Rabu, 31 Juli 2013

Sepuluh Masjid di Inggris Yang Dulunya Gereja (Bagian-2)

Masjid di Inggris yang dulunya Gereja (bagian 2)

Maraknya penutupan gereja di Inggris yang dikenal sebagai tanahnya Saint George sebagai akibat sepi jemaah membuka peluang bagi muslim disana untuk mengubahnya menjadi masjid. Fakta yang terbalik antara jemaah gereja yang semakin sepi dengan jemaah masjid yang semakin membludak berakibat pada meingkatnya kebutuhan akan ruang sholat yang memadai bagi muslim disana.

Pemerintah Inggris beberapa waktu lalu sempat mengeluarkan larangan perubahan gereja tak terpakai menjadi masjid, mereka lebih mengarahkan bangunan bangunan tersebut untuk di ubah menjadi gedung gedung pusat bisnis dan lain sebagainya. namun sebelum aturan tersebut dikeluarkan sudah begitu banyak gereja tak terpakai tersebut yang berubah menjadi masjid. Lima Masjid sudah di ulas di posting sebelumnya dan berikut ini lima masjid berikutnya yang sebelumnya adalah bangunan gereja.

6. Wembley Central Masjid dulunya gereja St Andrew's Presbyterian

Masjid Sentral Wembley.

Wembley Central Masjid di jantung kota Wembley, dekat dengan Wembley Park Station. Dulunya merupakan sebuah gereja St Andrew's Presbyterian. Pencarian tempat ibadah yang cocok untuk muslim yang tingal di kawasan barat laut kota London sudah dimulai sejak tahun 1985 seiring dengan semakin membludaknya jemaah muslim disana. Tadinya peribadatan dilaksanakan di sebuah bangunan tuko tiga lantai di Harrowdene namun tak lagi memadai.

Pencarian berujung kepada Gereja St Andrew's Presbyterian yang sudah terbengkalai lebih dari 15 tahun. Bangunan tersebut yang kemudian dibeli oleh muslim setempat dengan dana dari hasil penjualan RUKO yang selama ini difungsikan sebagai tempat sholat berjamaah sementara. Butuh waktu tiga tahun untuk merombak secara keseluruhan bangunan gereja tersebut menjadi sebuah masjid lengkap dengan kubah dan menaranya meski bentuk asli bangunan gereja-nya masih terlihat jelas. 

7. Masjid Jami’ Essex dulunya Gereja United Reformed Church Southend

Masjid Jami' Essex.

Essex Jamme Masjid Trust, sebelum dijadikan masjid sampai tahun 2006 merupakan sebuah gereja milik United Reformed Church Southend. Sejak tahun 2006 gereja tersebut tidak digunakan lagi karena sepi jemaah. Pengurusnya sempat berencana untuk mengubah bangunan tersebut menjadi sebuah apartemen namun gagasan tersebut ditolak oleh dewan kota.

Di bulan November 2008, muslim disana membeli komplek gereja tersebut seharga £850,215 pund sterling. Di dalam komplek tersebut tidak hanya bangungan gerejanya saja tapi berikut empat bangunan yang ada di dalam komplek tersebut. Dan bangunan gereja yang kala itu sudah berumur sekitar 107 tahun tersebut secara resmi berubah menjadi masjid setelah melalui serangkaian renovasi termasuk menambahkan tempat wudhu dan menara,

8. Masjid NWK Muslim Assembly dulunya merupakan Gereja Methodis

Masjid NWK.

Muslim yang tinggal di Dartford and Bexley , London dan bernaung dibawah organisasi North West Kent Muslim Association (NWK) sejak tahun 2008 lalu secara resmi menempati bekas bangunan gereja Methodis sebagai masjid mereka. Masjid NWK ini menjadi masjid pertama di kawasan Bexley’s kota London. Berdirinya masjid tersebut mengahiri masa pencaharian tempat ibadah yang refresentatif bagi muslim yang tinggal di dua kawasan tersebut yang sudah dilaksanakan lebih dari 20 tahun.

Managemen masjid ini mayoritas merupakan muslim keturunan Bangladesh, melayani lebih dari 10 ribu muslim yang tinggal disana. Masjid baru tersebut selain digunakan sebagai tempat sholat lima waktu juga menyelenggarakan sholat Jum’at berjama’ah serta sebagai community centre bagi muslim dua kawasan itu.

9. Al-Madina Jamia Masjid Oldham dulunya Gereja Trinity Wesleyan Methodist

Masjid Jami' Al-Madina

Masjid Al-Madina di Oldham dulunya merupakan Gereja Trinity Wesleyan Methodist yang sepi jamaah. Gereja tersebut sempat berubah menjadi pabrik pakaian sampai kemudian di tahun1994 gedung tersebut dibeli oleh komunitas muslim setempat seharga £65,000 pund sterling dan di ubah menjadi Masjid.

Pada awalnya tempat ini hanya difungsikan sebagai sekolah Islam dan tidak diizinkan untuk digunakan sebagai masjid karena mendapat pertentangan dari warga masyarakat setempat, penggunaannya pun dibatasi dengan Jam kerja. Izin penggunaan sebagai masjid baru keluar di tahun 1998 dan renovasi total pertama selesai dilaksanakan tahun 2002. 

10.  Masjid Clitheroe dulunya adalah Gereja Mt. Zion Methodist  

Masjid Clitheroe.

Gereja Methodist Clitheroe sudah cukup lama tidak digunakan lagi dan setelah melalui perjuangan panjang, di tahun 2006 yang lalu muslim setempat mendapatkan izin penuh untuk menggunakan gedung tersebut sebagai masjid bagi muslim setempat, dengan catatan harus menyediakan tempat yang dapat digunakan untuk aktivitas lintas agama di dalam komplek masjid tersebut.

