Sabtu, 18 Juni 2016

Masjid Hunto Sultan Amay, Mahar Untuk Sang Permaisuri

Masjid Hunto Sultan Amay Gorontalo

Di kota Gorontalo, ibukota propinsi Gorontalo berdiri sebuah masjid tua yang merupakan masjid tertua sekaligus menandai dimulai berkembang pesatnya Islam di Gorontalo. Masjid tua ini pertama kali dibangun pada tahun 1495M oleh Sultan Amay. Legenda masyarakat Gorontalo menyebutkan bahwa masjid ini merupakan hadiah perkawinan Sultan Amay kepada istrinya.

Sultan Amay sebelumnya adalah seorang raja penganut animisme begitupun seluruh rakyat dikerajaannya. Begitu beliau masuk Islam seluruh rakyatnya pun mengikuti langkah sang raja dan berbondong bondong masuk Islam. Kisah ini dituturkan turun temurun dari generasi ke generasi terutama setiap tahun di bulan ramadhan.

Lokasi Masjid Hunto Sultan Amay

Masjid Hunto Sultan Amay
Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan
Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo
Indonesia


Sejarah Masjid Hunto Sultan Amay

Mungkin anda merasa aneh dengan kata hunto pada nama masjid ini. Hunto merupakan singkatan dari kata Ilohuntungo berarti basis atau pusat perkumpulan agama Islam. Memang masjid ini merupakan basis perkembangan dan penyebaran Islam di Gorontalo ketika itu. Sedangkan nama Sultan Amay sendiri diambil dari nama pendirinya yang membangun masjid ini bersama rakyatnya ketika beliau resmi masuk Islam.

Menurut penuturan Haji Syamsuri Kaluku, Pengurus Badan Ta'mirul Mesjid Hunto Sultan Amay, Islam sebenarnya sudah masuk di Gorontalo semenjak tahun 1300-an Masehi. Hanya saja Islam berkembang pada tahun 1490-an pada saat masjid ini berdiri. Sejarah masjid ini bermula ketika raja Amay masuk Islam.

Interior bangunan asli Masjid Hunto Sultan Amay

Demi Cinta

Raja Amay adalah raja yang memerintah di Kerajaan Gorontalo pada tahun 1472-1550 M, beliau merupakan sosok seorang pemimpin muda, ganteng, dan masih lajang. Raja dan para pengikutnya, saat itu, menganut kepercayaan animisme. Patung, pohon, dan hal-hal yang dianggap mistik merupakan persembahan masyarakat saat itu. Sang raja kemudian jatuh cinta pada putri raja, Raja Palasay, Putri Boki Antungo, yang merupakan gadis cantik asal Mautong Sulawesi Tengah.

Raja Amay mendatangi langsung Raja Palasay untuk meminang Putri Boki Antungo. Dia menyampaikan ingin memimang putri raja dan Raja Palasay menerima baik niat Raja Amay. Raja Palasay yang ketika itu merupakan pengikut agama Islam yang taat, mengajukan satu syarat kepada Raja Amay. Jika persyaratan itu disetujui, Raja Palasay merestui anaknya dinikahi Raja Amay.

Satu syarat yang diajukan yaitu Raja Amay harus masuk Islam dengan bukti Raja Amay harus mendirikan masjid. Permintaan Raja Palasay disetujui Raja Amay. Pembangunan masjid pun dilakukan di Gorontalo pada tahun 899 Hijriah atau 1495 Masehi. Masjid tersebut kemudian diberi nama Hunto Sultan Amay. Hunto singkatan dari Ilohuntungo berarti basis atau pusat perkumpulan agama Islam ketika itu.

Detil interior masjid Hunto Sultan Amay

Masjid Hunto Sultan Amay, Mahar untuk mempelai Wanita

Sebelum menikah, Raja Amay mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amay dengan terang-terangan mendeklarasikan diri telah memeluk agama Islam. Raja meminta seluruh pengikutnya untuk menggelar pesta yang meriah. Pada pesta tersebut Raja Amay meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat.

Tepatnya di halaman masjid ini digelar pesta dan sumpah adat dengan hidangan babi. Darah babi kemudian dijadikan simbol sumpah adat yang diteteskan dibagian kepala (jidat) dengan isi sumpah pada hari tersebut merupakan hari terakhir rakyatnya memakan babi. Usai proses sumpah adat, Raja Amay kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat.

Pernikahan Raja Amay dan Putri Boki Antungo pun dilakukan di Mautong dan Masjid Hunto Sultan Amay menjadi hadiah pernikahan Raja Amay kepada istrinya. Syekh Syarif Abdul Aziz ahli agama Islam dari Arab Saudi didatangkan oleh Raja Amay untuk mengajar dan menyebarluaskan agama Islam di Gorontalo. Dan sampai saat ini masih terbukti sebagian besar masyarakat Gorontalo menganut agama Islam atas upaya dari Raja Amay, hingga kini masjid Hunto Sultan Amay ramai dikunjungi jemaah.

Gerbang baru Masjid Hunto Sultan Amay

Dikeramatkan Warga Gorontalo

Masjid Hunto Sultan Amay Gorontalo diyakini keramat oleh warga sekitar sehingga banyak yang datang berkunjung dan berziarah untuk mendapatkan berkah.Berdasarkan pengalaman peziarah, di mimbar masjid ini terkadang terdengar suara orang menangis dan ada juga peziarah yang melihat orang banyak yang lagi salat padahal tidak ada orang yang masuk masjid.

Bahkan ketika salat sendiri, tiba-tiba ada makmum yang mengeraskan suara dari belakang membalas kata amin atau salam. Cerita-cerita seperti itu dikisahkan oleh orang-orang yang berkunjung ke Mesjid Hunto Sultan Amay. Dikatakan setiap orang yang datang berkunjung ke masjid ini akan diuji tingkat keimanannya. Jika tujuannya ibadah akan terdengar suara-suara ibadah tetapi jika datang dengan tujuan untuk istirahat atau tidur maka akan diganggu dengan hal-hal aneh seperti gempa.

Di mihrab berbatasan dengan tempat posisi berdirinya imam, masjid tua ini terdapat makam Raja Amay. Ada batasnya dan sudah diatur antara kuburan Sultan Amay dan posisi berdirinya imam biar tidak terkesan kita menyembah Raja Amay. di mimbar masjid tua tersebut sering mengeluarkan aroma yang harum alami tanpa pewangi buatan. Sedangkan dibagian belakang masjid merupakan kuburan tua termasuk Syekh-Syekh zaman dulu yang turut serta menyebarkan agama Islam di Gorontalo.

Sumut tua di Masjid Hunto Sultan Amay

Di masjid ini juga ada sumur tua yang hingga kini masih digunakan oleh jemaah dan masyarakat sekitar. Posisinya terletak di samping kiri mesjid, berdekatan dengan tempat wudhu. Sumur tua tersebut terbuat dari kapur dan putih telur Maleo dengan diameter lebih dari satu meter dan kedalaman air mencapai tujuh meter. Kondisi cuaca Gorontalo yang sering dilanda musim panas berkepanjangan tidak mempengaruhi kondisi airnya yang terus melimpah dan jernih. Masyarakat setempat meyakini air sumur tua Mesjid Hunto Sultan Amay keramat dan sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.

Renovasi dan Perluasan

Saat ini bentuk dan ukuran Mesjid Hunto Sultan Amay telah dipugar dan diperbesar tanpa menghilangkan keasliannya. Diantaranya mimbar yang biasa digunakan untuk berkhotbah dan tiang-tiang Mesjid yang masih kokoh berdiri serta ornamen-ornamen beraksen kaligrafi Arab. Adapula bedug yang terbuat dari kulit kambing yang sudah mulai menipis dengan kondisi telah dihiasi lubang-lubang kecil tetapi masih digunakan hingga saat ini. Posisinya terletak dibagian dalam, tepatnya di sudut kanan depan Mesjid. Semuanya asli.

Luas asli masjid ini adalah 144 meter persegi tapi sekarang sudah lebih besar. Ukuran aslinya itu merupakan wilayah pusatnya dan masih tetap asli sampai sekarang. Dilakukan perbaikan dikarenakan sudah rusak dan dipercantik kembali tanpa menghilangkan keasliannya. Area Mesjid yang telah diperlebar diantaranya dibagian depan dan sebelah kanan Mesjid yang dijadikan ruang shalat  wanita. Serta ada penambahan bangunan di lantai dua juga untuk wanita.***

Baca Juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA