Minggu, 30 Juni 2013

Islam di Uruguay

APAKAH INI MASJID MUSLIM URUGUAY DI MONTEVIDEO? Sebuah bangunan layaknya sebuah masjid lengkap dengan sebatang menara tinggi, beranda dengan pilar dan lengkungan, serta bentuk seperti bangunan mihrab. Tapi ternyata ini bukanlah masjid, tapi sebuah gedung musium zoologi yang sengaja dibangun mirip bangunan masjid.

Uruguay adalah salah satu Negara di benua Amerika bagian selatan atau Amerika Latin, ber-ibukota di Montevideo. Nama resmi Uruguay adalah Oriental Republik of Uruguay atau Republica Oriental del Uruguay. Berpenduduk 3.3 juta jiwa dan lebih dari separo penduduknya tinggal di ibukota Negara, kota Metropolitan Montevideo. Luas Negara Uruguay adalah 176 ribu kilometer persegi menjadikannya sebagai Negara Amerika Latin dengan ukuran terkecil setelah Suriname.

Uruguay tekenal sebagai salah satu Negara gila bola, wajar bila kemudian skuad muda garuda dengan judul SAD Indonesia pun dikirim kesana dalam rangka berguru kepada tim nasional negara penyelenggara piala dunia FIFA pertama, sekaligus menjadi juara dunia untuk pertama kali dalam sejarah penyelenggaraan piala dunia FIFA. Dan menariknya diantara 3.3 juta penduduk Uruguay ini terdapat komunitas kecil ummat Islam yang sudah eksis disana sejak lama, baik muslim pendatang maupun penduduk asli setempat.

Agama Agama di Uruguay

Merujuk kepada data Wikipedia, 88% penduduk Uruguay merupakan keturunan Eropa. Negaranya tidak menetapkan satupun agama sebagai agama negara karena ketatanegaraan mereka memisahkan agama dari Negara, namun pemerintah Uruguay memberikan jaminan kebebasan melaksanakan ibadah sesuai keyakinan masing masing.

Lalu bagaimana dengan komposisi pemeluk agama di Negara itu ?. merujuk kepada hasil survey yang diselenggarakan oleh the Instituto Nacional de Estadística (Uruguay) tahun 2008 disebutkan bahwa Agama Katholik merupakan agama yang dipeluk oleh 45.7% penduduk Uruguay, menyusul ditempat kedua justru merupakan penduduk yang menyatakan diri menganut faham Non Sectarian atau mengakui adanya Tuhan namun tidak menganut agama manapun sebesar 30.1% dari total penduduk.

Uruguay berbatasan langsung dengan Argentina dan Brazil. Bahkan satu pulau milik Argentina bernama Isla Martin Garcia berada di wilayah perairan Uruguay, tapi membentang begitu jauh dari Boenos Aires.

14% diantara penduduknya  menganut Atheist atau Agnostic. 9% menganut agama Kristen selain Katholik, termasuk komunitas Armenia yang cukup besar di kota Montevideo, disusul 0.6% penganut Animisme atau Umbandisme (Agama Afro-Barzilian) dan 0.4% menganut ajaran Yahudi. Survey ini sebagaimana dimuat di Wikipedia sama sekali tak menyebut adanya pemeluk Islam di Negara tersebut, mungkin dimasukkan ke dalam kolom lain lain yang berisikan angka 0.2%.

Data yang hampir sama juga di keluarkan oleh World Fact Book menyebutkan bahwa agama agama di Uruguay terdiri dari Katholik Roma 47.8%, atheis atau agnostic 17.2%. Nondenominasi 23.2%. Agama Kristen selain Katholik 11.1%, Yahudi 0.3%, serta lain lain 1.1%.
                
Republik Sekuler

Para pengamat politik, menyebut Uruguay sebagai Negara di benua Amerika yang paling sekuler. Hal yang tidak serta merta muncul begitu saja tapi sudah bermula dari tradisi kecil gereja sejak masa Kolonial yang melakukan gerakan untuk mengurangi kekuasaan otoritas gerejawi. Dimasa kemerdekaan gerakan anti klerikal menyebar di Uruguay sebagai pengaruh dari Prancis yang secara langsung mengurangi otoritas pihak gereja. Tahun 1837 Uruguay mengakui pernikahan sipil. Menyusul kemudian di tahun 1861 otoritas negara mengambil alih pengelolaan pemakaman umum.

Tahun 1907 negara juga melegalkan perceraian Lebih keras lagi di tahun 1909, ketika keluar larangan bagi semua atribut agama di sekolah sekolah negeri. Dan ahirnya dibawah pengaruh José Batlle y Ordóñez (1903–1911), tokoh pembaharu dari Colorado, pemisahan antara gereja dan Negara secara resmi diadopsi ke dalam konstitusi Negara di tahun 1917.

ISLAMIC CENTER URUGUAY dikelola oleh seorang pebisnis muslim dan berkantor di pabrik pengolahan daging miliknya. Dia sendiri berjanji kepada komunitas muslim setempat nantinya akan menyerahkan seutuhnya gedung tersebut sebagai Islamic Center.

Namun demikian pemerintah Uruguay memberikan pengecualian pajak bagi semua rumah ibadah. Untuk mendapatkan fasilitas tersebut kelompok pemeluk agama dapat mendaftarkan organisasi mereka sebagai organisasi nirlaba ke kementerian pendidikan & kebudayaan guna mendapatkan status sebagai organisasi keagamaan. Dan pendaftaran tersebut harus diperbaharui setiap lima tahun.

Islam di Uruguay

Hasil riset yang diselenggarakan PEW Research Center menyebutkan bahwa terdapat komunitas muslim di Uruguay meski jumlahnya hanya sekitar 1000 jiwa atau kurang dari 0.1% jumlah penduduknya didasarkan angka perkiraan di tahun 2009.  Sementara artikel Islam in Uruguay yang dimuat di wikipedia menyebut jumlah muslim di Uruguay sekitar 300 hingga 400 jiwa saja atau setara dengan 0.01% dari jumlah penduduk Negara tersebut.

Merujuk kepada laporan International Religious Freedom Report 2008 disebutkan bahwa, muslim Uruguay kebanyakan menetap di dekat perbatasan dengan Brazil. Jumlah muslim di sana diperkirakan 300-400 jiwa namun kehadiran mereka nyaris tak terlihat karena memang jumlahnya yang sangat minim.

Namun demikian aturan Negara Uruguay mengatur sedemikian rupa, sehingga khusus untuk warga muslim dapat meminta tanda pengenal khusus kepada perusahaan tempat mereka bekerja yang memungkinkan mereka istirahat lebih cepat pada hari Jum’at yang jatuh pada hari kerja, hingga mereka dapat menunaikan ibadah sholat Jum’at berjamaah bersama muslim yang lain.

Muslim di Parlemen Uruguay


Amin Niffouri
Satu fenomena yang sangat menarik di Uruguay ini adalah, meski komunitas muslim disana sangat sedikit namun berita menggembirakannya adalah telah terpilihnya seorang muslim Uruguay masuk ke dalam jajaran anggota Konres. Dia bernama Amin Niffouri yang terpilih dalam pemilihan pada bulan November tahun 2009 lalu mewakili daerah pemilihan Canelones. Dia menjadi satu satunya muslim Uruguay yang menjadi anggota Kongres. Amin Niffouri memang dari keluarga muslim terpandang disana, dia merupakan muslim keturunan Suriah. Pamannya yang bernama Niffouri Fakhri telah lama menjadi Konsulat Uruguay untuk Suriah.

Masjid di Uruguay

ISLAMIC CENTER URUGUAY. Begini bentuk asli bangunannya.
Sedikitnya jumlah muslim di Uruguay dengan sendirinya sangat sulit untuk menemukan masjid di Negara itu. Meski begitu, ada beberapa tempat yang menjadi titik berkumpul sekaligus sebagai pusat ke-Islaman disana. Yakni :

(1). Islamic center of Uruguay 

        Soriano 1356 esq ejido
        Canelones, Montevideo , URUGUAY 11100

Islamic center ini juga mengelola sebuah blog internet di uruguayislamiccenter.wordpress.com. Pusat Keislaman ini didirikan oleh seorang pebisnis muslim asal Syria bernama Ali Khalil Ahmad. Dia menjalankan bisnis ekspor daging halal ke negara negara Islam.

Negara negara tujuan expor-nya tentu saja mensyaratkan standar halal sesuai syariah dan penyedia harus memiliki Islamic center sendiri untuk menjamin kesesuaian pasokan daging dengan hukum syar’i. Maka Ali Khalil Ahmad berinisiatif mendirikan Islamic Center Uruguay dengan menggunakan kantornya sebagai pusat ke-Islaman tersebut, sekaligus menyediakan mushola kecil di dalamnya. Saat ini ada empat mualaf asli Uruguay yang secara intensif menimba ilmu dan menjadi aktivis di pusat ke-Islaman tersebut.

(2). Egyptian Cultural Islamic Center 

    Baltasar Vargas 1178, Montevideo
        Uruguay 11300, Uruguay

Egyptian Cultural Islamic Center atau Pusat Kebudayaan Islam Mesir. Dibuka secara resmi pada tanggal 25 April 2008 dan menjadi masjid pertama di Montevideo dan Uruguay. Pusat Kebudayaan ini disokong penuh oleh kedutaan besar Mesir di Uruguay. 

ISLAMIC CENTER URUGUAY ini meski hanya berupa ruang mushola kecil, tapi sangat memadai bagi jemaah nya yang baru empat orang mualaf lokal bersama pemilik gedung-nya

(3). Centro Islamico Del Uruguay 

        Roosvelt 618 - Piso 3 Dto. 7 
        Las Piedras Canelones – Uruguay

Organisasi ini juga membawahi Centro Cultural de Difusión di nomor telepon (5982) 408-7627. Lembaga ini lebih dikenal sebagai Masjid ar-rahman. Masjid ini juga menyediakan ruang khusus jemaah wanita.

(4). Fraternidad Islámica del Uruguay.atau Islamic Brotherhood of Uruguay atau Ikhwanul Muslimin Uruguay. Kelompok muslim ini menunjukkan eksistensi mereka di dunia maya dengan membuat sebuah blog di alamat islam-uruguay.blogspot.com namun tak menyebutkan lokasi mereka, kecuali nama Pembina-nya yang bernama Ustad Omar Muhammad Ali Sanawbari serta alamat email di islam.uruguay@montevideo.com.uy.

Pusat pusat ke-Islaman di atas menjadi tempat berkumpul utama bagi muslim imigran yang ada di Uruguay untuk menjaga ikatan silaturrahmi dan tentu saja sebagai tempat menimba ilmu ke-Islaman bagi para mualaf setempat. Sejauh ini belum ada berita keterkaitan muslim Indonesia atau pemerintah Indonesia dengan muslim di Uruguay.***

Baca Juga

Kamis, 27 Juni 2013

Islamic Center Zagreb – Kroasia (Bagian-3)

kompilasi foto Islamic Center Zagreb

Pembangunan Islamic Center Zagreb

Tak lama setelah penutupan dan penghancuran masjid di Maetrovic Pavilion terbentuk Pan Islamic Community yang ditokohi oleh Hifzi ef Alagiæ, Dr. Suleiman Masovic, Murat Omanoviæ, Asim Šaæiragiæ, Mehmedalija Jusufbegoviæ, Riza Elezoviæ dan Ičić Muzuroviæ.

Segera mereka memulai untuk membangun sebuah masjid baru sebagai pengganti. Cikal bakal rancangan bangunan masjid oleh panitia yang telah dibuat oleh komunitas muslim sejak tahun 1962, tahun ketika komite diketuai oleh Asim Šaæiragiæ, yang tak lain adalah seorang pematung yang sangat handal dari Zagreb. Kala itu dengan penuh antusias membentuk tim bersama imam Merzuk ef Vejzagiæa serta Dr. Sulaiman Masovic, Hifzi ef Alagiæ, Dr. Mohammed Balic, Ali Èabaravdiæ, Adham Æelhasiæ, Dr. Kamil Kamariæ, Salim Šabiæ, Azim Karamehmedoviæ, Azra Ruždija dan Sejida Bejtoviæ.

Yang pertama dilakukan oleh komite yang sudah terbentuk ini adalah melakukan pendekatan bagi pemenuhan izin bagi gedung yang selama ini sudah dijadikan sebagai Masjid di Tomašiæevoj street no 12th, tempat berkumpulnya pemuda / pemudi Islam yang semakin solid dalam aktivitas kepemudaan mereka.

Kiri : lahan Islamic Center Zagreb sebelum dibangun. Kanan : Islamic Center Zagreb Saat ini

Asim Šaæiragiæ dengan pertalian sosialnya yang kuat segera melakukan upaya pencaian kemungkingkan untuk membangun masjid baru dan kemudian membentuk panita yang terdiri dari: Asim Šaæiragiæ - Chairman, Dr. Osman Muftiæ - Secretary-ing Hamdi Samardzic, engineer Mustafa Cvijetiæ, Engineer Mohammed Mujièiæ, Azim Karamehmedoviæ ing, ing Nedim Lagumdzija, Ismet Golubovic, Huso Mehanoviæ, Ferid Mekiæ, Dr. Salih Salahoviæ, Salim Šabiæ, Smajo Tataragiæ, ing Emin Softiæ, Ibrahim Busovarfa, Midhat Šeæerkadiæ, Dr. Suleiman Masovic, Dr. Salko Kuloviæ, Rasim Omanoviæ Dr. Šemso Tankoviæ, ing Seid Husedžinoviæ , Muharem Teskeredžiæ, Ali Èabaravdiæ, Adham Èelhasiæ, Sakib Bulbuloviæ, Mustafa Srna, jam Muhasiloviæ, Azim Muzuroviæ and Hivzi ef Alagiæ.

Asim Šaæiragiæ berhasil menego dewan kota untuk mendapatkan lokasi bagi masjid yang akan dibangun (6438 m2). Lokasi yang ditunjuk adalah sebidang lahan di sebelah selatan pemakaman umum kota Zagreb di Mirogoj. Peluang yang segera saja ditangkap dan segera dibuat rancangan awal oleh Arsitek George Neidhardt bersama prof. Džemala Èeliæa, yang kedua duanya dari Fakultas Arsitektur Sarajevo. Dan penggalangan dana bagi pembangunan masjid pun dimulai. Salah satunya adalah dengan pembuatan dan penyebaran rekaman dakwah islam atas ide dari Asim Šaæiragiæa yang dikemudian hari dirasakan begitu bermanfaat dan efektif.

suasana upacara peletakan batu pertama Islamic Center Zagreb

Panitia pembangunan masjid pun mengalami perombakan lagi kali ini dipimpin oleh Salim Šabiæ, wakil : Osman Muftiæ dan Azim Karamehmedoviæ, anggota : Ahmed Ikanoviæ-Umum : Ševko ef Omerbasic, Asim Šaæiragiæ, Mustafa Pliæaniæ, Ferid Mekiæ-treasurer, Ibrahim Busovarfa, Dr. Suleiman Masovic, Mirsad Srebrenikoviæ, Muhammad Ali, Asim Badiaa, Mustafa Srna, Fehim Nuhbegoviæ, Adnan Omanoviæ, Hazim Krajnoviæ, Nadžija Muftiæ, Fakhr Muzuroviæ, Nasuf But Salih Alièelebiæ, Mehmed Sarajliæ, Æoso bugaboo, Uzeir Huskoviæ, Merzuk Žuniæ, Salih clamor, Muharem Xhaferi dan Ismail Mujiæ.

Proyek Pembangunan Masjid dimulai

Di tahun 1979 dewan kota Zagreb menawarkan lima lokasi kepada Komunitas Muslim Zagreb sebagai lokasi pembangunan Masjid. Namun pada ahirnya tercapai kata sepakat untuk membangun masjid di di daerah Borovje di atas lahan seluas 17,938 meter persegi. Lokasi nya berada di sebelah timur desa Folnegovićevog dan sebelah selatan jalan tol tak jauh dari pabrik Coca-Cola. Hanya saja di lahan tersebut sama sekali belum tersedia insfrastuktur kota termasuk belum ada pasokan air, listrik dan apapun.

Suasana peresmian Masjid Islamic Center Zagreb

Sementara lahan bakal masjid yang masih kosong ditanami oleh para jemaah dengan beraneka tanaman dan sayuran, sambil memberikan waktu yang cukup kepada arsitek Dzemaludin steels dan Mirza Gols menyelesaikan rancangan awal bangunan masjid yang akan dibangun disana. Kedua arsitek ini merupakan arsitek dari Fakultas Arsitektur Sarajevo (Bosnia) dibawah Professor Najdhardta.

Pada tanggal 11 September 1981 dilaksanakan upacara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Zagreb. Acara ini dihadiri begitu banyak tokoh tokoh muslim dan tokoh terkemuka serta tamu undangan. Dibuka oleh Salim Sabic selaku ketua pelaksana pembangunan. Dilanjutkan sambutan oleh Rois Ulama Komunitas Islam Yugoslavia, dan terahir oleh Ketua dewan masjid Bosnia Herzegovina, Kroasia dan Slovenia, Dr. Ahmed Smajlović.  Luar biasanya, setelah upacara itu, komunitas muslim disana secara bergotong royong membersihkan seluruh lahan tempat bakal masjid ini secara sukarela selama beberapa minggu.


Suasana yang mirip dengandi Indonesia. Jemaah masjid bergotong royong secara sukarela selama beberapa minggu sebelum dan selama pembangunan masjid Islamic Center Zagreb ini. lahan kosong dimanfaatkan untuk bercocok tanam sekaligus membersihkan seluruh area tempat bakal masjid berdiri.
Penandatangan kesepakatan telah ditandatangani antara Ketua Komunitas mUslim Zagreb, Mustafa Plicanic bersama Ketua Panita pembangunan masjid Salim Sabic dengan pihak kontraktor pada bulan Agustus 1981. Dengan jaminan pendanaan oleh Bank penjamin. Segera setelah itu proyek pembangunan dilaksanakan dan pada awal tahun 1982 sudah masuk dalam tahap pengecoran.

Selama pembangunan berlangsung begitu banyak tamu kerhormatan yang mengunjungi proyek pembangunan masjid ini. Sementara Ševko Omerbašić dan Salim Sabic terus bergerak mendatangi setiap individu maupun institusi dalam upaya penggalangan dana dari dalam maupun dari berbagai Negara Islam. Dr. Baasha, Shaikh Sultan batch dari Sudan menyumbangkan dana US$2.5 juta dolar, menjadi penyumbang terbesar pembangunan masjid ini.

Keseluruhan pembangunan Islamic Center Zagreb ini selesai dibangun pada pada musim semi tahun 1987 dan diresmikan di tahun yang sama dihadiri oleh lebih dari 100 ribu orang memadati areal masjid ini tak peduli dengan hujan yang mengguyur saat upacara berlangsung.***Selesai.***

Baca Juga


Rabu, 26 Juni 2013

Islamic Center Zagreb – Kroasia (Bagian-2)

Sejarah Islamic Center Zagreb

MASJID PERTAMA DI KOTA ZAGREB. Untuk pertama kalinya di tahun 1944 muslim kota Zagreb memiliki bangunan masjid sebenarnya dengan diresmikannya alih fungsi gedung Maestrovic Pavilion sebagai Masjid pertama di kota itu. hanya saja setahun kemudian masjid ini ditutup oleh penguasa baru, tiga menaranya diruntuhkan tahun 1948.

Antara tahun 1868 hingga tahun 1918 Kroasia merupakan wilayah otonomi dibawah kerajaan Hongaria yang kemudian bergabung dalam Kekaisaran Astro-Hongary. Kekaisaran ini yang kemudian mencaplok wilayah Bosnia & Herzegovina yang mayoritas penduduknya Bergama Islam ke dalam wilayah mereka. Sekaligus menandai masuknya Islam sebagai agama yang di anut di dalam Kekaisaran tersebut, yang wilayahnya juga meliputi wilayah yang kini dikenal sebagai Republik Kroasia, beribukota di Zagreb.

Sejarah Islamic Cente Zagreb tidak lepas dari sejarah Islam di kota Zagreb khususnya dan sejarah Islam di Republik Kroasia pada umumnya. Masjid pertama di Zagreb sudah ada sejak tahun 1916 manakala garnizun militer disana menunjuk seorang imam anggota militer yang beragama Islam. Dia menjalankan tugasnya secara berkala termasuk mengurusi masalah sipil diluar ketentaraan. Ditahun 1917 dibentuk Komunitas Muslim Zagreb yang kemudian menunjuk seorang mufti membawahi keseluruhan Muslim di semua kota di Kroasia.

ISLAMIC CENTER ZAGREB saat ini.

Ismet ef Muftić menjadi Mufti Zagreb pertama. Di saat yang sama HFZ. Abdullah ef Muhasilović bertindak sebagai imam militer dan mengubah barak militer infantri resimen Zrinski menjadi sebuah masjid bagi muslim kota Zagreb. Seiring dengan rencana untuk membangun masjid sesungguhnya, telah terkumpul dana sebesar 100 ribu Crown dan pemerintah Kroasia saat itu secara tentatif telah menyumbangkan lahan di sebelah selatan bangunan teater, namun rencana itu gagal. Setelah berahirnya perang dunia pertama, terjadi pergantian pemerintah di Kroasia, seiring dengan runtuhnya kekaisaran Astro-Hongary dan wilayah Kroasia kemudian masuk kedalam Kerajaan Yugoslavia (1918-1943).

Di bulan Ramadhan tahun 1920-an muslim Zagreb menyewa berbagai tempat sebagai masjid sementara untuk memenuhi kebutuhan mereka akan tempat ibadah. Di tahun 1935 dua apartemen yang beralamat di Tomasiceva 12 digabungkan menjadi satu lalu direnovasi untuk dijadikan masjid pertama di Zagreb yang dibuka secara resmi pada tanggal 29 November 1935.

RANCANGAN MASJID DI ZALENGAJ tahun 1937 yang tak pernah terwujud.

Saat itu komunitas muslim telah mendaftarkan anggota mereka sejumlah 1250 orang, dan bila digabungkan dengan tenaga kerja musiman serta mahasiswa asing yang ada disana mencapai hingga 3000 jiwa. Gedung apartemen tersebut juga menjadi kantor bagi Komunitas muslim dan Mufti Ismet ef Muftića.  Di pihak militer saat itu yang menjadi imam adalah Halil ef Imamoviæ dan I Ragib ef Muftić sebagai muazin.

Ditahun yang sama dibentuk semacam panitia pembangunan bagi sebuah bangunan masjid sebenarnya yang diketuai oleh Mufti Ismet ef Muftića. Menyusul kemudian di tahun 1937 dirumuskan sebuah rencana berikut rancangan bangunan masjidnya yang akan dibangun di kawasan  Zelengaj namun rencana itu terganjal oleh pecah nya perang dunia kedua (1939-1945), Croasia dan Bosnia Herzegovina jatuh ke tangan Nazi Jerman yang kemudian membentuk pemerintahan Boneka bernama Independent state of Croatia atau lebih dikenal dengan nama NDH (singkatan dalam bahasa Kroasia : Nezavisna Država Hrvatska) pada tanggal 10 April 1941.

Masjid di Gedung Meštrović Pavilion

EXTERIOR & INTERIOR masjid pertama kota Zagreb.

Angin segar justru berhembus dari pemerintahan boneka bentukan Nazi ini. Proposal pembangunan masjid memang ditolak namun mereka memberikan solusi untuk mengubah gedung pameran benda seni Meštrović Pavilion di lapangan Žrtava Fašizma Square (lapangan korban tindak fasisme) untuk di ubah menjadi masjid. Sebuah bangunan prestisius karya Ivan Meštrović dibangun tahun 1938 sebagai pusat pameran karya seni sekaligus sebagai sekretariat komunitas seniman Kroasia.

Di musim gugur tahun 1941 dimulai renovasi besar besaran terhadap Meštrović Pavilion untuk mengubahnya menjadi masjid termasuk pembangunan tiga menara masing masing setinggi 45 meter di sekeliling disekeliling bangunan tersebut. Masing masing menara ini dirancang untuk dilengkapi dengan elevator namun tak pernah dipasangkan karena akibat kondisi perang yang masih berkecamuk.

KENANGAN DARI SERPIHAN SEJARAH. Sisa sisa Mihrab dari Masjid Pertam kota Zagreb (Gedung Maestrovic Pavilion) yang kini disimpan di Islamic Center Zagreb.

Masjid tersebut dibuka secara resmi di tahun 1944. Namun hal tersebut tidak belangsung lama. Jerman kalah dalam perang dunia kedua. Penguasa di Kroasia pun berganti lagi. Bangunan masjid yang baru diresmikan di hari Jum’at 18 Agustus 1944 itu ditutup setahun kemudian, tiga menaranya diruntuhkan tahun 1948. Mufti Ismet ef Muftića di hukum mati oleh penguasa baru di depan masjid yang di-impikan dan perjuangkannya selama berpuluh tahun itu.

Paska ditutup permanennya masjid di Meštrović Pavilion, seluruh aktivitas muslim Kroasia kembali ke tempat mereka semula di Tomašićeva ulica 12 10000, Zagreb, yang lokasinya hanya terpisah satu blok dari tempat itu dan bertahan sebagai kantor Komunitas Muslim Kroasia Croatia‎ hingga hari ini  Penguasa di Kroasia masih terus berganti sejak hari itu, dan  Meštrović Pavilion juga silih berganti fungsi sampai ahirnya dikembalikan lagi ke fungsi awalnya sebagai galeri seni oleh pemerintahan Kroasia saat ini, namun kebanyakan orang disana masih saja menyebutnya sebagai Džamija alias masjid.***

MIHRAB masjid Islamic Center Zagreb saat ini, indah dengan ukiran kaligrafi ayat kursi.

Kembali ke Bagian-1 atau lanjutkan ke Bagian 3

Baca Juga




Islamic Center Zagreb – Kroasia (Bagian-1)

Islamic Center Zagreb - di Ibukota Republik Kroasia. Hadir menlayani 1.3% muslim di negara berpenduduk mayoritas (87%) Katholik tersebut sejak tahun 1987 yang lalu.

Zagreb adalah ibukota Negara Republik Kroasia. Republik yang baru berdiri paska runtuhnya Yugoslavia. Di Zagreb berdiri megah bangunan masjid satu satunya di kota itu, bernama Islamic Center Zagreb, bangunan masjid yang begitu menarik perhatian karena arsitektut bangunannya yang unik meski tak meninggalkan ciri utama sebuah bangunan masjid dengan satu menaranya yang tinggi menjulang berbentuk seperti sebatang lilin.

Islamic Center Zagreb mulai dibangun dengan peletakan batu pertama pada tanggal 11 September 1981 dan diresmikan tahun 1987. Meskipun Masjid Islamic Center ini merupakan satu satunya masjid di kota Zagreb, namun masjid ini bukanlah masjid pertama di kota itu. Masjid pertama kota Zagreb sudah ada sejak tahun 1916, sebuah bangunan di barak militer garnizun Infanteri di ubah menjadi masjid bagi anggota militer dan keluarganya. Lalu bangunan masjid sebenarnya juga pernah berdiri begitu megah dengan tiga menara di ditengah kota Zagreb.

MASJID MAESTROVIC PAVILION. gedung maestrovic pavilion di pusat kota Zagreb pernah dijadikan masjid semasa perang dunia kedua saat Kroasia dibawah kendali pemerintahan Negara Independen Kroasia yang dibentuk oleh Nazi Jerman. Sesuatu yang tak belangsung lama dan kini Maestrovic Pavilion masih berdiri megah di pusat kota Zagreb meski gundul tanpa tiga menaranya yang sudah diruntuhkan tahun 1948.

Hanya saja masjid masjid pertama itu tidak berumur panjang seiring dengan silih bergantinya kekuatan yang menguasai wilayah Kroasia. Bangunan masjid dengan tiga menara di pusat kota Zagreb itu diresmikan tahun 1944 saat Kroasia diperintah oleh “Negara Independen Kroasia” bentukan Nazi Jerman. Namun ditutup tahun 1945 seiring kekalahan Nazi dalam perang dunia kedua. Bekas bangunan masjid itu masih berdiri hingga kini sebagai museum di pusat kota Zagreb dengan nama Meštrović Pavilion.

Islamic Center Zagreb
Gavellina 40,
Zagreb, Croatia 10 000, CROATIA

Islamic Center Zagreb dapat dicapai dari depan stasiun utama Zagreb dengan menggunakan Tram nomor 6, 7, 8 dan 14 lalu turun di stasiun Folnegovićevo naselje. Darisana berjalan kaki sekitar 15 menit melewati bangunan bangunan bangunan flat hunian hingga mencapai jalan utama dipersimpangan lampu lalu lintas. Menara masjid Islamic Center sudah terlihat dari tempat anda berdiri.

Satu satunya bangunan Masjid “sebenarnya” di kota Zagreb ini berdiri megah ditengah tengah lahan yang cukup luas di kawasan Borovje kota Zagreb dengan landskap yang ditata begitu apik, bangunannya terlihat jelas saat berada di Gavella street. Berdiri di atas lahan seluas 17.938 meter persegi, lahan yang cukup luas ini selain sebagai taman juga disediakan sebagai cadangan untuk pengembangan dikemudian hari.

FOTO UDARA Islamic Center Zagreb, megah ditengah lahan luas yang memang dipersiapkan bagi pengembangan di masa depan. Beberapa bangunan disebelah bawah foto adalah kediaman imam dan keluarganya serta guest house untuk para tamu.

Dibangun dalam arsitektur yang cukup unik, tidak saja sebagai pusat Ke-Islaman di kota itu tapi juga sebagai sebuah karya seni yang menawan. Bangunan utamanya terdiri dari belahan tiga kubah besar berwarna hijau yang dibangun saling berhadapan. Dua belahan kubah berada di atap masjid dan satu belahan lagi menutup hingga ke sisi mihrab. Masing masing belahan kubah ini dibangun dengan tingkat elevasi berbeda yang kemudian menghadirkan celah diantara ketiganya. Celah tersebut yang dimanfaatkan sebagai jendela kaca dalam ukuran besar di atap masjid.

Selain tiga belahan kubah tersebut masih ada satu belahan kubah lainnya yang diletakkan di sisi depan masjid menghadap ke tangga utama berfungsi sebagai beranda, akses utama ke Masjid dengan tiga pintu, di bagian masing masing pintu ini dipasang tiga buah jendela dengan bentuk yang senada karya dari (alm) Sefkija Baručija. Di depan beranda ini terhampar halaman berlantai batu putih lengkap dengan ornament pancuran air. Kubah masjid yang terdiri dari tiga belahan ini dihias dengan caligrafi bertuliskan kalimat Basmallah.

BERANDA Masjid Islamic Center Zagreb, sangat unik dan menarik. 

Masuk ke dalam masjid ini menghadirkan suasana yang sedikit berbeda dibandingkan dengan interior masjid pada umumnya, bukaan besar di atap masjid tidak sebagai bukaan melingkar dibawah kubah tapi tercipta dari perbedaan ketinggian masing masing belahan kubah. dibawahnya digantung lampu hias dalam ukuran besar. Mihrab Masjid ini juga dibuar dalam bentuk yang senada dengan ukiran kaligrafi Ayat Kursi yang begitu apik.

Di sisi kiri dan kanan bagian atas mihrab dihias dengan dua emblem bertuliskan kaligrafi Allah dan Muhammad. Tak kalah menarik perhatian adalah mimbarnya yang juga dibuat dari batu putih dengan bentuk yang tinggi tapi ramping dengan jejeran anak tangga yang cukup tinggi. Mimbar ini dilengkapi dengan gerbang melengkung yang juga dibuat dari batu putih.

INTERIOR masjid Islamic Center Zagreb dari arah mezanin lantai dua.

Denah interior ruang utama masjid ini berbentuk oval, menyambung dari bentuk belahan kubah yang menjadi dinding utama ruang mihrab. Mezanin lantai dua ruang dalam masjid dengan sendirinya juga mengikuti ruang utama dibawahnya. Keseluruhan permukaan lantai dalam masjid dilapisi dengan karpet Persia blagozeleni hadiah dari rakyat muslim Iran.

Masjid ini juga menyediakan ruang khusus untuk jemaah wanita dan dari ruangan khusus wanita ini tersedia akses menuju ke menara masjid. menara masjid yang dibangun terpisah dari bangunan utama ini setinggi 42 meter di ukur dari pelataran masjid tempatnya berdiri. Bentuknya yang lancip dan tinggi seakan membentuk sebuah lilin raksasa. Ruang khusus wanita di masjid ini juga dilengkapi dengan dua kubah kaca yang memungkinkan jemaah didalamnya untuk melihat ujung menara.

INTERIOR Islamic Center Zagreb dari arah Mimbar

Keseluruhan dinding masjid bagian luar ditutup dengan batu pualam warna putih dan di tembok sisi kanan sebelah luar dihias dengan satu kaligrafi yang begitu indah dalam ukuran besar. Dari pintu masuk sebelah kiri akan mengantarkan jemaah menuju ke ruang basement tempat wudhu jemaah pria ada disana, termasuk ruang maktab (kuliah), Aula serbaguna, ruang ganti, resepsionis, perpustakaan, kantor pengelola, serta rumah makan.

Di dalam komplek Islamic center ini juga dibangun rumah tempat tinggal untuk imam dan keluarganya serta guest house yang disediakan bagi para tamu dari berbagai komunitas Islam yang berkunjung secara resmi kesana. Ruang basement masjid ini tadinya disediakan untuk tempat parkir tapi kemudian di alih fungsi sebagai ruang madrasah "Dr. Ahmed Smajloivić" yang berada di lantai dua basement. Sedangkan lantai dasar basement dijadikan ruang khusus ibu menyusui dan area bermain anak anak, fasilitas remaja masjid dan amphitheater.

Bersambung ke Bagian-2

Baca Juga


Minggu, 23 Juni 2013

Islamic Center Rijeka - Kroasia, Masjid Pertama di Adriatik

Islamic Center Rijeka di Kroasia, dibangun berdasarkan hasil karya seniman patung ternama Kroasia. Menghasilkan sebuah bangunan yang tidak saja menjadi pusat ke-Islaman tapi juga menjadi sebuah masterpiece karya seni patung dalam ukuran super besar.

Masjid Pertama di Rijeka dan Adriatik, ketiga di Kroasia

Ribuan jemaah muslim memadati areal Islamic Center di kota Rijeka, Kroasia, pada tanggal 5 Mei 2013 yang lalu setelah melalui proses pembangunan sejak tahun 2009. Islamic Center dengan rancangan futuristik ini merupakan masjid sekaligus Islamic Center pertama di kota Rijeka dan seluruh kawasan pantai Laut Adriatik setelah lebih dari lima abad, dan menjadi masjid ketiga di Kroasia. 20 ribu hingga 30 ribu muslim hadir dengan penuh antusias dalam acara peresmian tersebut bergabung dengan tamu undangan yang hadir dari berbagai Negara termasuk dari Negara tetangga dekatnya, Bosnia Herzegovina.

Islamic Center ini dirancang sebagai sebuah bangunan masjid berarsitektur modern dan futuristik, sekilas pandang mirip dengan bangunan keong Emas di Taman Mini Indonesia Indah namun dalam balutan warna perak sementara dari sudut pandang yang lain tampak seperti sebuah kapal luar angkasa. Bangunan masjid ini dilengkapi dengan sebatang menara setinggi 23 meter (75 kaki) dengan bentuk yang juga sangat unik dan disebut sebut sebagai bangunan tempat ibadah paling indah di Eropa.

Rijeka Islamic Center
51000, Rijeka, CROATIA


Peresmian Islamic Center Rijeka

Upacara peresmian Islamic Center ini dlakukan langsung oleh Presiden Kroasia, Ivo Josipovic, pada tanggal 4 Mei 2013 yang lalu bersama anggota Anggota Kepresidenan Tripartit Negara dari Etnis Bosnia, Bakir Izetbegovic dan Menteri Wakaf dan Urusan Islam Qatar, Ghaith bin Mubarak Al-Kuwari, yang hadir mewakili Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani selaku penyandang dana terbesar pembangunan Masjid dan Islamic Center ini. Proyek pembangunan Islamic Center ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 3 Oktober 2009 yang lalu. Sedangkan ide pembangunnya sendiri sudah muncul sejak tahun 1968.

Media menyebut komplek Islamic Center Rijeka ini sebagai “Masjid Pertama di Kawasan Adriatik” setelah Ke-Khalifahan Usmaniah meninggalkan kawasan tersebut 500 tahun yang lalu. Sementara presiden Kroasia dalam sambutannya mengatakan bahwa “Islam dan tradisinya telah menjadi bagian dari sejarah Kroasia bersama dengan tradisi minoritas lainnya telah memperkaya budaya dan identitas Negara”.

Presiden Tripartit dari Etnis Bosnia, Bakr Izetbegovik mengatakan bahwa Kroasia merupakan tempat yang nyaman bagi muslim etnis Bosnia untuk menetap dan membuka pusat ke-Islaman, menyampaikan sinyal positif ke seluruh dunia. Sedangkan Menteri Wakaf dan Urusan Islam Qatar, Al-Kuwari menyampaikan harapan bahwa Islamic Center Rijeka dapat membantu membantu memperbaiki citra Islam dan muslim.

Kompilasi foto Islamic Center Rijeka dari berbagai sumber

Turut hadir dalam peresmian tersebut para tokoh tokoh penting Uni Eropa dan Kroasia, diantaranya adalah ; Josip Leko - Juru Bicara Parlemen Kroasia. Husein Kavazovic - pemimpin muslim di Bosnia & Herzegovina. Aziz Hasanovic – Mufti kota Zagreb (Kroasia) dan Paul Vandoren – Delegasi Presiden Uni Eropa untuk Kroasia. Serta tokoh tokoh lintas agama. Paul Vandoren menyampaikan harapan bahwa Islamic Center Rijeka sebagai pusat Ke-Islaman juga sebagai pusat multikultural, toleransi dan saling pengertian antar pemeluk agama di Kroasia.

Muslim dan Masjid di Kroasia

Saat ini lebih dari 10 ribu muslim tinggal di kota Rijeka dan sebagian besar dari Bosnia & Herzegovina. Rencana pembangunan masjid dan Islamic Center ini telah muncul sejak lima decade yang lalu. Komunitas muslim di Kroasia menecapai 1,5% atau sekitar 63 ribu jiwa dari total 4,2 juta penduduk Kroasia dan sekitar 10 ribu diantaranya tinggal di kota Rijeka dan sekitarnya. Sekitar 87% penduduk Kroasia beragama Katholik Roma dan Islam menempati tempat sebagai minoritas ketiga di Negara tersebut.

Kemeriahan suasana peresmian Islamic Center Rijeka

Selama ini muslim Kroasia hanya memiliki dua masjid di sana yakni sebuah masjid kecil di kota Gunja di bagian barat Kroasia berbatasan dengan Bosnia & Herzegovina yang dibangun tahun 1960-an dan satu masjid lagi di kota Zagreb dibangun tahun 1987 sebagai pusat peribadatan bagi muslim Kroasia yang merupakan kaum minoritas terbesar ketiga di Kroasia berdasarkan sensus tahun 2011.

Fasilitas & Aritektur Islamic Center Rijeka

Masjid & Islamic Center Rijeka dibangun seluas 10 ribu meter persegi dan menghabiskan dana lebih dari 10 juta Euro ($13 juta dolar). Keseluruhan komplek ini terdiri dari bangunan Masjid sebagai bangunan utama, Aula Serbaguna, ruang kuliah, Taman Kanak Kanak, Perpustakaan, ruang makan, Guest House, cafeteria, Kantor pengelola dan disediakannya juga lapangan Basket dan sepakbola serta lapangan parkir.

Islamic Center Rijeka dibangun dalam ukuran yang cukup besar dan berada di atas bukit membuatnya terlihat dari kejauhan hingga ke bibir pantai.

Bentuk umum bangunannya berupa kubah kubah besar bewarna perak dengan sebatang bangunan menara terpisah setinggi 23 meter (75 kaki). Rancangan masjid ini ditangani oleh (Almarhum) Dušan Džamonja (1928 - 2009). seorang pemahat professional Kroasia ber-etnis Sebia. Beliau yang merancang konsep bangunan Islamic Center ini dalam bentuk miniature bangunan masjid yang akan dibangun tersebut. Lokasi bangunannya sengaja dipilih dipuncak sebuah bukit membuatnya dapat terlihat dari kejauhan hingga ke Teluk Kvarner bay.

Dari bentuk miniatur tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam rancangan arsitektur oleh Arsitek Darko Vlahović dan Branko Vučinović dan hasilnya adalah sebuah proyek bangunan masjid dengan estetika yang superior. Kubah utama bangunan nya terdiri dari lima bagian terpisa yang secara kasat mata tampak sebagai satu kesatuan. Dalam pelaksanaannya pembangunan masjid ini juga melibatkan arsitek Dora Vlahović, Luka Vlahović, Dubravka Đurkan-Horvat dan Davor Mauser.

Islamic Center Rijeka dengan latar belakang laut Adriatik di Teluk Kvalrner 

Pada saat menggagas bentuk kubah bangunan masjid ini kemungkinan besar sang konseptor, Dušan Džamonja, memiliki pemahaman yang luas tentang rancangan kubah masjid masjid Usmaniah yang bertebaran disepanjang pantai mediterania yang kemudian dengan caranya sendiri membentuk kubah tersebut kedalam bentuk yang baru.

Hal yang kemudian menjadikan rancangan masjid ini menjadi begitu artistik, bernilai dan unik adalah keberhasilan memainkan bentuk geometeris yang kemudian memunculkan  fakta bahwa bangunan masjid ini lebih sebagai sebuah pencapaian seni pahatan dari sang konseptor dibandingkan sebuah pusat budaya dan agama serta arsitektur bangunan secara umum. Keseluruhan proyek pembangunan masjid ini sebagian besar di danai oleh pemerintah Qatar.***

Islamic Center Rijeka saat proses pembangunan
Satu Lagi Aerial View Islamic Center Rijeka
Interior Islamic Center Rijeka
Exterior Islamic Center Rijeka

Baca Juga


Sabtu, 22 Juni 2013

Masjid Imam Ali Bin Abi Thalib, Lakemba - Australia

Masjid Imam Ali Bin Abi Thalib di Lakemba, Syney - Australia. Salah satu masjid besar di Australia dibawah pengelolaan muslim keturunan Lebanon. Masjid dengan bentuk memanjang berkubah tunggal dan satu menara, cukup menyita perhatian diantara bangunan bangunan lain disekitarnya.

Masjid Lakemba merupakan salah satu masjid terbesar di Australia. Nama resmi masjid ini sebenarnya adalah Masjid Imam Ali Bin Abi Taleb namun karena lokasinya yang berada di kawasan Lakemba, New South Wales, maka lebih dikenal dengan nama Masjid Lakemba dibandingkan dengan nama aslinya.

Masjid Lakemba dibangun dan dikelola oleh Muslim Australia keturunan Lebanon atau dikenal dengan istilah Lebanese Australians. Selesai dibangun tahun 1977 yang lalu. Jemaah nya pun sebagian besar juga merupakan muslim Lebanon atau muslim keturunan Lebanon yang tinggal di Australia dibawah organisasi Lebanese Moslems Association.

Lokasi dan Alamat Masjid Lakemba
(65-67  Wangee Road, LAKEMBA, NSW 2195 Australia)

 

Pengurus Masjid

Pengurus masjid Lakemba ini seringkali menjadi tajuk berita karena komentar komentar mereka yang dianggap controversial. Tokoh tokoh ternama Australia di masjid ini termasuk diantaranya adalah Mantan Mufti Australia & New Zealanda Taj El-Din Hilaly. Jabatan imam masjid Lakemba dipegang oleh Sheikh Yahya Safi, yang merupakan perwakilan Australia di lembaga Darul Fatwa Lebanon.

Sheikh Yahya dilahirkan di kota Tripoli, Lebanon (jangan sampai tertukar dengan Tripoli-Libya)  di tahun 1970. Beliau mendapatkan gelar sarjana hokum syariah tahun 1992, memulai karir sebagai imam di kota kelahirannya sebelum kemudian tiba di Australia dan menjadi imam di Masjid Lakemba tahun 1996.

Masjid Lakemba dibangun dalam rancangan kontemporer, mengingat lokasinya berdiri di dalam lingkungan perumahan, bangunan masjidnya mengikuti tata letak bangunan sekitarnya, bukan mengikuti arah kiblat. Konsekwensinya adalah garis shaf di masjid ini miring terhadap denah bangunan.

Beliau juga mendapatkan gelar master dalam bidang penterjemahan Al-Qur’an di tahun 2002 dan saat ini sedang melanjutkan studinya untuk meraih gelar Phd dalam bidang Studi Islam. Dalam menjalankan tugas kesehariannya beliau dibantu oleh Sheikh Bassam Alameddine. Tokoh lainnya yang juga merupakan tokoh masjid Lakemba adalah Sheikh Shady Alsuleiman yang merupakan wakil dari pemuda Islam. Beliau lahir di Sydney. Dan Faisal Kassir yang menjabat sebagai kepala departemen pendidikan di masjid Lakemba.

Kerusuhan Cronulla

Masjid Lakemba, sempat menjadi pusat konsentrasi massa pemuda muslim pada kerusuhan rasial Cronulla (Cronulla race-riots) di bulan Desember 2005 lalu. Kerusuhan rasial yang sempat menghebohkan sejarah Australia ini memicu kerumunan massa muslim dalam jumlah besar di Masjid Lakemba dalam upaya mengantisipasi issue serangan terhadap masjid tersebut.

Di hari raya pemandangan seperti ini menjadi lumrah di Masjid Lakemba dan masjid masjid lainnya di Australia. Besarnya komunitas muslim disana kian hari kian meningkat, meski sensus penduduk di Australia mengabaikan pertanyaan tentang agama yang di anut penduduknya. sehingga sulit untuk mendapatkan angka pasti jumlah muslim disana.

Kerumunan massa kemudian membubarkan diri setelah ditenangkan oleh para tokoh muslim setempat ditambah dengan kehadiran aparat keamaan di lokasi tersebut. Para tokoh dan ulama setempat juga berhasil menenangkan massa untuk tidak “menyerbu” ke pantai Maroubra untuk menghadapi kelompok yang menamakan dirinya sebagai "Bra Boys".

Arsitektural Masjid

Masjid Lakemba dibangun dua lantai. Lantai pertama meruapakan ruang sholat utama diperuntukkan bagi jemaah laki laki sedangkan lantai dua diperuntukkan khusus bagi jemaah wanita. Bangunan masjid juga dilengkapi dengan area parkir di lantai sub basement yang dapat di akses dari lantai dasar.

Suasana di dalam Masjid Lakemba.

Masjid tersebut selain dilengkapi dengan fasilitas Al-Quran juga dilengkapi dengan ceramah-ceramah berbahasa arab dan kajian keislaman. Lebih dari 1000 orang mengikuti salat jamaah untuk setiap harinya, dan jumlah tersebut melonjak menjadi 5000 orang dalam pelaksanaan salat Jumat. Namun tak pelak lagi pada suasana sholat sunat di dua hari raya, jemaah masjid terpaksa memadati jalan raya di depan masjid karena daya tampung yang tidak mencukupi. Sudah sangat mirip dengan di Indonesia ya.

Tentang Lakemba

Lakemba merupakan salah satu wilayah di dalam kota Sydney, bila di Indonesia mungkin sama dengan Kecamatan. Di kota ini diperkirakan 80% penduduknya beragama Islam dari berbagai etnis dan bangsa termasuk Indonesia, Lebanon dan Turki. Dengan penduduk kota yang mayoritas muslim menjadikan wilayah ini sebagai surga bagi muslim mancanegara yang datang ke Australia.

Tak terlalu sulit menemukan wajah wajah Indonesia diantara jemaah masjid Lakemba yang sedang memadati jalan raya di depan masjid ini saat melaksanakan sholat hari raya.

Muslim disana menjalani kehidupan mereka dengan berbagai profesi termasuk di dalamnya membuka rumah makan halal, menyediakan produk halal dan lain sebagainya. Tidak ada data pasti tentang jumlah muslim di Lakemba ataupun di seluruh Australia karena memang agama tidak masuk dalam pertanyaan sensus penduduk di Negara tersebut.

Kaum muslim secara alamiah membentuk komunitas-komunitas keislaman berdasarkan asal negara mereka. Di kawasan kecil dari kota Sydney ini terdapat enam buah masjid dan mushola yang dikelola oleh berbagai komunitas muslim, salah satunya adalah masjid Al Hijrah yang dikelola muslim dari Indonesia.

Open Day Lakemba Mosque

Meriahnya suasana open day alias open house di Masjid Lakemba. Muslim dan Non Muslim setempat begitu antusias untuk datang ke masjid ini.

Demi menghilangkan kesalahpahaman dan mempromosikan citra Islam yang lebih baik, Masjid Lakemba membuka diri bagi semua kalangan untuk berkunjung ke masjid. Masjid Lakemba sendiri memberikan kesempatan kepada khalayak umum (non muslim) untuk berkunjung pada jam 10.00 hingga jam 17.00 sore. Pengunjung non muslim yang datang akan menikmati tur di masjid ditemani oleh pengurus masjid sebagai pemandu sekaligus siap menjawab pertanyaan para pengunjung tentang Islam.

Masjid yang akan dibuka seharian ini juga akan menampilkan diskusi tentang ajaran Islam dan minoritas Muslim. Selain mengadakan tur bebas untuk non muslim, para pengelola masjid juga mengadakan kajian-kajian umum yang menghadirkan pakar-pakar keislaman sebagai usaha mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang Islam.

Tuduhan Terorisme

INTERIOR MASJID LAKEMBA. Seperti disebutkan di awal tadi, karena bentuk bangunannya tidak mengarah ke Kiblat, maka jadilah garis shaf di dalam masjid ini miring hampir 45 derajad. Mihrab dan mimbarnya diletakkan di pas pojok ruangan. 

Masjid Lakemba sempat mendapatkan sorotan tajam dari Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) yang menyatakan bahwa pimpinan Al-Qaida Anwar Al-Awlaki melakukan kuliah jarak jauh dari Yaman dalam sebuah pengajian malam hari dimasjid ini yang pada malam tersebut dipimpin oleh Sheikh Shady Alsuleiman, hal tersebut diyakini sebagai salah satu upaya perekrutan anggota Al-Qaida di Australia. Anwar al-Awlaki disebut sebagai salah satu tokoh teroris yang merencanakan serangan terhadap Amerika.

Sejak saat itu pengelola masjid yakni Asosiasi Muslim Lebanon melarang semua kegiatan pengajian malam hari. Termasuk juga semua materi ceramah harus mendapatkan review dan persetujuan dari Asosiasi untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan. Issu menjadi lebih berkembang jauh manakala diketahui bahwa Asosiasi Muslim Lebanon ini memiliki cadangan dana yang cukup besar dari hasil donasi para jemaah selama beberapa tahun. Asosiasi ini memiliki asset sebesar $19 juta dolat di tahun 2008 dan lebih besar $576 ribu dolar dibandingkan tahun sebelumnya. Bandingkan dengan masjid di kampung kita.***

Kompilasi foto Masjid Lakemba dari berbagai sumber

Baca Juga