Sabtu, 31 Maret 2012

Masjid Al-Makmur, Tanah Abang - Jakarta

Masjid Al-Makmur Tanah Abang, tampak Megah di-usianya yang sudah cukup tua.

Ada yang tak kenal Tanah Abang ?, rasa rasanya orang Indonesia sangat mengenal pasar satu ini setidaknya pernah mendengar keberadaan pusat ritel dan grosir terbesar di Asia Tenggara ini. Di Kawasan Tanah Abang berdiri sebuah masjid tua yang tak bisa dilepaskan dengan sejarah Tanah Abang, namanya Masjid Jami' Al-Makmur Tanah Abang. Masjid tua ini resminya bernama  Masjid Jami' Al-Ma'mur Tanah Abang [sebagaimana tertulis di atas pintu utama masjid] namun lebih dikenal dengan nama Masjid Al-Ma'mur saja, merupakan salah satu dari belasan masjid tua yang masih tersisa di Jakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1704 oleh bangsawan Kerajaan Islam Mataram pimpinan KH Muhammad Asyuro.

Kini masjid yang seumur dengan sejarah keberadaan Tanah Abang ini terkepung oleh hingar bingar pusat perdagangan Tanah Abang, Di kiri kanan masjid jami ini sudah tidak ditemukan lagi perumahan penduduk karena hampir seluruh daerah sekitarnya menjadi pusat kegiatan bisnis. Halaman depan masjid ini bahkan sudah tergerus dalam arti sebenarnya oleh perkembangan pusat bisnis Tanah Abang, pekarangan depannya habis dipakai untuk pelebaran jalan dan disesaki oleh para pedagang dan parkir kendaraan.

Lokasi Masjid Al-Makmur – Tanah Abang

Masjid Al-Makmur
Jl KH Mas Mansyur No.6, Tanah Abang
Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta
Indonesia




Sejarah Masjid Al-Makmur, Tanah Abang

Serangan Mataram ke Batavia

Puncak dari kegeraman raja Mataram, Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma dengan ulah VOC dibawah pimpinan Jenderal Jan Pieterzoen Coen di Batavia maka, pada tanggal 27 Agustus 1628 pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Bahureksa [bupati Kendal] tiba di Batavia. Pasukan kedua tiba bulan Oktober dipimpin Pangeran Mandurareja. Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Menyerbu Batavia dalam gelombang serangan pertama. Perang besar terjadi di Benteng Holandia. Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan.

Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya. Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni. Total semua 14.000 orang prajurit. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras tersembunyi di Karawang dan Cirebon. Namun mata mata VOC berhasil menemukan dan memusnahkan semuanya, menyebabkan pasukan Mataram kurang perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan kolera, sehingga kekuatan pasukan Mataram sangat lemah ketika mencapai Batavia.

Bagian depan Masjid Almakmur Tanah Abang.

Walaupun kembali mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung ini berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan wabah kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC, Jenderal Jan Pieterzoen Coen tewas menjadi korban wabah tersebut. Di antara anggota pasukan Mataram tersebut ada yang memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, mereka kemudian menetap di Batavia menjadi da’i dan membangun sejumlah masjid, Sedikit banyak, orang-orang Mataram ini memberi pengaruh pada pembentukan budaya awal masyarakat Betawi. Mulai dari struktur bahasa, adat istiadat, pakaian sampai nama-nama tempat di sekitar Betawi tempo dulu.

Sejarah Awal Masjid Al-Ma’mur – Tanah Abang

Perkembangan Islam di Batavia ditradisikan juga oleh orang-orang dari Mataram ini. Salah seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram yang tercecer dari perang itu, adalah KH. Muhammad Asyuro. Muhammad Asyuro kemudian memilih wilayah Tanah Abang sebagai tempat mukimnya yang baru. di pemukiman baru tersebut sisa pasukan Mataram ini dibawah pimpinan KH Muhammad Asyura mendirikan sebuah mushola berukuran 12×8 meter di tahun 1704 Masehi. Keberadaan langgar ini terus berlanjut sampai ke keturunan KH. Muhammad Asyuro berikutnya. Kedua anak KH Muhammad Asyuro, KH. Abdul Murod Asyuro dan KH. Abdul Somad Asyuro tercatat menjadi penerus dakwah ayah mereka hingga masuk ke abad 20.

Masjid Al-Makmur Tanah Abang, masjid tua yang kini lokasinya maskin terhimpit diantara gedung gedung komersial. Di latar belakang adalah gedung pasar Tanah Abang yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.

Pada tanggal 30 Agustus 1735 (31 tahun setelah berdirinya Langgar KH. Muhammad Asyuro) Yustinus Vinck seorang tuan tanah Belanda mulai mendirikan pasar di Tanah Abang yang hanya buka setiap hari Sabtu, karenanya kemudian disebut Pasar Sabtu, dan saat itu mampu menyaingi pasar Senen yang sudah lebih maju. Pembangunan pasar itu memicu percepatan perkembangan kawasan Tanah Abang.

