitas tertentu untuk sarana beribadah dan silaturahim diantara mereka, namun tetap terbuka untuk komunitas manapun yang akan menjalankan ibadah shalat. Sebagai contoh misalnya, Masjid Telfs, Masjid Rashid yang didirikan oleh komunitas Muslim Ghana dan Nigeria, Masjid Bad Voslau dan Masjid Ridvan yang dibangun oleh komunitas muslim Turki. Demikian juga Masjid Syura yang diimami langsung oleh imam dari Palestina yang bernama Syekh Ibrami Adnani, yang biasanya dilanjutkan dengan kajian tafsir berbahasa Arab. Peserta atau jama’ah kebanyakannya warga Arab atau jama’ah yang bisa berbahasa Arab.

Secara historis, Kebanyakan orang Muslim datang ke Austria setelah tahun 1960 sebagai “pekerja tamu” dari Turki, Bosnia dan Herzegovina serta Serbia. Ada juga mereka yang berasal dari keturunan Arab dan Pakistan. Keberadaan warga Turki muslim khususnya di Wina sangat membantu dalam hal menyediakan makanan dan minuman yang halal. Daging sapi, ayam dan kambing mudah didapatkan dari mereka. Bahkan justru pasar-pasar Turki lebih padat dikunjungi oleh mereka yang akan membeli kebutuhan makan sehari-hari daripada pasar-pasar yang dikelola oleh warga Austria. Jangan tanya tentang restoran Kebab Turki yang menjadi menu pavorit warga muslim di Wina.

Masjid Islamic Center Wina.

Masjid ini sendiri telah menjadi referensi bagi muallaf ketika ingin mendapatkan pemahaman Islam. Rata-rata 2 hingga 3 orang warga asli Austria setiap bulannya berkunjung ke masjid untuk mendapat pencerahan mengenai Islam. Mereka datang karena ingin memeluk Islam.

Kegiatan Ramdhan di Islamic Centre Wina

Seperti umumnya di bulan Ramadhan, kegiatan keagamaan terlihat cukup semarak di beberapa masjid, terutama di masjid Islamic Center yang berada cukup strategis di pinggiran sungai tempat beristirahat dan berjemur orang bule di musim panas. Di masjid ini, disediakan makanan berbuka puasa dan diadakan sholat berjama’ah lima waktu, termasuk shalat tarawih dan shalat Idul Fithri yang diimami langsung oleh seorang salah Syekh dari Arab.

interior  masjid Islamic Center Wina.

Dua Jenis sholat taraweh

Yang unik, bahwa di masjid ini diadakan dua bentuk shalat tarawaih, di lantas atas untuk mereka yang shalat tarawih plus witir 11 rakaat dan di lantai bawah untuk mereka yang shalat tarawih plus witir 23 rakaat yang notabene dihadiri oleh mayoritas warga muslim Turki. Perbedaan shalat ini tidak menjadi pintu konflik antar beragam etnik muslim di Austria, namun justru menjadi sarana perekat dan toleran dianatara mereka. Umumnya warga muslim Indonesia lebih memilih shalat di lantai atas.

Kajian Islam

Kajian keislaman dan seminar juga kerap diadakan di masjid ini seperti kajian tentang ’I’jazul Qur’an Al-Ilmiy’ yang disampaikan secara berkala setiap pekan oleh DR. Abdullah Al-Mushlih dari Liga Muslim Dunia yang bermarkaz di Mekkah al-Mukarramah, Saudi Arabia. Demikian juga kajian ba’da tarawih tentang tafsir maupun akidah yang menggunakan bahasa Arab. Tidak ketinggalan pengislaman warga Austria diadakan di masjid ini sebagai simbol pemersatu umat muslim di Austria.

Menara Masjid Islamic center Wina mengisi langit kota Wina.  

Selain untuk kegiatan ibadah, bangunan yang diresmikan tahun 1979 itu juga dipakai untuk kegiatan pendidikan. Setiap weekend ada semacam pengajian bagi anak-anak. Ada juga forum-forum untuk dialog serta les bahasa Arab atau Jerman.