Bangunan Gereja Methodist tersebut awalnya dibangun tahun 1884 namun ditahun 1972 gereja tersebut menutup layanan jemaatnya dan digabungkan dengan the English Presbyterian church menjadi the United Reformed Church. Terbengkalai sejak tahun 1972. Ketika muslim setempat berencana mengubah gedung tersebut menjadi masjid, gelombang penolakan hingga pelecehan bermunculan. Namun dukungan deras justru mengalir dari berbagai kalangan non muslim termasuk kelompok Methodist dan pemeluk agama lainnya di kawasan tersebut yang ahirnya membuahkan hasil dengan keluarnya izin dari otorita setempat. Kembali ke bagian-1

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Sepuluh Masjid di Inggris Yang Dulunya Gereja (Bagian-1)

Sepuluh Masjid di Inggris yang dulunya gereja bagian 1.

Merujuk kepada berbagai laporan media, disebutkan bahwa sejak tahun 1960 sudah ada sekitar 10 ribu gereja yang ditutup, termasuk diantaranya 8000 gereja Methodist, dan 1700 gereja Anglikan. Diperkirakan jumlah tersebut akan bertambah setidaknya 4 ribu akan menyusul tutup di tahun 2020 nanti. Data tersebut sangat kontras dengan pertumbuhan masjid di negara tersebut.

Saat ini saja sudah ada lebih dari 1700 masjid resmi di Inggris dan begitu banyak dari masjid masjid tersebut awalnya merupakan sebuah gereja. Jumlah tersebut belum ditambah dengan sekitar 2000 mushola serta ribuan masjid dan mushola tak resmi yang bertebaran di negara tersebut mulai dari garasi hingga ruang gedung yang disewa untuk keperluan tersebut. berikut 5 masjid diantaranya, 5 masjid berikutnya baca di posting berikutnya.

1. Masjid Zakariyya Bolton Bekas Gereja Komunitas Metodis

Masjid Jami' Zakariyya Bolton

Masjid Jami Zakariya atau atau Zakariya Jame Masjid adalah masjid sentral di Bolton, Inggris Raya. Merupakan salah satu dari sekian banyak masjid di Inggris Raya yang dibangun dari sebuah bekas bangunan Gereja yang sudah tidak dipakai. Masjid Jami’ Bolton dibangun dari bekas Gereja Methodist yang rusak parah akibat kebakaran hebat. Dan kemudian dijual ke Muslim Bolton yang memang sedang mencari tempat bagi pembangunan sebuah masjid untuk menampung jemaah yang semakin membludak dan tak tertampung lagi di bangunan yang selama beberapa waktu digunakan sebagai masjid sementara diantara tahun 1965-1967.

Karena jumlah jama’ah semakin bertambah, maka diperlukan tempat besar yang permanen. Dan dimulailah pencarian bangunan yang bisa digunakan sebagai masjid sekaligus islamic center. Pada tahun 1967, ada penawaran pembelian gedung bekas gereja komunitas Metodis, yang terpaksa dijual karena terbakar. Dengan dana sebesar 2750 pound sterling dari komunitas Muslim lokal, akhirnya bangunan itu menjadi milik umat Islam.

2. Masjid Jami’ London (Brick Lane Mosque) Bekas Gereja Protestan Huguenot

Masjid Jami' London

Masjid Jami’ London atau dikenal dengan nama Brick Lane Mosque, karena posisinya di Brick Lane 52. Merupakan masjid terbesar di London, mampu menampung 4000 jama’ah. Namun demikian, masjid ini tetap tidak bisa menampung seluruh anggota jama’ah shalat Jumat, hingga sering kali jama’ah meluber ke jalan raya. Mayoritas anggota jama’ah merupakan keturunan Banglades, hingga wilayah tersebut disebut Banglatow.

Masjid ini awalnya didirikan tahun 1743 ini sebagai gereja oleh komunitas Huguenot, atau para pemeluk Protestan yang lari dari Prancis untuk menghindari kekejaman penganut Katolik. Akan tetapi, karena jama’ahnya menurun, maka gereja ini dijual kepada komunitas Yahudi di tahun 1809. Di tahun 1819 bangunan tersebut berpindah tangan ke komunitas Metodis. Tahun 1897 diambil oleh komunitas Ortodok Independen dan berbagi dengan Federasi Sinagog yang menempati lantai dua lalu di tutup tahun 1960. Barulah ditahun 1976 masjid tersebut di alih fungsi menjadi Masjid Jami’ London.

3. Masjid Didsbury Bekas Gereja Metodis Albert Park

Masjid Didsbury

Masjid Didsbury aslinya merupakan bangunan gereja Albert Park Methodist Chapel yang dibangun tahun 1883, namun kemudian ditutup tahun 1962 karena sepi jamaah. Bangunan Gereja tersebut dibeli oleh komunitas Arab Syria yang tinggal disana tahun 1967. Bangunan bekas gereja tersebut terdiri dari dua bangunan besar.

Bangunan pertama dipakai sebagai masjid dan perpustakaan, sedangkan bangunan kedua difungsikan sebagai ruang sholat khusus jemaah wanita. Secara keseluruhan masjid ini mampu menampung 1000 jemaah sekaligus. Imam dan khatib hingga kini dijabat Syeikh Salim As Syaikhi. 

4. Mosque & Islamic Centre of Brent

Masjid Brent

Mosque & Islamic Centre of Brent Terletak di Chichele Road, London NW2, awalnya merupakan sebuah gereja Anglikan dari abad ke 18 hingga tahun 1980-an. Kawasan tersebut kemudian beralih fungsi menjadi bangunan apartemen termasuk sebagianbesar komplek gereja dimaksud menyisakan bangunan utamanya.  Bangunan tersebut yang kini menjadi Masjid.

Masjid ini berkapasitas sekitar 450 orang, dan dipimpin oleh Syeikh Muhammad Sadeez. Hingga kini ciri bentuknya tidak banyak berubah. Hanya ditambah kubah kecil berwarna hijau di beberapa bagian bangunan dan puncak menara. Jemaah masjid ini sebagian besar merupakan para pekerja dan pendatang dari Pakistan karenanya masjid ini kadangkala juga disebut sebagai Pakistan Community Centre atau Pakistan Workers Association

5. New Peckham Mosque

New Peckham Mosque

New Peckham Mosque sebelumnya merupakan sebuah Gereja Anglikan St. Mark yang dibangun tahun 1880. Awalnya merupakan sebuah sekolah Kristen di tahun 1878 dan di tahun 1883-1885 barulah bangunan gereja permanen-nya dibangun dengan gaya bangunan gereja abad ke 13.

Bangunan tersebut rusak parah semasa perang dunia kedua dan dihancurkan setelah perang lalu dibangun lagi tahun 1960. Sempat beberapa saat dijadikan sekolah. Ditahun 1980 bangunan tersebut dialihfungsi menjadi masjid yang didirikan oleh Syeikh Nadzim Al Kibrisi. Kini masjid ini berada di bawah pengawasan Imam Muharrim Atlig dan Imam Hasan Bashri.  Bersambung ke Bagian-2

Islam di Ecuador (Bagian 2)

Peta Ecuador

Sejarah Islam di Ecuador

Muslim pertama yang menetap di Equador mayoritas adalah muslim Arab dari berbagai Negara yang kini dikenal sebagai Negara Lebanon, Palestina, Suriah dan Mesir. Mereka bermigrasi ke Equador dengan alasan yang sama seperti muslim lainnya yang berpindah ke Amerika lain yakni menghindar dari perang dunia pertama dan kedua. Imigran Arab tersebut masuk ke Equador dan Amerika Latin lainnya menggunakan Paspor Kekhalifahan Emperium Usmaniah (yang berpusat di Istambul – Turki) karenanya imigran muslim pertama yang masuk kesana lebih sering disebut sebagai warga Turki.

Mereka kebanayakan menetap di kawasan Ibukota Quito juga beberapa daerah lain nya termasuk di Guayaquil, kota pelabuhan terbesar di pantai laut Pasifik, beberapa menetap di di daerah pantai Manab, Los Ríos dan provinsi Esmeraldas. Suasana damai di Equador membuat mereka betah menetap disana dengan suasana akrab yang tak jauh berbeda dengan kampung halaman mereka.

Sebagian besar kaum muslimin pertama disana mencarai nafkah sebagai pedagang. Perekenomian Equador pada masa abad awal didasarkan pada pertukaran produk. Tak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa kehidupan awal muslimin disana memang cukup sulit. Mereka harus menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki menjajakan barang dagangan mereka yang diangkut menggunakan keledai dari satu daerah ke daerah lain nya.

Pada masa itu mereka sangat berpengalaman dengan aneka pakaian dan makanan. Mereka menukar Tamar (Kurma), air mawar, falafel, basbusa dan baklawa dengan pisang panela, tepung dan aneka produk lainnya yang mereka butuhkan. Muslim migran awal tersebut kebanyakan memang datang untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, menghindari peperangan yang pecah di negara asalnya. Sangat dimengerti bila faktor religius nya sedikit terabaikan dan dengan sangat mudah larut dan terpengaruh oleh budaya Katholik setempat yang sangat kental. Beberapa dari mereka memang datang ke Equador bersama istri mereka namun kebanyakan dari mereka menikah dengan wanita asli setempat.

Beberapa diantara para keluarga Arab yang merupakan pendatang awal kesana diantaranya adalah keluarga Dassum, Soloh, Shayyeb, A'riz, Becdach, Jairala, Elmer dan lainnya. Tak dapat difungkiri beberapa keturunan mereka kemudian berpindah agama dan hanya sebagian kecil keluarga yang kemudian mampu mengirimkan putra putri mereka untuk belajar di berbagai negara Islam untuk mendapatkan pendidikan bahasa Arab dan pendidikan Islam dengan baik.

Masjid As-Salam di Quito berada di lantai dasar bangunan ini.

Dipenghujung tahun 40-an Arab Muslim dan Kristen disana bergabung dalam satu organisasi bernama Lecla yang merupakan organisasi pertama mereka. Organisasi yang sama sekali tidak didasarkan pada latar belakang agama. Baru kemudian menyusul terbentuknya organisasi sosial “The Arab Club” di pertengahan tahun 60-an. Dipertengahan tahun 80-an trend migrasi mulai terjadi di Equador. Sekitar 20-an pria dari Mesir mencoba memasuki Amerika Serikat dengan resiko apapun. Mereka sama sekali tidak lagi percaya dengan agen perjalanan di Equador dapat membantu mereka ke Amerika Serikat.

Dan yang terjadi kemudian adalah sebagian besar dari mereka meninggalkan Equador kecuali hanya sedikit saja yang masih menetap di Equador. Sebagian kecil dari migran India asal Pakistan yang berpindah di awal 90-an, sebagian besar dari mereka sudah mencapai tujuan mereka berpindah ke berbagai pelabuhan di Kanada atau Amerika Serikat. Dalam hal agama nyaris tak ada yang tersisa untuk dapat ditelusuri. Di penghujung 90-an migran muslim mulai masuk ke Equador, sebagian besar berasal dari Negara Negara Afrika (Liberia, Nigeria dan Ghana), masalah dalam negeri di Negara asal mereka yang membuat mereka pergi mencari penghidupan di Negara lain.

Mualaf Awal Ecuador

Di pertengahan tahun 80-an beberapa penduduk asli Equador memeluk Islam saat mereka di luar negeri. Selama di negaranya sendiri bahkan mereka sama sekali tak pernah mendengar kata “Islam”. rata rata mereka mendapatkan pengaruh yang besar dari orang orang shaleh selama mereka menempuh pendidikan di berbagai Universitas di Amerika Serikat dan Eropa. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa mereka menemukan keselarasan dalam Islam, perdamaian dan hal hal yang masuk akal dalam ajaran Islam, sesuatu yang tak mereka dapatkan dalam ajaran yang sebelumnya mereka anut.

Mereka menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi meski tidak mudah untuk serta merta mengubah semuanya. Di pertengahan 90-an semakin banyak warga pribumi yang memeluk Islam dan kini setiap hari Jum’at setidaknya ada satu orang yang mengikrarkan Syahadad, Alhamdulillah. Trend tersebut bukanlah hal yang mudah mengingat kritikan tajam bahkan tak jarang berupa penolakan keras yang datang dari anggota keluarga mereka sendiri. Berdasarkan perhitungan kasar, muslim di seluruh negeri ada sekitar 500 jiwa.

Pembangunan Masjid

Upaya pertama untuk mendirikan masjid dilakukan oleh muslim disana dengan menyewa sebuah apartemen untuk digunakan sebagai Mushola bagi keperluan Sholat Jum’at. Menyusul kemudian kedutaan besar Mesir yang memfasilitasi sebuah gedung apartemen untuk keperluan yang sama namun sayangnya tidak berlangsung lama. Upaya kedua dilakukan pada bulan Oktober 1988, sebuah organisasi social didirikan untuk membangun masjid dengan nama Asociacion Cultural Khaled bin Al Walid.  Saat ini masing masing Organisasi Islam disana telah memiliki dan mengelola masjid mereka masing masing.

Muslimah pribumi Equador sedikit lebh banyak dari 50% keseluruhan muslim disana. Mereka sangat faham bahwa dengan menjadi muslimah harus mematuhi segala sesuatunya berdasarkan syariah Islam termasuk cara berpakaian, sebagian besar dari mereka telah mengenakan jilbab dengan pakian panjang dalam keseharian mereka. Muslimah disana membentuk kepengurusan sendiri untuk menangani kelas pembelajaran untuk mereka.

Aktivitas Dakwah di Ecuador

Sebagai bagian dari aktivitas dakwah, organisasi Islam di Ecuador sangat aktif melakukan penterjemahan berbagai literatur Islam ke dalam bahasa Spanyol untuk memudahkan proses pembelajaran bagi muslim disana. Terutama buku buku tentang pengenalan Islam, perbandingan agama dan lain lain termasuk di dalamnya yang cukup popular adalah buku karya Ahmed Deedad, The Choise.

Penerbitan pamphlet dan selebaran tentang Islam juga dilaksanakan demikian juga dengan ceramah umum, diskusi hingga tampil di media televisi dan media nasional. Organisasi Islam di sana juga menjalin kerjasama yang erat dengan organisasi keislaman di berbagai Negara Amerika Latin dan Karibia dalam upaya mensinergikan aktivitas dakwah.***

Baca Juga


Kamis, 25 Juli 2013

Islam di Ecuador

Masjid As-Salam, salah satu masjid di kota Quito, Ibukota Ecuador.

Tentang Ecuador

Republik Ecuador atau dalam bahasa Spanyol disebut República del Ecuador merupakan negara berbentuk Republik Representatif di Amerika Selatan (Amerika Latin), berbatasan dengan Kolombia di sebelah utara, Peru di timur dan selatan, serta Samudera Pasifik disebeah timur. Ecuador bersama dengan Chile merupakan dua negara Amerika Latin yang tidak bertetangga dengan Brazil. Wilayah Ecuador meliputi wilayah daratan utama di benua Amerika ditambah dengan pulau Galápagos di Samudera Pasifik yang berjarak sekitar 1,000 kilometer dari daratan utama Equador.

94% penduduk negaranya berbahasa Spanyol karena Negara ini memang merupakan bekas jajahan Spanyol dan merdeka pada tahun 1830. Penduduk setempat juga menggunakan bahasa bahasa pribumi diantaranya Bahasa Quichua, Shuar, dan 11 bahasa daerah lainnya. Equador memiliki luas daratan 283.520 km2. Kota Quito selaku ibukota negaranya dinobatkan oleh UNESCO di tahun 1970-an sebagai kota warisan dunia karena memiliki pusat sejarah yang paling terjaga dan paling sedikit mengalami kerusakan di Amerika Latin.


Pusat kota Quito merupakan kawasan kota yang secara historis penuh sesak dengan arsitektur Islam Arab - Andalusia. Termasuk taman taman dalam ruang yang memungkinkan kaum wanita tanpa hijab untuk menikmati atmosfer luar ruang tanpa harus benar benar pergi ke luar ruangan. Kuatnya pengaruh Andalusia ini tak lepas dari peran dinasti Islam Andalusia sebelum kemudian runtuh dan berganti menjadi kerajaan Spanyol. Ecuador juga menjadi satu dari 17 negara dunia yang memiliki ke anekaragaman hayati yang luar biasa, beberapa diantaranya adalah beberapa spesies langka yang ada di pulau Galapagos.

Secara turun temurun mayoritas penduduk Ecuador memeluk agama Katholik. Masuknya ajaran ke Katholik ke Negara tersebut memang dibawa oleh Spanyol, dipermudah dengan kekuasaan Spanyol yang cukup lama disana ditambah dengan beberapa persamaan antara ajaran Katholik dengan kepercayaan lama yang di anut oleh rakyat Ecuador. Namun dari sekitar 14 juta penduduk Ecuador terdapat komunitas kecil umat Islam yang terpusat di kota Quito dan beberapa kota utama Ecuador lainnya.

Muslim di Ecuador

Merujuk kepada Yahya Juan Suquillo, Direktur Dakwah Centro Islamico Del Ecuador, populasi muslim di Ecuador ada sekitar 500 jiwa. Sedangkan Wikipedia menyebut jumlah muslim di Ecuador mencapai 2000 jiwa, angka yang sama persis dengan data dari PEW Reseach Center yang menyebutkan bahwa pemeluk Islam di Ecuador ada 2000 jiwa atau kurang dari 0,1% dari total penduduknya. Sementara word fact book nya CIA hanya menyebut komposisi pemeluk agama di Equdor dalam dua kelompok yakni pemeluk Katholik Roma 95% dan pemeluk agama lain lain 5%.

Jema'ah Masjid As-Salam, Quito - Ecuador.

Data yang agak mengejutkan karena sama sekali berbeda dengan sumber sumber lainnya dilansir oleh situs dakwatuna.com yang menyatakan bahwa muslim di Ecuador sekitar 2,6% dari 14 juta jiwa penduduk Negara tersebut. Angka yang sangat besar bila dibandingkan dengan sumber sumber yang lain. Situs yang sama juga menyebutkan bahwa “banyak riset pada tahun delapan puluhan yang menyatakan bahwa jumlah komunitas muslim meninggkat tajam setelah dua orang tokoh Ekuador masuk Islam, karena terpesona dengan akhlakiyah umat muslim. Keduanya akhirnya mendirikan Lembaga Islam Ecuador. Setelah itu penduduk pribumi masuk Islam berbondong-bondong. Pada tahun 2004  terhitung 10,000 orang masuk Islam. Jumlah terbesar berdomisili di Ibu Kota Ecuador, Quito”.

Sementara situs Guardian yang berbasis di Inggris dalam salah satu tajuknya, menyebut komunitas muslim di Ecuador ini sebagai “Ecuador bukanlah tempat utama yang anda bayangkan akan bertemu dengan pemudi muslim, namun nyatanya Ecuador telah memiliki komunitas muslim yang begitu percaya diri.” Situs tersebut juga melakukan wawancara khusus dengan beberapa muslimah Ecuador di Masjid As-Salam. Meski tak menyebut angka pasti Guardian menyatakan bahwa Ecuador memiliki beberapa ribu muslim.

Organisasi Islam dan Masjid di Ecuador

Situs latinodakwah.org menyebutkan, ada tiga organisasi Islam di Ecuador. Masing masing organisasi ini memiliki dan mengelola masjid bagi muslim di area-nya masing masing. Berikut tiga organisasi tersebut berikut alamat-nya masing masing.

Centro Islamico Del Ecuador : Mezquita Assalam
Calle 18 de septiembre No. 114 y General Plaza

Fundacion Islamica Cultural Khalid Ibn Al Walid
Av. Los Shyris 234 y Av. Eloy Alfaro, Quito - Ecuador

Centro Islamico Al-Hijra De Guayaquil
p. icaza 720, piso-3 y boyaca, Guayaquil, Guayas , Ecuador

The Centro Islamico del Ecuador atau Islamic Center Equador merupakan organisasi nirlaba dan advokasi yang didirkan pada 15 Oktober 1994. Organisasi ini berpusat di Masjid As-Salam. Masjid yang menjadi pusat ke-Islaman ini berada di lantai dasar rumah Yahyá Juan F. Suquillo. Lantai dasar rumah tersebut kemudian di ubah menjadi masjid, semua partisi dan dinding penyekatnya dibongkar untuk mendapatkan ruang yang lebih lega untuk pelaksanaan sholat berjamaah dan aktivitas lainnya.

Sholat Jum'at di Masjid Khalid Bin Al-Walid Quito.

Masjid yang juga Islamic center ini berada di kawasan La Mariscal yang cukup nyaman, di kawasan elit di pusat kota Quito. Lokasinya berada satu blok dari La Casa de la Cultura Ecuatoriana di depan Kedutaan Besar Prancis yang berada di 18 de Septiembre street, sekitar dua blok dari kedutaan besar Amerika, tiga blok dari kedutaan Mesir dan lima Blok dari kedutaan Besar Rusia. Akses termudah menuju kesana adalah melalui McDonalds di 6 de Diciembre street, lalu berjalan kaki sekitar satu blok. Sejauh ini Organisasi tersebut berjalan dengan dana swadaya mereka sendiri bukan atas dukungan dari negara manapun.

Centro Islamico del Ecuador merupakan organisasi Islam Suni Ahlussunnah wal Jamaah. Sholat Jum’at dilaksanakan pukul 13:30. Pusat Ke-Islaman ini mengajarkan tajwid, kelas bahasa Arab, kelas khusus untuk jemaah wanita dan anak anak setiap hari Sabtu, juga menyelenggarakan aktivitas sosial tahunan seperti acara rekreasi bagi seluruh jemaah. Organisai ini secara aktif melakukan aktivitas dakwah dalam bahasa Spanyol dan bahasa Arab. Mereka juga menyelenggarakan sertifikasi halal untuk memfasilitasi bisnis dengan dunia Islam. Mereka juga secara aktif menterjemahkan berbagai literatur islam ke dalam Bahasa Spanyol.

Fundacion Islamica Cultural Khalid Ibn Al Walid dibentuk pada bulan Oktober 1988 sebagai sebuah organisasi sosial dalam upaya untuk membangun masjid bagi muslim di Ecuador.

Centro Islamico al Hijra atau Islamic Center Al-Hijrah, mereka mengelola dua masjid yakni Mezquita Jesùs dan Mezquita Luz del Islam. Organisasi ini dipimpin oleh Sheij Ismael Albasri, selaku pendiri sekaligus sebagai direktur organisasi tersebut. Didirikan tahun 2004, organisasi ini berbasis di kota Guayaquil, salah satu pusat ekonomi terbesar di Ecuador.***

Bersambung

Baca Juga



Jumat, 19 Juli 2013

Kabar Dari Vanuatu

Muslim antar bangsa di Masjid Mele, Saudara kita dari Indonesia di antara-nya.

Bila dalam posting sebelumnya tentang Islam dan Masjid di Vanuatu telah diulas tuntas sejarah masuk-nya Islam ke Vanuatu dan perkembangannya, termasuk hadirnya beberapa saudara muslim Indonesia disana, maka, kali ini kami akan menyajikan kabar terbaru muslim Vanuatu terutama di kota Port Villa dengan Masjid Mele nya.

Alhamdulillah saudara saudara muslim di Vanuatu semakin bergairah dalam mempelajari agama Islam yang relatif baru bagi mereka. Sudara kita, Kris Triyantio yang kini sedang menjalankan tugasnya sebagai Asisstan Manager di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang IT di Vanuatu mengabarkan perkembangan Islam terkini di dari Masjid Mele, Kota Port Villa, Republik Vanuatu.

Pembangunan Area sholat khusus jemaah wanita di Masjid Mele

Sejak beliau tiba di kota Mele, beliau dipercaya oleh jemaah muslim disana untuk bergabung dalam kepengurusan Masjid Mele, kira kira sama dengan “pengurus DKM” di Indonesia. Masjid Mele merupakan tempat berkumpulnya komunitas muslim di Port Villa, Ibukota Vanuatu. Masjid sederhana itu kini sedang membangun kamar kecil dan merapikan ruang sholat khusus untuk jemaah wanita-nya sejak dua minggu yang lalu.

Dan Alhamdulillah, sokongan kuat juga datang dari saudara saudara muslim yang datang dari Selandia Baru (New Zealand) yang sengaja datang ke Vanuatu untuk membantu muslim setempat dalam mendalami ajaran Islam. Mereka Juga pergi ke beberapa daerah pedalaman Vanuatu yang ada konsentrasi umat Islam di sana.

Pembangunan Kamar Kecil di Masjid Mele, Port Villa. Vanuatu.

Saat ini Masjid Mele juga tengah menggencarkan kelas pengenalan Islam khusus untuk wanita mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang diadakan setiap hari Minggu sebelum Zuhur. Mereka mulai di perkenalkan dengan Al Quran (menggunakan buku Iqro) dan juga pengenalan Islam secara umum (seperti puasa, sholat dan sebagainya) mulai dari yang ringan agar mereka tidak terlalu kaget. Sangat menarik ya ternyata buku IQRO yang dibuat di Indonesia itu, tidak saja populer di negara negara ASEAN tapi juga sudah sampai ke Vanuatu, yang begitu jauh di Samudera Pasifik Selatan sana.

Kompilasi foto perbangunan sarana kamar kecil dan area sholat khusus jemaah Wanita di Masjid Mele.
Tak hanya sampai disitu, kesadaran akan Halalnya makanan yang dikonsumsi pun mulai mendapatkan perhatian, Sebuah peternakan Ayam di Vanuatu sudah menggunakan tenaga tukang potong dari umat Muslim disana, agar proses pemotongan ayam tersebut menggunakan cara cara sesuai syari’ah untuk menjamin kehalalannya. Dan saat ini mereka sedang mencari tukang potong sapi dari ummat islam untuk juga dapat memastikan kehalalan daging sapi sesuai dengan syariah Islam.

Teriring do’a semoga saudara saudara muslim disana senantiasa mendapatkan bimbingan, perlindungan, Rahmat dan Hidayah dari Allah Subhanahuwata’ala, wabil khususon saudara kita Kris Triyantio dan saudara saudara lainnya agar senantiasa diberikan kekuatan lahir dan bathin dan keberkahan dalam menjalankan tugas dan segala aktivitasnya, Amin.*** 

Baca Juga

Islam dan Masjid di Vanuatu

Senin, 15 Juli 2013

Islam di Belize (Bagian 2)

Masjid Al-Akramine di kota San Pedro, Ambergris cayes - Belize. Tak tampak seperti kebanyakan bangunan masjid yang biasa kita kenal, namun inilah salah satu pusat ke-Islaman di Negara Belize.

Tak ada bukti tertulis tentang sejarah masuknya Islam ke Belize, Namun ada bukti nyata tentang kedatangan muslim dari India Timur ke British Honduras di awal tahun 1858 sebagian besar dari mereka merupakan muslim dari wilayah Benggala. 1857 terjadi pemberontakan Sepoy yang dilakukan oleh orang India yang merupakan anggota tentara Inggris. Diantara mereka ada yang beragama Islam, paska pemberontakan itu sebagian mereka dikirim ke berbagai koloni di Karibia seperti Guyana, British Honduras (Belize) dan Guatemala. Menyusul kemudian kedatangan para pekerja paksa perkebunan di sekitar tahun 1880 yang tiba ke Belize melalui Jamaica, sebagian kecil dari mereka beragama Islam.

Menemukan Islam di Penjara

Perkembangan Islam di Belize mulai menggeliat di era 1960-an. Adalah Charles X Eagan, warga Belize yang di deportasi oleh pemerintah Amerika Serikat kembali ke Belize tahun 1961, setelah mendekam di penjara di Amerika Serikat. Tapi justru penjara Amerika yang mempertemukan beliau dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Organisasi Nation of Islam yang didirikan oleh Malcom X dilanjutkan oleh Ellijah Muhammad. Penjara Amerika yang mempertemukan Charles X Eagan, dengan Islam dan kemudian mengganti namanya menjadi Ibrahim Abdullah setelah memeluk Islam. Segera setelah tiba kembali di tanah airnya, Eagan mulai menularkan pengetahuannya tentang Islam yang dia dapat selama di penjara di A.S. kepada orang orang disekelilingnya.

Upaya dakwah yang dilakukannya disambut baik oleh Ismail Omar Shabazz dan Rudolph Farrakhan yang kemudian bergabung berdakwah bersama. Upaya pertama yang mereka lakukan adalah dengan mengundang public untuk menghadiri pertemuan tentang Islam yang diselenggarakan tahun 1962 di Liberty Hall di ruas jalan Barrack Road, Belize City. Perjalanan mereka pada awalnya memang tak mudah. Di penghujung 1962 pertemuan yang mereka adakan di Court House Plaza sempat dibubarkan oleh polisi. Charles Eagan ditahan dengan tuduhan melakukan tindak diskriminasi terhadap ras kulit putih, lalu dijatuhi hukuman tahanan di RS Jiwa untuk observasi kejiwaan selama dua minggu lalu diperpanjang menjadi empat minggu dan kemudian dibebaskan setelah mengirimkan nota protes ke George Price, perdana menteri pertama Belize.

Jemaah  Masjid Al-Akramine di kota San Pedro, Ambergris cayes - Belize.

Namun perlakuan tak nyaman itu pada ahirnya berubah. Pemerintah Belize sendiri kemudian memberikan persetujuan untuk mengundang tokoh tokoh muslim dari negara negara tetangga mereka diantaranya adalah kunjungan Wallace Deen Muhammad, selaku pimpinan dari organisasi Islam Nation of Islam di Amrika yang menggantikan posisi ayahnya (alm) Elijah Muhammad. Dan tiga kali kunjungan juara tinju kelas berat dunia Muhammad Ali yang berkunjung ke Belize di bulan Juli 1967 dan kunjungan Lois Farrakhan di bulan Juli 1975.

Dengan terbentuk dan disahkannya IMB sebagai induk organisasi muslim di Belize tahun 1978, memberikan IMB hak untuk mengatur dan mengeluarkan akta nikah yang diakui oleh negara termasuk hak untuk menyelenggarakan berbagai aktivitas keagamaan serta pendirian lembaga pendidikan Islam secara resmi. Sekolah Islam di Belize pertama kali dibuka tahun 1975 sebagai sekolah swasta. Tahun 1979 sekolah tersebut mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan mendapatkan kucuran pendanaan secara rutin dari pemerintah. Saat ini sekolah tersebut telah dikembangkan secara fisik di atas lahan milik mereka sendiri di ujung Central American Boulevard dan Faber’s Road di Belize City.

Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan Al-Qur’an, sejarah Islam dan pendidikan agama Islam dalam kurikulum sekolah dasar. Dibawah kepemimpinan Shabazz muslim Belize mengajukan permohonan untuk menjadikan dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) sebagai hari libur nasional bagi sekolah sekolah, dan permohonan tersebut diterima oleh Said Musa Menteri Pendidikan saat itu. Termasuk dikucurkannya dana pemerintah sebesar $40,000 bagi pembangunan gedung sekolah Islam.

Masjid al-Falah, Belize City

Masjid Al-Falah, satu komplek dengan Sekolah Islam yang sama sama dikelola oleh IMB - Islamic Mision of Belize. 

Pembangunan masjid Al-Falah di Belize City, dimulai tahun 1976. Pada awalnya, Shabaz selaku pimpinan muslim setempat di ajak oleh menteri Urusan Lahan Santigo Perdomo menuju ke ujung jalan Central American Boulevard dan Faber’s Road yang saat itu masih berupa lahan kosong berupa rawa rawa dan pohon bakau. Pak menteri kala itu menunjuk lahan tersebut untuk digunakan sebagai pusat ke-Islaman di Belize City. Lahan tersebut kemudian di survey oleh pemerintah pada 24 Januari 1986 dan menyerahkan lahan tersebut ke IMB seluas 2.047 aker ditandatangani oleh Menteri Dean Lindo dan diterima oleh Nuri Muhammad mewakili komunitas muslim.

Tahun 1991 hingga 1993 IMG mengajukan permohonan kepada menteri Sumber Daya Alam untuk menggunakan sebagian lahan yang di alokasikan untuk pembangunan masjid, segera setelah persetujuan didapat proyek pembangunan pun di mulai dan berdirilah bangunan yang kini dikenal dengan nama Masjid al-Falah, Belize City. Dana awal pembangunan masjid ini di dapat dari tahap pertama diperoleh oleh Mr. Faraj sebagai hasil dari proposal yang dikirimnya ke organisasi the Islamic Call Society, Libya Dibawah pimpinan Muammar Qadafy. Dana tahap kedua diperoleh hasil usaha kerja sama Dr. Bilal Phillips dan Kaleem El-Amin yang berhasil memperoleh $50,000 dolar Belize saat Imam Kaleem sedang menuntut ilmu di Saudi Arabia.

Sekolah Islam Belize City
Dengan tibanya Dr. Abdullai Conteh di Belize tahun 2001 memberikan dampak meningkatnya perkembangan Islam disana. Dr. Conteh memfasilitasi IMB untuk mendapatkan undangan dari Mhakamah Agung untuk membacakan Al-Qur’an dalam berbagai aktivitas lintas agama yang diselenggarakan oleh negara untuk menunjukkan eksistensi muslim di negara tersebut. Saat ini dipimpin oleh Ibrahim Abdullah menggantikan Charles X, yang wafat 18 November 2008), Nuri Muhammad, Granville Omar Hassan, Omar Shabazz dan Kaleem El-Amin, yang menjadi imam sholat tetap. ***

Baca Juga


Islam di Belize (Bagian 1)


Belize merupakan negara kecil di pantai timur Amerika Tengah menghadap ke Laut Karibia. Negara ini berbatasan dengan Guatemala di timur dan selatan, sebelah utara seluruhnya berbatasan degan Meksiko dan disebelah timur menghadap ke laut Karibia. Belize terkenal dengan gugusan karang nya yang membentang sepanjang perairan lautnya menyambung hingga ke wilayah pantai Meksiko di semenanjung Yukatan. Belize juga dikenal dunia dengan jaringan gua bawah tanahnya, sebagian membentuk lubang besar. Salah satu lubang besar yang sangat terkenal di Belize adalah Great Blue Hole di lepas pantai Belize yang menjadi salah satu lubang terbesar yang ada di muka bumi.

Belize merupakan bekas jajahan Britanica Raya alias Inggris Raya hingga tahun 1981dengan nama Honduras Britania, meski Honduras sendiri terpisah sejauh 75km dari negara ini. Nama Honduras Britania masih digunakan hingga tahun 1973 sampai kemudian Belize membentuk pemerintahannya sendiri. Statusnya kini sebagai negara independen anggota murni Comenweal dengan ratu Inggris bertindak sebagai kepala negara diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal. Kepala pemerintahannya dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum. Secara resmi ibukota pemerintahan Belize berada di kota Balmopan namun Belize City merupakan kota terbesar dan lebih dikenal dunia internasional. Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi disana bersama bebrapa bahasa asli setempat.

Secara geografis, luas wilayah daratan Belize seluas 22,966 km2 dan wilayah perairan seluas  0,7%. Jumlah penduduknya di tahun 2010 sejumlah 303.283 jiwa, dengan tingkat kepadatan yang cukup renggang, hanya 12 jiwa per kilometer persegi. Nama Belize sendiri konon merujuk kepada nama sungai yang membentang di sungai tersebut meski ada beberapa teori lain terkait dengan nama tersebut diantaranya adalah pendapat yang mengatakan bahwa nama Belize diturunkan dari nama Wallace yang merupakan nama belakang seorang seorang pimpinan bajak laut Karibia yang mendirikan pemukiman pertama di kawasan tersebut tahun 1638, namun para pelaut Spanyol melafalkan namanya dengan salah menjadi Belice sampai kemudian menjadi Belize hingga hari ini. Sementara teori lain menyebutkan bahwa kemungkinan nama tersebut berasal dari kata BELIX dari bahasa suku Maya yang berarti "air berlumpur" merujuk kepada kondiri Sungai Belize.

Agama Agama di Belize

Masjid Al-Falah, Belize City

Mayoritas penduduk Belize beragama Kristen Katholik dan Protestan. Lebih dari setengah penduduk negaranya memeluk agama Katholik Roma, sepertiga lainnya memeluk agama Protestan. Sebagian besar sisanya menganut agama Taoisme, Budha dan beberapa agama yang hadir belakangan termasuk didalam-nya Jainisme, Islam, Hindu dan Bahaisme. Agama Hindu dibawa oleh para imigran dari , sementara Islam dibawa dan dianut kebanyakan oleh para imigran dari Kawasan Timur Tengah serta juga telah di anut oleh anggota suku Creol dan Garifuna. Kebebasan beragama dijamin oleh negara.

Katholik Roma di Belize dianut oleh sekitar 200 ribu jiwa, merupakan bagian dari Katholik dunia dibawah kepemimpinan spiritual Paus di Roma. Uskup di Belize merupakan anggota dari Dewan Episkopal Antiles, sedangkan negaranya sendiri masuk dibawah yurisdiksi Diosis Kota Belmopan.  Agama Hindu masuk ke Belize sekitar tahun 1857 dibawa oleh sekitar tiga ribu imigran India Timur yang berpindah dari Jamaica ke Belize, 382 orang diantaranya merupakan kelahiran India. Mereka berpindah ke Belize sehubungan dengan telah habisnya kontrak kerja mereka disana. Kelompok keturunan India ini masih menjalin hubungan mereka dengan negara asalnya.

Islam in Belize

Islam di Belize diperkirakan dipeluk oleh sekitar 2,794 jiwa atau sekitar 1 persen dari total penduduk negara tersebut. komunitas muslim disana dibawah kepemimpinan the Islamic Mission of Belize (IMB) yang bermarkas di Belize City. IMB didirikan lebih dari 40 tahun yang lalu sebagai organisasi Islam pertama di negara itu. tahun 1978 IMB secara resmi didaftarkan ke pemerintahan sebagai organisasi keagamaan. IMB saat ini dibawah pimpinan
Imam Kaleem El-Amin sebagai Amir atau Chairman dari Dewan Komite. Sebagai satu satunya organisasi Islam yang terdaftar di Belize, IMB menyediakan ruang sholat dan sekolah dasar Islam.

Sekolah Dasar Islam yang dikelola oleh Komunitas muslim Belize talah diakui oleh pemerintah sejak tahun 1978. Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan secara terbuka bagi semua kalangan baik muslim maupun non muslim. Sejak tahun 1991 sekolah ini telah memperluas bidang pendidikannya hingga ke kelas 8 dan menawarkan pendidikan Islam dan pendidikan Akademis umum. Saat ini membina sekitar 360 siswa serta tenaga staf administrasi yang terdiri dari Dewan Pembina, General Manager atau Imam, Pimpinan yayasan dan 15 orang tenaga pengajar.

Sekolah Islam di Belize City, Satu komplek dengan Masjid Al-Falah yang dibangun dan dikelola oleh IMB.

Sistem pendidikan di Belize memang unik, pemerintah setempat menjalin kerjasama dengan berbagai komunitas agama disana. Pemerintah yang menyediakan dana termasuk gaji untuk para pengajar dan penyediaan kurikulum pengajaran nasional sementara lembaga keagamaan yang mengelola, melaksanakan, merawat infratruktur fisik, penyediaan staf pengajar dan lainnya serta kurikulum keagamaan masing masing.

Salah satu program unggulan dalam pengembangan wilayah pemukiman, IMB telah mengembangkan komplek perumahan muslim di wilayah Belize tengah dengan nama komplek perumahan Jannahville Community. Proyek ini bertujuan untuk membangun komunitas muslim lengkap dengan lahan pertanian organik, daging halal, eko turisme serta Sekolah Menengah hingga Universitas Islam di atas lahan seluas 350 hektar yang disewa dari pemerintah Belize sejak tahun 1987.

Sejarah Islam di Belize

Sebuah organisasi non pemerintah bernama The World Garifuna Organization (WGO) yang dibentuk dengan salah satu tujuannya adalah menyatukan kembali suku Garifuna secara kultural dan pengembangan ekonomi suku Garifuna yang kini tersebar kedalam enam negara yakni Honduras, Nicaragua, St. Vincent and the Grenadines, Belize, Amerika Serikat dan Guatemala. Tercabik nya wilayah ulayat suku Garifuna tidak terlepas dari kekalahan mereka dalam perang melawan para agresor di masa lampau terutama perang tahun 1797 di St. Vincent and the Grenadines.

Hasil kerja Organisasi ini berhasil berbuah manis dengan mendapatkan pengakuan dari UNESCO untuk kekayaan oral dan Intangible Heritage of Humanity termasuk di dalamnya adalah budaya bahasa lisan, musik, tarian dan nilai nilai keagamaan suku Garifuna. Namun hal yang sangat menarik dari organisasi ini adalah pernyataan mereka bahwa moyang mereka adalah muslim, bahwa mereka adalah keturunan dari para leluhurnya yang beragama Islam. Disebutkan bahwa salah leluhur mereka dari keluarg Abubakari kedua dari Mali yang melakukan ekspedisi ke benua Amerika tahun 1311 jauh sebelum kedatangan Columbus kesana. Meski mereka tak memiliki bukti fisik akan hal tersebut namun sejarah membuktikan bahwa Columber bertemu dengan leluhur suku Garifuna di Honduras tahun 1502, hal tersebut membuktikan bahwa Columbus bukanlah orang asing pertama yang tiba di benua baru Amerika.

Masih dalam artikel yang sama disebutkan bahwa Islam masuk ke Belize dibawa oleh para Muslim Afrika yang dibawa kesana sebagai budak. Menariknya lagi lembaga ini menyebutkan bahwa muslim disana saat ini terdapat sekitar 5000 jiwa, jauh diatas angka yang disebut oleh berbagai media termasuk rangkuman di wikipedia. ***

Bersambung

Baca Juga