Pembangunan Besar Besaran

Semakin berkembangnya perkampungan dan bertambahnya jumlah penduduk sekitar langgar, maka atas inisiatif tokoh masyarakat Tanah Abang keturunan Arab, Habib Abu bakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Habsyi, tahun 1915 langgar diubah menjadi masjid besar 44m x 28m, diatas tanah wakaf dari Habib Abu bakar dengan rancangan dari seorang arsitek Belanda. Masjid yang dibangun di atas tanah wakaf seluas 1.142 m2, ini kemudian diberi nama Al-Makmur. Habib Abu Bakar Alhabsyi adalah salah seorang pendiri rumah yatim piatu Daarul Aitam di jalan yang sama. Sebagian besar biaya pembangunan masjid ini yaitu f 35.000 bahkan ditanggung sendiri oleh Habib Abu Bakar. Dalam badan pengurus Yayasan Misigit Djemat Tanah Abang Al-Mansoer (1914) selalu terdapat empat anggota keturunan Arab dan tiga orang muslim lain.

Tahun 1932 masjid ini diperluas hingga ke arah utara seluas 508 m2. Perluasan di atas tanah wakaf Salim Bin Muhammad bin Thalib itu kemudian ditambah lagi dengan sebidang tanah milik masjid di bagian belakang seluas 525 m2 di tahun 1953. Jadi luas total masjid ini sebesar 2.175 m2. Ketika masih ada kuburan wakaf [kini jadi rumah susun Tanah Abang], warga keturunan Arab yang meninggal dunia sebelum dimakamkan terlebih dulu jenazahnya dishalatkan di Masjid Al-Makmur. Para pedagang dan pembeli di Pasar Tanah Abang juga menjadikan masjid tua ini sebagai tempat shalat mereka terutama shalat dzuhur dan ashar.

Interior Masjid Al-Makmur Tanah Abang.

Arsitektural Masjid Al-Makmur, Tanah Abang

Gaya bangunan masjid ini menyerupai arsitektur masjid di Timur Tengah, namun dengan sentuhan yang cukup modern. Bangunan kubah utamanya berwarna hijau dan terlihat dari segala arah. Kesan klasik juga sangat terasa jika berada didalam masjid itu. Bentuk kusen pintu dan jendela bergaya arsitektur abad 17, menambah kesan mendalam jika masjid tersebut mempunyai nilai historis yang tinggi.

Dua menara pendek mengapit tiga pintu masuk, yang atap bangunannya berbentuk kubah. Gaya bangunannya menyerupai masjid Timur Tengah. Bangunannya berkubah utama wama hijau menyolok, terlihat dari segala arah. Kubah, elemen bangunan yang umum dijumpai pada masjid-masjid Indonesia di Masjid Al Makmur memiliki bentuk yang unik.

Bagian bawahnya berbentuk segi empat yang mengecil di bagian atas menyerupai topi bishop atau kupola. Sedangkan puncak kedua menara yang mengapit kubah utama berbentuk bawang seperti lazimnya kubah-kubah. Peletakan kubah dan sepasang menara tersebut menyerupai bentuk arsitektur masjid di Asia Barat di mana pintu masuk utamanya (iwan) diapit oleh dua menara tinggi. Bangunan masjid Al Makmur menerima penghargaan Sertifikat-Sadar Pemugaran 1996. Di dalam lingkungan masjid yang dapat menampung hingga 5.200 jamaah ini terdapat tiga makam yang dikeramatkan, dan terlihat masih banyak warga yang berziarah ke makam tersebut.

Fauzi Bowo [Gubernur DKI Jakarta] dalam suatu kesempatan memberikan santunan kepada anak yatim piatu di Masjid Al-Ma’mur Tanah Abang. 


Masjid Al-Makmur, Tanah Abang
kini

Bertahan di gerusan zaman

Masjid yang sangat bersejarah ini, di depannya tampak kumuh. Terutama oleh para pedagang kaki lima yang mangkal di depan masjid dan tumpah ruah ke jalan. Sementara mobil dan motor menjadikannya sebagai tempat parkir saat mereka hendak berbelanja ke pusat-pusat perdagangan Tanah Abang. Akibat pengembangan jalan, kini Masjid Al-Makmur hanya menyisakan (habis) beranda depan dengan tiga gerbang berpilar ramping berbentuk kelopak malati dan list-plang dengan lima lubang angin serta dua menara berkubah kecil bergaya mercusuar (dengan jendela dan teras) di kiri kanan bangunan utama. Sementara pedagang kaki lima kadang-kadang dengan enaknya menjajakan dagangannya di muka masjid.