Masjid Islamic center Wina dan Muslim Indonesia

Khusus untuk warga muslim Indonesia, keberadaan Masjid Islamic Center Wina memberi arti tersendiri. Masjid ini dijadikan sebagai kiblat penentuan awal dan akhir Ramadhan, demikian juga dalam konteks beribadah, kebanyakan mengacu kepada tatacara beribadah di masjid ini, baik shalat tarawih, shalat jum’at dan sebagainya.

Islamic Center Wina.

Setiap jum’at warga muslim Indonesia yang terdiri dari Staff KBRI, diplomat, pekerja professional dari UN, OPEC, Badan Atom International dan mahasiswa akan memadati masjid ini untuk melepas rindu dengan masjid dan bersilaturahim diantara mereka yang mungkin sukar ketemu kecuali saat bersama beribadah di masjid ini. Sungguh suatu pandangan menarik apalagi keberadaan masjid ini tepat di tepi sungai ‘Donau’ yang membentang melingkari Austria dan pusat kantor badan internasional termasuk United Nation.

Pemeluk agama Islam komposisinya 8 persen dari total penduduk Austria yang sebanyak 5,375 juta . Jumlanya 430 ribu. Dan jumlahnya meningkat 2 kali lipat dalam jangka waktu 10 tahun.  kehidupan umat Islam di Austria mudah. Pemerintah setempat memberikan kebebasan pada umat agama apapun untuk memasuki semua lini kehidupan di sana. (update1 : 29/06/2012)

Foto Foto Masjid Islamic Centre Wina

Masjid Islamic Centre Wina.
Masjid Islamic Centre Wina.
Masjid Islamic Centre Wina.
Masjid Wina dalam bekunya musim salju.
para penggermar VW kodok mengabadikan koleksi mobil mereka berlatar belakang keindahan Masjid  Vienna Islamic Centre.

Jumat, 24 September 2010

Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Masjid Pathok Negara Wonokromo.

Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo merupakan salah satu dari Lima Masjid Pathoknegara Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat. Tulisan ini merupakan bagian ahir dari 6 tulisan serial 5 masjid pathok negara kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Lokasi Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta, Indonesia. Masjid Taqwa berdiri di atas tanah kesultanan (Sultan Ground) seluas 5000 meter persegi. Luas bangunan masjid saat didirikan adalah 420 meter persegi dan hingga kini telah dilakukan pengembangan sehingga luasnya menjadi 750 meter persegi. Bagian serambi luasnya 250 meter persegi, dan ruang perpustakaan seluas 90 meter persegi, dan halaman seluas 4000 meter persegi.

Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo 
Timur, Wonokromo I, Wonokromo, Kec. Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Is-timewa Yogyakarta 55791

 

Sejarah Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Masjid Pathok Negara Taqwa, Wonokromo didirkan pertama kali oleh Kyai Mohammad Fakih. Beliau adalah seorang guru agama Islam Bertempat tinggal di desa Ketonggo. Dan terkenal juga dengan panggilan "Kyai Welit". Karena kesenangannya menganyam daun alang alang menjadi atap atau disebut welit. Welit yang dibuatnya tidaklah untuk dijual tapi hanya dibagi bagikan ke mereka yang membutuhkan.

Kyai Muhammad Fakih merupakan guru sekaligus kakak ipar dari Sultan Hamengkubuwono I (Raja Yokyakarta) Karena Sultan Sultan Hamengkubuwono menikah dengan putri kedua Ki Derpoyudo sedangkan Kyai Muhammad Fakih menikah dengan putri pertama Ki Derpoyodo yang merupakan seorang tokoh masyarakat Laweyan Surakarta.

Ketika menjadi murid dari Kyai Muhammad Fakih Sultan pernah meminta nasihat kepada Kyai Muhammad Faqih bagaimana agar negara senantiasa aman. Kyai Muhammad Faqih memberikan nasihat agar sultan agar Sultan melantik orang-orang yang dapat mengajar dan menuntun akhlak dan budi pekerti yang disebut "Pathok". Dan memilih "Kenthol" (kepala pedesaan/desa). Sultan setuju dengan nasihat Kyai Muhammad Faqih dan mengangkat Pathok yang ditempatkan di desa Mlangi, Plosokuning, Babadan Gedong Kuning,Ringinsari Genthan, Demak Ijo, Klegum, Godean dan Jumeneng.

Masjid Pathok Negara Wonokromo.

Tahun 1774 M Kyai Moh. Fakih dilantik menjadi kepala Pathok, dan dianugerahi tanah perdikan di sebelah selatan Ketonggo, yang masih berupa hutan yang banyak ditumbuhi pohon awar-awar, karenanya disebut alas awar-awar. Tanah anugrah Sultan yang masih berupa hutan awar-awar itu dibuka dan kemudian didirikan sebuah masjid kecil. Setelah selesai, Kyai Moh. Fakih menghadap Sultan menyampaikan laporan bahwa di atas tanah perdikan itu sudah didirikan sebuah masjid.  Atas amanat Sultan Hamengkubuwono maka hutan awar-awar yang sudah di buka dan sudah didirikan masjid itu diberi nama "WA ANA KAROMA" yang maksudnya "Supaya benar-benar Mulya" atau "Agar Mulya Sungguh-sungguh"

Kyai Muhammad Fakih ini juga disebut juga Kyai Sedo Laut (meninggal di laut) karena sepulang dari tanah suci pada tahun 1757, kapal yang ditumpanginya karam di selat Malaka. Kyai Muhammad Fakih karam di laut, sedang putranyaKH Abdullah terdampar di selat Malaka.

Arsitektural Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Arsitektur asli bangunan induk masjid Taqwa berbentuk kerucut (lancip) dengan mustaka dari kuwali yang terbuat dari tanah liat. Sedang bangunan serambi berbentuk limasan dengan satu pintu di depan. Semua bahan bangunannya dari bambu, atapnya terbuat dari welit, dan dindingnya dari gedhek. Sebelum kemudian mengalamai beberapa kali renovasi dan perluasan hingga ke bentuknya saat ini.

Renovasi Dan Perluasan Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Tahun 1867M Bentuk asli Masjid Pathok Negara Taqwa direnovasi oleh Kyai Muhammad Fakih II bentuk bangunan masjid dibongkar diganti dengan bentuk atap tumpang. Serambi tetap berbentuk limasan. mustoko yang dulu hanya dari kuwali yang dibuat dari tanah liat kemudian diganti dengan bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka.

Masjid Pathok Negara Wonokromo.

Kerangka yang semula bambu sebagian besar diganti dengan kayu nangka dan sebagian dengan gelugu. Tembok anyaman bambu diganti dengan batu bata yang direkatkan dengan tanah liat diplester dengan adukan aci gamping dengan tumbukan bata dan pasir. lantainya dibuat dari bata yang ditata lalu diplester dengan adonan yang sama seperti membuat tembok.

Ruangan di dalam masjid ditambah. Di sisi kiri dan kanan bangunan masjid dibuat ruangan untuk jamaah sholat bagi muslimah yang disebut pawestren. Tempat wudhu yang semula dari padasan, dibuatkan kolam di depan serambi masjid. Air dialirkan dari sungai Belik.

Tahun 1958, masjid kembali di renovasi atas biaya dari H. Prawiro Suwarno.Atap tumpang tetap dipertahankan, malah ditambah dengan gulu melet sebagai penyela antara atap tumpang sebelah atas dan atap tumpang sebelah bawah.  Serambi masjid diperluas. Kolam di tempat wudhu ditimbun tanah dijadikan halaman masjid. Tempat wudhu dibuat kulah yang berada di sisi utara dan selatan serambi masjid. Pawestren tempat jamaah sholat untuk muslimah dipertahankan. Bangunan masjid diganti tembok yang disemen. Empat tiang utama di dalam masjid menjadi terlihat jelas. Tempat khotib dibuatkan rumah-rumahan semacam gazebo ukuran 2 x2 m. Di bagian serambi ada beberapa tiang dari cor beton dan di dalam serambi tiang dibuat dari balok kayu jati. Di depan serambi masjid dibuat kanopi. Lantai ruangan masjid maupun serambi diganti dengan tegel. Ruangan dalam masjid, tegel dibuat warna warni dengan corak ornamen kembang-kembang.

Tahun 1973 M, warga Wonokromo, Muhammad Asnawi Muslikh, menyumbangkan seperangkat pengeras suara yang digerakkan dengan accu 12 volt untuk mengumandangkan adzan. Tahun inilah pertama kali adzan dikumandangkan dengan pengeras suara di masjid Taqwa.

Tahun 1976 M, mustoko dalam bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka, diganti dengan mustoko dalam bentuk bawangan yang dibuat dari aluminium dengan ukuran yang lebih besar.

Pada tahun 1986 M, masjid mendapat bantuan dari Presiden RI sejumlah Rp. 25.000.000,- Karena kondisi masjid sudah banyak yang rusak, terutama kayu penyangga yang lapuk karena terkena tetesan air hujan, atas izin tertulis dari Keraton, bangunan masjid dibongkar dan diperluas.

Secara total, masjid dibangun dengan konstruksi beton bertulang, dengan tidak meninggalkan arsitektur masjid Jawa Yogyakarta. Termasuk dalam pemilihan warna catnya antara komposisi hijau, kuning dan merah serta kuning emas karena warna-warna ini mengandung nilai filosofis yang dalam. Keinginan masyarakat membuat menara dari konstruksi beton tidak mendapatkan ijin dari keraton karena corak masjid Yogyakarta tidak ada menaranya.

Tahun 2003 M, masjid ini mendapat bantuan pengembangan dari Dinas Pariwisata Yogyakarta. Dengan membangun gedung pertemuan di utara serambi masjid. Kulah dibikin simetris antara kulah di sebelah utara serambi masjid dan di sebelah selatan serambi masjid. Ada penambahan bangunan kanopi dan dihidupkannya kolam di depan di sisi kiri dan kanan serambi masjid. Juga penyempurnaan dapur untuk memasak air pada saat dilaksanakan hari-hari besar Islam di masjid taqwa.

Nama Masjid Taqwa

Sejak masjid ini didirikan oleh Kyai Muhammad Fakih, masjid ini tidak ada namanya. Saat itu, masyarakat mengenalnya dengan sebutan masjid Wonokromo. Pada saat kepengurusan masjid dipegang oleh Kyai Makmun,masjid diberi nama Masjid Taqwa, bukan Masjid at-Taqwa.

Masjid Pathok Negara Wonokromo.

Ada argumen yang diberikan Kyai Makmun kenapa masjid ini diberi nama masjid Taqwa dan bukan Masjis at-Taqwa. Kata taqwa adalah bentuk isim nakiroh, yang mengandung pengertian umum untuk siapa saja. Siapa saja dari tingkatan kyai sampai dengan tingkat orang awam sekalipun boleh beribadah di masjid ini, tak ada bedanya dengan siapa pun. Termasuk yang boleh masuk ke masjid ini tidak hanya warga Wonokromo, tapi juga warga lainnya. Lain dengan kata at-Taqwa dalam bentuk isim ma'rifah, yang mengandung pengertian khusus, bahwa yang boleh masuk masjid hanya para kyai saja. Atau masjid ini hanya khusus untuk warga Wonokromo saja.

Pemberian nama ini dilakukan secara resmi dengan membuka selubung papan nama yang lakukan oleh Kyi Makmun, selubung papan nama Masjid Taqwa pada saat itu digantung di kanopi di serambi masjid.

Tradisi Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Hukuman untuk yang salah membunyikan beduk
Zaman dulu, di depan masjid dibangun tempat wudhu. Airnya diambil dari sungai Belik yang dialirkan melalui parit. Fungsi kolam selain untuk berwudhu juga berfungsi unuk menghukum orang yang salah dalam memukul kentongan dan beduk, dengan diceburkan di dalam kolam.

Bunyi Beduk dan kentongan yang khas
Untuk tanda waktu masuk sholat, selain azan, dibuat kentongan dan beduk. Suara dan irama beduk di hari-hari biasa berbeda dengan saat tanda masuk sholat ashar di hari Kamis. Suara irama beduk disebut dengan sarwo lemah, asar dowo malem jemuah. Bila tiba waktu ashar di hari Kamis, beduk itu dipukul dengan nada dan irama yang khas dan panjang. Artinya apabila terdengar suara beduk dipukul panjang menandakan bahwa nanti malam adalah malam Jum'at.

Di hari Jum'at, setengah jam sebelum tiba waktu sholat jum’at, beduk ditabuh bertalu-talu. Di akhir pemukulan bedhuk sisipi pemukulan kenthongan. Ini menandakan bahwa pelaksanaan ibadah Jum'ah sudah akan dimulai.

Azan Limo
pada saat sholat Jum'at, pelaksanaan adzan dilakukan dua kali. Adzan pertama dilakukan sebagai tanda saat masuknya waktu sholat dhuhur (masuk waktu sholat Jum'at). Pada saat adzan pertama, baik petugas untuk adzan subuh, dzuhur, 'asar, maghrib, isya' berjajar-jajar di depan mimbar, mengumandangkan adzan bersama-sama. Hal ini dimaksudkan supaya ada keadilan, bersatu dan bertemunya para muadzin dari masing-masing waktu, maka di sini dikenal dengan istilah adzan limo

Bodho Kupatan
Adalah tradisi saling memaafkan setelah puasa sunat Syawal bulan syawal

Peran Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Pada zaman penjajahan Belanda, masjid ini untuk jama'ah sembahyang Jum'at bagi penduduk Wonokromo dan dari desa-desa sekitarnya, karena masjid merupakan masjid tertua di wilayah Kecamatan Pleret dan sekitarnya.

Di masa revolusi fisik, masjid Wonokromo disamping untuk sholat jama'ah para gerilyawan RI juga sebagai tempat koordinasi untuk menggempur Belanda yang berkedudukan di Pleret. Daerah ini merupakan basis kekuatan militer dan pejuang serta kekuatan masyarakat dalam ketahanan berjuang melawan Belanda yang bermarkas di Pleret maupun di Bantul

Masjid ini juga menjadi tempat kekuatan militer kompi III Batalion I Brigade 10yang saat itu dipimpin Letda Komarudin. Di makam yang terlatak di sebelah barat masjid juga terdapat beberapa orang pahlawan yang disemayamkan di sana dan hingga sekarang selalu diziarahi banyak orang pada bulan Agustus untuk mengenang jasa-jasanya.

Pengurus Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Otoritas Kyai
Pada awal berdirinya, belum dikenal istilah takmir masjid untuk mereka yang mengurusi masjid. Urusan masjid mutlak berada di tangan otoritas Kyai, baik untuk urusan fisik masjid maupun urusan peribadatannya.

Khodimul Ummah
Tahun 1913 M orang-orang yang mengurus segala urusan masjid baik fisik maupun peribadatan disebut dengan istilah khodimul ummah. Perangkat pengurus masjid memiliki nama dan peran masing masing misalnya : khotib disebut abdidalem kaji selosin. Muadzin disebut abdidalem muadzin. Masing masing muadzin memiliki tugas masing-masing di masing masing 5 waktu sholat. Adapun orang-orang yang mengurus urusan fisik masjid dari menyapu lantai hingga menggelar tikar untuk sholat dan mengisi air wudhu disebut dengan abdidalem merbot. Semua yang mengurus fisik masjid ini mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kraton Ngayogyokarto yang disebut dengan Serat Kekancingan.

Imamah
Tahun 1969 M, pola kepengurusan masjid diganti dengan sistem imamah. Segala sesuatu yang menyangkut urusan masjid secara mutlak keputusannya di tangan imam. Pada periode itu imamnya adalah Kyai Makmun.

Takmir
Paska wafatnya Kyai Makmun tanggal 2 Mei 1990 M. pola kepengurusan masjid diganti dengan takmir masjid sampai sekarang.

Berikut daftar kepengurusan masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo sejak awal hingga tahun 2007.

Kyai Muhammad Fakih
(1755 1763 M)
Kyai Abdullah
(1763 1808 M)
Kyai Ibrahim   
(1708 1863 M)
Kyai Muhammad Fakih II
(1863 1913 M)
Kyai Moh Dahlan atau K.R.T. H. Badaruningrat
(1913 1953 M)
Kyai Dimyati   
(1953 1969 M)
Kyai Makmun
(1969 1990 M)
Kyai Moh Syifak
(1990 1994 M)
R. Zaenuri Isma'il       
(1994 1997 M)
Drs. Muhammad Wakhid
(1997 2000 M)
Kyai Isma'il     
(2000 2003 M)
Kyai Ismail      
(2003 2006 M) 
Kyai Ismail      
(2006 sekarang).
             
-------------------------------

Lanjutkan Membaca Artikel Masjid Pathok Negara Lainnya