Kamis, 26 Juli 2012

Masjid Al-Saleh, Sana’a – Yaman

Masjid Al-Saleh Sana’a, Yaman

Yaman, negeri yang begitu berpengaruh bagi masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Nama Hadramaut menjadi satu kota yang telah terpatri dalam sejarah Indonesia sebagai tempat asal ulama ulama besar tanah air. Sebuah peradaban kuno berupa kota metropolitan dengan gedung gedung pencakar langit tertinggi di zamannya yang dibuat dari tanah liat dan lumpur masih Eksis di Shibam dan Tharim, Hadramaut dan menjadi kota warisan budaya dunia Unesco.

Yaman memang salah satu negeri yang pertama kali menerima Islam sejak Rosulullah masih hidup. Adalah Ali Bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu yang memperkenalkan Islam ke tanah Yaman disekitar tahun 630-an. Dan keluarga Rosulullah juga yang kemudian memerintah di Negara itu selama beberapa abad. Pengaruh peradaban Islam di Yaman kemudian turut mewarnai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.

Peta Lokasi Republik Yaman

Sebuah Masjid megah berdiri di Kota Sana’a, ibukota Republik Yaman. Berdiri megah di kawasan bukit kota tua Sana’a. kemegahannya menghadirkan kebanggaan baru bagi warga Yaman meskipun di awal proyek pembangunannya sempat menuai kontroversi dan protes dari banyak kalangan sebagai akibat dari kondisi Negara yang ‘dianggap’ tidak tepat untuk membangun sebuan bangunan mescusuar yang begitu mahal.

Lokasi Masjid Al-Saleh

Masjid Al-Saleh merupakan masjid terbesar di Republik Yaman, berada di distrik Al-Sabaeen, disisi selatan  Al Sabeen Maternal Hospital, kota Sana’a, Ibukota Yaman, Masjid Al-Saleh berfungsi sebagai Masjid Nasional Yaman. Nama Masjid Al-Saleh ini diambil dari nama presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh

 

Sekilas Tentang Islam di Yaman

Sejarah Islam di Yaman dimulai sekitar tahun 630-an ketika Ali Bin Abi Thalib R.A memperkenalkan Islam ke wilayah itu semasa hidup Rosullullah S.A.W, dimasa itu juga masjid pertama dibangun di Yaman yakni masjid di Al-Janad dan Masjid Agung Sana’a. Muslim di Yaman terbagi dua dalam komposisi yang nyaris sempurna, antara Suni dan Shi’ah. Muslim Suni nya pun terbagi dua dalam komposisi yang juga nyaris sama antara pengikut mazhab Syafe’I dan Mazhab Hanafi. Sedangkan penganut Shi’ah merupakan pengikut Shi’ah Zaidi, diikuti oleh Shi’ah Ja’fari dan Ismaili.

Muslim Suni kebanyakan menetap di daerah selatan dan tenggara. Shi’ah Zaidi menetap di kawasan barat daya sedangkan Shi’ah Ja’fari kebanyakan menetap di pusat kota di utara di kota Sana’a dan Ma’rib. Dan di kota kota besar kebanyakan komunitas ini bercampur baur satu sama lainnya. Muslim Shi’ah Zaidi yang tinggal di kawasan pegunungan utara mendomonasi bidang politik dan kehidupan budaya kawasan utara Yaman selama beberapa abad, namun seiring dengan unifikasi dua Yaman (utara dan selatan) menjadi Yaman Bersatu komposisi tersebut berubah secara dramatis.

Shibam, di Wadi Hadramaut, Yaman. Sebuah metropolitan di tengah gurun dari peradaban Islam tua  yang sudah berusia ratusan tahun lengkap dengan infrastruktur kota yang semuanya terbuat dari lumpur dan tanah liat, termasuk bangunan masjid masjid megah, salah satunya adalah masjid warna putih yang berada disisi kiri foto. Shibam masuk dalam warisan budaya dunia Unesco.

Namun demikian kehadiran mereka (Shi’ah Zaidi) di pemerintahan masih cukup kuat pengaruhnya terutama di kemiliteran bekas Yaman utara. Terkecuali untuk motivasi politik minoritas para tokoh agama yang tidak menyokong bahkan menentang kekerasan atas nama agama. Faham Wahabi dari Saudi Arabia dan sikap anti shi’ah Iraq para pendukung mendiang Saddam Husein cukup mempengaruhi pemerintahan. Ada sedikit pertikaian antara pemerintah Yaman dengan kekuatan utama Shi’ah Zaidi.

Dalam bidang pendidikan intervensi pemerintah sangat kuat terutama dalam hal pengajaran agama Islam dan tidak bagi agama lain, meskipun begitu warga muslim Yaman diperkenankan untuk menempuh pendidikan di sekolah swasta yang tidak mengajarkan Islam. Dalam upaya mencegah ideology dan faham ekstrimis di sekolah sekolah, pemerintah tidak mengizinkan bagi pelaksanaan kursus apapun yang dilaksanakan di luar dari kurikulum yang sudah di setujui oleh pemerintah dan mesti dilaksanakan di sekolah sekolah negeri ataupun disekolah sekolah swasta.
  
Masjid Al-Saleh di Sana'a - Yaman. Enam menara tinggi dengan multi kubah besar di atap masjid merupakan fitur utama masjid nasional Yaman ini.

Pemerintah Yaman menganggap bahwa semua sekolah yang tidak berizin resmi dari pemerintah telah menyimpang dari pendidikan resmi dan menjurus kepada ideologi militan. Akibatnya pemerintah telah menutup lebih dari 4500 institusi pendidikan tak resmi dan medeportasi mahasiswa mahasiswa asing yang belajar disana.

Pembangunan Masjid Al-Saleh

Masjid Al-Saleh selesai dibangun dan diresmikan pada hari Jum’at 21 November 2008 yang lalu bertepatan dengan bulan Ramadhan, menghabiskan dana sebesar US$60 juta dolar. Tak pelak pembangunan masjid ini mendapatkan kritikan pedas dari masyarakat Yaman mengingat dana yang dipakai begitu besar untuk membangun masjid ini sementara Yaman sendiri masuk dalam deretan negara termiskin di jazirah Arabia, belum lagi didera oleh konflik bersenjata, tindak terorisme, dan kemiskinan, ditambah lagi kenyataan bahwa di lokasinya berdiri di kawasan kota tua Sana’a yang sudah terdapat 100-an masjid, sehigga pembangunannya dinilai mubazir.

Masjid Al-Saleh saat dalam proses pembangunan

Kondisi negara Yaman memang cukup memprihatinkan, merujuk pada laporan dari badan pangan PBB (Food & Agricultural Organization – FAO) tahun 2006 menyebutkan bahwa 37% penduduk Yaman hidup dibawah garis kemiskinan dan parahnya lagi 37% dari 22 juta penduduknya mengalami kekurangan pangan. Situasi diperburuk lagi dengan melangitnya harga pangan sebagai akibat dari sebagian besar kebutuhan gandum negeri itu harus di impor dari luar negara,

Belum lagi bencara alam mematikan seperti badai tropis yang menerpa negeri itu pada 24 Oktober 2011 lalu menyebabkan lebih dari 20 ribu jiwa kehilangan tempat tinggal akibat rendaman banjir dari bencara tersebut. sumber pendapatan negeri itu yang sebagian besar dari ekspor minyak disebut sebut oleh banyak pengamat terlalu besar dialokasikan bagi pembelian senjata dan pembiayaan keamaanan dan pertahanan. Yaman memang negeri yang bari lahir kembali paska perang saudara panjang antara Yaman Utara dan Yaman Selatan dan baru berahir pada bulan Juli dengan perdamaian dan bergabungnya kembali dua negara berseteru itu sebagai Republik Yaman bersatu.

Aerial View Masjid Al-Saleh Sana'a - Yaman, just like rise up from the desert.

Meski begitu, ketika bangunan ini selesai dibangun, masjid ini benar benar terlihat berdiri megah di tengah kota Sana’a, apalagi bila dipandang dari puncak bukit kawasan kota tua Sana’a, memberikan sedikit kebanggaan bagi muslim disana dan menjadi landmark baru bagi kota Sana’a. Masjid Al-Saleh tidak saja dibangun sebagai simbok kekuatan Islam dan Yaman karenanya material yang dipilih dan digunakan untuk membangun masjid inipun menggunakan material yang memiliki daya tahan tinggi terhadap kondisi cuaca yang ekstrim sekalipun.

Arsitek nya merancang masjid ini dengan arsitektural Yaman memberikan masjid ini keindahan yang luar biasa dan menjadikannya salah satu objek wisata menarik bagi warga dan muslim di kotaSana’a. pembangunan masjid ini diperintahkan langsung oleh presiden Yaman  karenanya masyarakat setempat sering menyebutnya sebagai Masjid Presiden.

Fasad depan Masjid Al-Saleh dalam siraman cahaya lampu malam hari menghasilkan bias ke-emasan yang begitu megah

Arsitektural Masjid Al-Saleh

Keseluruhan bangunan masjid menempati area seluas 27.300 m2 dengan tinggi sekitar 24 meter, dilengkapi dengan Fakultas Pelajaran Islam dan Ilmu Pengetahuan Qur’an, pekarangan yang luas, toiet dan area berwudhu di lantai underground, area parkir serta kawasan hijau. Ruang utama masjid berukuran 13.596 meter persegi, daya tampung keseluruhan masjid ini termasuk area pelatarannya yang luas dan ruang khusus untuk jemaah wanita di lantai atas, mampu menampung hingga 44 ribu jemaah sekaligus.

Fitur utama eksterior Masjid Al-Saleh ini berupa enam menara tinggi masing masing setinggi 100 meter. Dan kubah kubah besar di atap masjidnya, Kubah utama berdiameter 28 meter dengan tinggi 22 meter, Pada atap utama terdapat lima kubah, dan empat di antaranya berdiameter 15,6 m serta tinggi 20,35 m di atas atap masjid. Sedangkan kubah yang tersisa memiliki diameter 27,4 m serta tinggi 39,6 m di atas atap.

Menepis semua kontroversi ditengah warganya sendiri, Presiden Al-Saleh berhasil mewujudkan masjid megah kebanggaan Nasional, masjid ini menjadi bangunan kesekian yang dinamai dengan namanya setelah bangunan stadion dan bangunan bangunan nasional lainnya. Belum diketahui apakah bangunan bangunan nasional itu akan tetap mempertahankan nama Al-Saleh paska kejatuhannya dari tampuk kekuasaan sebagai buntut dari demonstrasi besar besaran warga Yaman tahun lalu.

Untuk akses ke masjid disediakan 10 pintu di sisi timur dan barat serta 5 pintu di sisi selatan ke arah pekarangn kiri masjid, pekarangan Islamic Shari’a College dan area berwudhu. Keseluruhan bangunan ini dibangun dengan memenuhi semua standard keamaan bangunan berstandar internasional. Pintu pintu di masjid ini begitu besar setinggi 22.86 meter (75 kaki) terbuat dari kayu jati Birma kualitas tinggi dari lengkap dengan ukiran dari tembaga.

Sebuah lampu gantung dari kaca berukuran sangat besar dalam gaya bohemia menggantung dari kubah utama di ruang dalam masjid. Gaya arsitektur Yaman sangat kental di sisi dalam masjid dengan langit langit dari kayu oak Amerika pilihan, sedangkan hamparan karpetnya dibuat di Turki menggunakan woll domba dari Selandia Baru.

Pemandangan Masjid Al-Saleh ditengah gemerlap lampu malam hari kota Sana'a.

Beragam gaya arsitektural asli Yaman digunakan dalam rancangan masjid ini termasuk rancangan tembok hingga dekorasi atap. Struktur utama bangunannya dibangun menggunakan cor beton bertulang, semen cor asli Yaman yang terkenal reputasinya dalam hal kualitas.

Presiden Saleh memang memerintahkan penggunaaan material lokal seluruhnya untuk material yang bersumber dari batu alam termasuk semen dan lainnya. Inspirasi utama dari pembangunan masjid ini adalah menjembatani jurang pemisah antara peradaban kuno Yaman dengan kaidah teknologi arsitektural modern, serta dengan cermat mengintegrasikan warisan budaya masa lalu dengan semua inovasi baru.

Interior Masjid Al-Saleh, Sana'a - Yaman

Masjid Al-Saleh dilengkapi dengan sistem penyejuk udara tersentral dan sistem pemadam kebararan modern, juga sistem tata suara dan teknik televisi yang canggih di perpustakaan manuskrip modern yang menjadi bagian dari masjid nasional Yaman ini. Beragam seni arsitektur dan peradaban asli yaman digunakan di masjid ini termasuk beragam kaligrafi ayat suci Al-Qur’an yang menghias dinding bagian dalam masjid menghasilkan karya seni bangunan yang tak hanya megah tapi juga menjadi sebuah mahakarya seni dalam wujud bangunan masjid.

Rangkaian kubah kubah besar di Masjid Al-Saleh Sana'a, mengagumkan
dan ini adalah cerita lain dibalik kemegahan masjid presiden Al-Saleh. Paska bersatunya kembali Yaman Utara dan Yaman Selatan menjadi Republik Yaman (bersatu) penduduk kota Sana'a membengkak berkali lipat, ketegangan dengan Saudi Arabia membuat ratusan ribu pekerja Yaman kembali ke tanah air, ditambah lagi dengan ratusan ribu warga Yaman yang selama ini hidup di pengungsian di negara negara teluk juga kembali ke tanah air, akibatnya kota Sana'a menjadi  satu satunya ibukota negara dunia yang pernah mengalami krisis air bersih bagi warganya.
Interior Masjid Al-Saleh, begitu kental dengan budaya Yaman. langit langit bangunan di buat dari kayu berukir bermutu tinggi dengan ukiran yang begitu indah. 
sedikit gambaran keindahan interior Masjid Al-Saleh.
dan ini beberapa rekaman keindahan Masjid Al-Saleh di siang dan malam hari


2 komentar:

Dilarang berkomentar berbau SARA