Makin berkembangnya bisnis di Tanah Abang, mengakibatkan Jalan KH Mas Mansyur dan sekitarnya seperti Kebon Kacang I sampai Kebon Kacang VI kini sudah berubah fungsi. Sebagian besar rumah telah menjadi tempat pertokoan, ekspedisi, dan gudang-gudang. Tidak heran kalau harga tanah yang berdekatan dengan Proyek Pasar Tanah Abang termasuk termahal di Jakarta. Seperti ketika pembangunan jembatan Metro Tanah Abang, rumah-rumah yang tergusur mendapat ganti rugi Rp 10 juta per m2. Menurut sejumlah warga, harga tanah milik mereka saat ini harganya Rp 20 juta per meter persegi.

Mimbar Tua di Masjid Al-Makmur Tanah Abang.

Area Peratarungan Berebut rezeki

Jarak masjid Al-Makmur yang hanya seitar 100 meter dari pusat grosir tanah abang sudah dapat dipastikan lahan di depan masjid ini menggiurkan beberapa pihak untuk mengeduk keuntungan, akibatnya lahan tersebut menjadi rebutan berbagai pihak yang tak urung berujung pada bentrokan seperti yang pernah terjadi pada hari rabu dinihari 21 Maret 2012 lalu ketika dua kelompok pemuda terlibat bentrokan di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat tepatnya di depan Masjid Al-Makmur ini.

Pemicu dari keributan, diduga lantaran memperebutkan lapak didepan Masjid tersebut. Setiap harinya, didepan masjid terdapat puluhan pedagang kaki lama dan parkiran sepeda motor. Omset dari pedagang dan parkiran disana tergolong cukup besar, tak ayal lahan tersebut menjadi rebutan dua kelompok yang masih bertetangga ini. Saat ini polisi dari Polsek Tanah Abang pada ahirnya harus turun tangan mengehntikan aksi anarkis tersebut dan berjaga-jaga di lokasi.

Disinggahi Pimpinan Negara

Sejumlah petinggi negeri pernah menyempatkan singgah dan sholat di masjid ini. Termasuk Presiden Soekarno, M Natsir, KH. Ahmad Dahlan [pendiri Muhmmadiyah], tokoh NU Wahid Hasyim, Presiden Megawati, Wapres Hamzah Haz, Wapres Try Sutrisno dan presiden SBY saat masih menjabat sebagai Pangdam, dan tentu saja Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo atau bisa dipanggil Foke.

Interior Masjid Al-Makmur Tanah Abang.

Selama bulan suci Ramadhan, pengelola masjid mempunyai berbagai kegiatan keagamaan. Tujuannya untuk menyemarakkan Ramadan. Seperti salat Tarawih berjamaah, mengundang da'i untuk berceramah. Selain itu, setiap hari di masjid ini diadakan acara buka puasa bersama dengan para jamaah. Hampir setiap hari, sejumlah pedagang Tanah Abang menyumbangkan makanan dan minuman untuk menu berbuka bagi para jamaah masjid ini maupun para warga yang kebetulan singgah.

Masjid Masjid disekitar Tanah Abang

Sekedar informasi, bagi anda yang sedang berkunjung ke Tanah Abang selain Masjid Al-Ma’mur ini di kawasan ini tersedia masjid masjid lainnya yaitu : Masjid Pasar Tanah Abang (MPTA) masjid besar cukup mewah di atap lantai 14 Pasar Tanah Abang blok A. Masjid Al-Ikhlas di Blok G lantai 4. Masjid di lantai atap di Blok B dan Masjid Al-Abraar di Jalan Jati Baru X, di seberang Stasiun Kereta Tanah Abang. Masjid ini berada di gang yang juga dipenuhi kios pedagang pakaian jadi terutama pakaian muslim seperti gamis, baju koko, peci, jilbab, dan lainnya.***

7 komentar:

  1. tulisannya bagus, bisa menjadi referensi untuk wisata ziarah di Jakarta

    BalasHapus
  2. Hey there! I realize this is somewhat off-topic however I needed to ask.
    Does operating a well-established blog such as yours take a massive
    amount work? I am brand new tto running a blog but
    I do write in myy diary everyday. I'd like to start a blog so I can share my experienhce
    and views online. Please let me know if you have any ideas or tipss for brand new aspiring blog owners.
    Appreciate it!

    BalasHapus
  3. Wow, wonderful blog layout! How long have you been runnjng
    a blog for? you made blogging look easy. The full loook of your web site is wonderful, let alone tthe content!

    BalasHapus
  4. I do believe all of the ideas you've presented tto
    your post. They're really convincing aand can definktely work.
    Still, the posts are too short for starters. Could you please extend them a bit from subsequent
    time? Thak you for the post.

    BalasHapus
  5. Hello, its fastidious article concerning media print, wee all
    be aqare of media is a wonderful soufce of
    data.

    BalasHapus
  6. Wow that was odd. I just wrote an very long comment but after
    I clicked submit my comment didn't appear. Grrrr...

    well I'm not writing all tat over again. Anyhow, just wanted
    to say wonderful blog!

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA