Kamis, 10 Mei 2012

Masjid Agung Pondok Tinggi, Masjid Tertua di Kerinci - Jambi

Masjid Agung Pondok Tinggi, Sungai Penuh, Jambi (foto dari ms.wikipedia.org)

Masjid Agung Pondok tinggi merupakan salah satu masjid tertua di wilayah Kerinci (Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh) di Provinsi Jambi. Masjid yang dibangun pada 1874 M itu merupakan saksi nyata penyebaran Islam ke wilayah tersebut. Kota Sungai Penuh sebelumnya merupakan ibukota dari Kabupaten Kerinci yang kemudian menjadi kota mandiri berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2008 lepas dari administrasi Kabupaten Kerinci. Sebagian wilayah Kota Sungai Penuh ini merupakan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang terkenal dengan keindahan alam nya.

Logo kota Sungaipenuh
Sepintas lalu bentuk Masjid Agung Pondok Tinggi ini mirip dengan rancangan Masjid Batu Al-Ikhsaniyah di Sekoja (Seberang Kota Jambi) sebelum direnovasi oleh Belanda, dan rancangan Masjid Jami’ Bengkulu yang dirancang ulang oleh Bung Karno. Namun, Masjid Agung Pondok Tinggi di Sungai Penuh ini tidak memiliki keterkaitan dengan Bung Karno tapi dengan Bung Hatta yang pernah berkunjung dan sholat di masjid ini tahun 1953 didampingi Bpk. Ruslan Mulyohano, Gubemur Sumatra Tengah waktu itu.
 
Beliau berpesan agar masjid bersejarah tersebut dijaga kelestariannya, sekaligus memberinya nama “Masjid Agung Pondok Tinggi”. Menurut masyarakat setempat, pembangunan masjid ini dimulai pada Rabu, 1 Juni 1874, dan selesai pada 1902. Dibangun dengan cara swadaya gotong royong warga muslim setempat. Lokasi Masjid Jami Pondok Tinggi kini berada ditengah tengah pemukiman warga di RT.02 Desa Pondok Agung / Pondok Tinggi. Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi.

Alamat dan Lokasi Masjid Jami Pondok Tinggi

Masjid Agung Pondok Tinggi
Desa Pondok Tinggi, Kecamatan Sungai Penuh
Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi, Indonesia




Masjid Agung Pondok Tinggi di Kota Sungai Penuh dapat ditempuh melalui tiga alternatif jalur darat. Pertama, perjalanan dari Kota Jambi ke Kota Sungai Penuh berjarak sekitar 500 km, dengan waktu tempuh sekitar 10 jam. Kedua, perjalanan dari Kota Padang ke Tapan kemudian dilanjutkan ke Kota Sungai Penuh yang berjarak sekitar 278 km dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. Ketiga, perjalanan dari Kota Padang ke Muaralabuh, lalu dilanjutkan ke Kota Sungai Penuh. Jarak dari Kota Padang ke lokasi objek wisata sekitar 211 km dengan waktu tempuh sekitar 5-6 jam. Bagi anda pecinta wiasaya kuliner yang berkunjung ke Kota Sungai Penuh dapat mencicipi kuliner khas masyarakat Kerinci berupa beras payo, gulai ikan semah, dendeng bateko, kacang tojin, lemang, atau minum kopi kerinci dan teh kayu aro khas Kerinci.

Masjid Agung Pondok Tinggi Kerinci 
sekitar tahun 1901-1912
Warisan Sejarah dan Ikon Kota Sungai Penuh

Masjid Agung Pondok Tinggi di Kota Sungai Penuh ini, selain masuk sebagai warisan budaya yang harus dilindungi dibawah Monumen Ordonasi tahun 1931 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Cagar Budaya, Pemerintah Kota Sungai Penuh juga mengabadikan Masjid Agung Pondok Tinggi ke dalam lambang kota Sungai Penuh ketika Sungai Penuh resmi berstatus sebagai sebuah kota otonom lepas dari administasi Kabupaten Kerinci. Masuknya Masjid Agung Pondok Tinggi ke dalam lambang kota Sungai Penuh ini menunjukkan penghargaan yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah Kota Sungai Penuh terhadap warisan budaya mereka.

Sejarah Masjid Agung Pondok Tinggi

Masjid Agung Pondok Tinggi dibangun secara bergotong-royong oleh warga Desa Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi pada tahun 1874 M. Menurut masyarakat setempat, pembangunan dimulai pada Rabu, 1 Juni 1874, dan selesai pada 1902. Kala itu warga Sungai Penuh tak lebih dari 90 Kepala keluarga saja. Untuk melakukan pembangunan masjid, sebagian besar warga baik laki-laki dan perempuan bergotong-royong mengumpulkan kayu. Untuk meningkatkan semangat kerja, warga dusun juga mengadakan pergelaran berbagai seni pertunjukan tradisional Kerinci, di antaranya pencak silat..

Setelah kayu terkumpul dan pondasi berhasil dibangun, warga kemudian mengadakan musyawarah untuk membentuk panitia pelaksana pembangunan masjid. Dalam musyawarah tersebut, disepakati empat orang pelaksana inti, yaitu Bapak Rukun (Rio Mandaro), Bapak Hasip (Rio Pati), Bapak Timah Taat, dan Haji Rajo Saleh (Rio Tumenggung). Sementara untuk arsitektur bangunan dipercayakan kepada M. Tiru seorang warga Dusun Pondok Tinggi. Untuk mengerjakan rancangan tersebut, dipilih 12 tukang bangunan yang dianggap memiliki keahlian mumpuni. 

Detil dinding papan Masjid Agung Pondok Tinggi

Ke 12 orang tukang bangunan tersebut bertugas membantu mengukur, memotong, dan memilah berbagai komponen bangunan. Sementara itu, masyarakat setempat turut serta membantu pembangunan secara bergotong royong, terutama dalam menyediakan bahan-bahan untuk keperluan pembangunan. Pembangunan Masjid Agung Pondok Tinggi baru selesai secara permanen pada tahun 1902.

Kata “Rio” yang pada nama para tokoh masyarakat tersebut kemungkinan besar yang dimaksud adalah “Krio” gelar tokoh masyarakat Kesultanan Palembang setingkat kepala Kampung, sejak masa Sultan Mahmud Badaruddin II, yang merujuk kepada buku ketatanegaraan kesultanan palembang yang berjudul “Simbur Cahaya”. Atau kemungkinan juga memiliki akar kata yang sama dengan itu.

Cerita yang berkembang di masyarakat juga menyebutkan, pembangunan masjid itu diawali dengan pesta keramaian selama tujuh hari tujuh malam dengan menyembelih 12 kerbau. Selain dihadiri seluruh warga dusun, pesta keramaian juga dihadiri seorang pangeran pemangku dari Jambi. Awalnya dinding masjid terbuat dari anyaman bambu dan pada tahun 1890, oleh masyarakat setempat, dinding yang terbuat dari anyaman bambu tersebut diganti dengan kayu yang diukir dengan indah.

Ornamen di bawah atap masjid Pondok Tinggi

Arsitektural Masjid Agung Pondok Tinggi

Arsitekur Masjid Agung Pondok Tinggi dibangun mengikuti model arsitektur masjid asli Nusantara dengan ciri atap limas tumpang tiga, bagian atasnya dihiasi dengan lambang bulan sabit dan bintang. Bagi masyarakat setempat, tiga tingkat atap tersebut berkaitan dengan 3 filosofi hidup yang mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu bapucak satu (berpucuk satu), berempe Jurai (berjurai empat), dan batingkat tigae (bertingkat tiga). Berpucuk satu melambangkan bahwa masyarakat setempat mempunyai satu kepala adat dan beriman kepada Tuhan Yang Esa (satu); berjurai empat, lambang dari 4 jurai yang terdapat di Pondok Tinggi tempat masjid dibangun; dan batingkat tiga ialah simbolisasi dari keteguhan masyarakat dalam menjaga 3 pusaka yang telah diwariskan secara turun-temurun, yaitu pusaka tegenai, pusaka ninik mamak, dan pusaka depati.

Masjid Agung Pondok Tinggi ditopang 36 tiang penyangga. Ke 36 tiang tersebut dibagi menjadi 3 kelompok tiang, yaitu tiang panjang sembilan (tiang tuo), tiang panjang limau (panjang lima), dan tiang panjang duea (tiang panjang dua). Tiang-tiang tersebut ditata sesuai dengan ukuran, komposisi, dan letaknya masing-masing. Tiang panjang sembilan (tiang tuo) sebanyak empat buah tertata membentuk segi empat yang terletak di ruangan bagian dalam. Tiang tuo tersebut diberi paku emas untuk menolak bala, dan pada puncaknya diberi kain berwarna merah dan putih sebagai lambang kemuliaan.Untuk tiang panjang limau (panjang lima) sebanyak 8 buah tertata membentuk segi empat dan tiang-tiang ini terletak di ruangan bagian tengah. Sementara itu, tiang panjang duea (panjang dua) sebanyak 24 buah tertata membentuk segi empat dan terletak di ruangan bagian luar.

detil ukiran dibawah ujung atap

Masjid Agung Pondok Tinggi berukuran 30 x 30 meter dengan tinggi bangunan setinggi 100 kaki atau sekitar 30,5 meter dari lantai dasar hingga ke puncak atap. Dinding masjid terbuat dari kayu dan dihias dengan ukiran motif tumbuhan dan mempunyai kisi-kisi yang berfungsi sebagai ventilasi. Dilengkapi dengan berbagai hiasan motif geometris. Pada setiap sudut dinding terdapat hiasan motif sulur-suluran. Sedangkan lantai masjid terbuat dari ubin. Masjid ini mempunyai 2 buah pintu masuk berdaun ganda yang berhiaskan ukiran motif tumpal dan sulur-suluran.

Mihrab masjid terletak di sebelah barat, berdenah persegi panjang dengan ukuran 3,10 x 2,40 m. Pada bagian depan mihrab terdapat bentuk lengkung yang dihias dengan ukiran motif geometris dan sulur-suluran, serta tempelan tegel keramik. Keunikan lain dari masjid ini adalah tempat muadzin mengumandangkan adzan terletak di atas tiang utama masjid. Untuk mencapainya dihubungkan dengan tangga berukir motif sulur-suluran dan diakhiri sebuah panggung kecil berbentuk bujur sangkar yang berukuran 2,60 x 2,60 m dikelilingi pagar berhias ukiran motif flora. Panggung kecil inilah yang merupakan tempat muadzin berdiri dan mengumandangkan adzan. Sedangkan bagian mimbar masjid berukuran 2,40 x 2,80 m, dihias dengan ukiran motif sulur-suluran dan atap berbentuk kubah.

salah satu dari dua beduk di Masjid Agung Pondok Tinggi 

Tabuh Larangan

Mesjid Agung Pondok Tinggi mempunyai dua beduk besar. Yang besar disebut “Tabuh Larangan”. Beduk ini dibunyikan, apabila ada kejadian seperti kebakaran, banjir, dan lain-lain. Beduk besar ini berukuran : panjang 7,5 m, garis tengah bagian yang dipukul 1,15 m, dan bagian belakang 1, 10 m. Beduk yang kecil berada di luar mesjid dengan ukuran : panjang 4, 25 m, garis tengah yang dipukul (bagian depan 75 cm dan bagian belakang 69 cm). Beduk ini dibuat dari kayu yang sangat besar, ditarik beramai-ramai dari rimba, dan dilubangi bergotong-royong.***

Foto Foto Masjid Agung Pondok Tinggi

Interior Masjid Agung Pondok Tinggi 
Isra' Mi'raj SMAN 2 Sungai Penuh di adakan pada tanggal 25 Februari 2012 di Masjid Agung Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh Di hadiri oleh seluruh siswa dan siswi, majelis guru dan staf tata usaha 
salah satu indahnya ukiran kayu di Masjid Agung Pondok Tinggi

1 komentar:

  1. Salaam Takruf,

    Nama saya Hj Ismail Basar.

    Saya dari Hulu Langat, Selangor, Malaysia. Lebih kurang 40km dari Kuala Lumpur.

    Saya Nazir (Takmir) Masjid Pangsun di Hulu Langat ( http://www.masjidPangsun.com )


    Tujuan saya menulis emel ini untuk meminta bantuan mendapatkan KONTAK ulama/kiyaii/habib/ustaz/agamawan/jemaah tabligh/guru agama dari
    mana-mana Masjid di kabupaten KERINCI, Sumatera dan boleh berbahasa KERINCI dengan fasih untuk tujuan kami jemput ke Masjid saya .
    Kami perlukan bantuan untuk tujuan BERDAKWAH kepada penduduk KERINCI di kampung kami yang kurang lebih 200-300 orang di sini.

    InsyaAllah akan kami tanggung kos kedatangan dan pulang serta tempat tinggal dan makan minumnya insyaAllah untuk SATU MINGGU sebagai permulaan.

    Saya boleh dihubungi di +6019 233 8393 atau emel nazirmasjidpangsun@gmail.com


    Mohon bantu kami kerana Allah.

    Terima kasih & ma’assalaam.


    Hj Ismail Basar
    Nazir
    Masjid Pangsun
    Batu 22.5, Kg Kuala Pangsun,
    43100 Hulu Langat
    Selangor, MALAYSIA.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA