Minggu, 06 November 2011

Masjid Badshahi – Lahore, Pakistan

Masjid Badshahi Lahore, Pakistan, dikenal juga sebagai Masjid Raja atau King Mosque, terjemahan dari kata Badshahi.

Badshahi berasal dari kata Badshah yang berarti Raja. Masjid Badshahi atau Masjid Raja berada di Kota Lahore – Pakistan. Dibangun oleh raja ke enam dinasti Mughal, Raja Aurangzeb tahun 1671 dan selesai dibangun pada tahun 1673. Masjid ini merupakan masjid terbesar ke dua di di Pakistan dan Asia Selatan serta masjid terbesar ke lima di dunia. Tipikal keindahan kebesaran dan kejayaan era dinasti Mungal menjadikan masjid ini sebagai landmark dan tujuan wisata utama kota Lahore.

Soekarno, Badshahi, Pakistan dan Indonesia

Di bulan Januari 1950, presiden Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Pakistan dalam rangkaian perjalanan misi diplomatik pertama beliau ke India, Pakistan dan Burma (Myanmar). Kedatangan beliau disambut langsung oleh Presiden pertama Pakistan Iskandar Ali Mirza. Dalam kunjungan tersebut, presiden Soekarno menyempatkan diri untuk berkunjung dan sholat di Masjid Badshahi – Lahore. Dan juga bertemu serta menyampaikan penghargaan kepada tentara Pakistan yang telah berjasa turut berjuang memihak Indonesia dalam peristiwa 10 November di Surabaya.

Presiden Sukarno sedang menikmati megahnya Masjid Badshahi saat kunjungannya ke Pakistan.

Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia. 

Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini. 

Lokasi dan Alamat Masjid Badshahi

Kota Lahore, Distrik Lahore
Propinsi Punjab, Republik Islam Pakistan
Koordinat geografi  : 31°35′17.07″N 74°18′36.45″E





Berkapasitas 100 Ribu jemaah Sekaligus

Masjid Badshahi berkapasitas 5000 jemaah di ruang sholat utamanya dan 95.000 jemaah di halaman tengah serta portiko, menjadikannya sebagai masjid tebesar di dunia dari tahun 1673 hingga 1986 (atau selama 313 tahun). Daya tampung masjid ini dikalahkan oleh Masjid Faisal di Islamabad (Ibukota Pakistan) yang dibangun belakangan. Saat ini masjid dengan daya tampung terbesar adalah Masjidil Haram di Mekah Al-Mukarromah dan Masjid Nabawi di Madinah Al-Munawaroh di Saudi Arabia, Masjid Hassan II di Casablanca – Maroko, Masjid Faisal di Islamabad – Pakistan.

Masjid berukuran begitu besar ini, memiliki empat menara di empat penjuru luar masjid masing masing setinggi 53.75m ditambah lagi empat menara di empat penjuru bangunan utama masjid dan halaman tengah seluas 253.899,9m2. Sekedar untuk perbandingan, tinggi menara masjid ini lebih tinggi 4.2 meter dibandingkan dengan menara Taj Majal, dan halaman tengah masjid ini sama luasnya dengan keseluruhan luas Taj Mahal.

Tahun 1993 yang lalu pemerintah Pakistan merekomendasikan Masjid Badshahi untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO, dan sudah dimasukkan ke dalam daftar sementara dari kemungkinan nominasi masuk ke dalam daftar warisan dunia UNESCO.

Sejarah Masjid Badshahi

Pembangunan Masjid Badshahi (1671–1673)

Jemaah Sholat Jum'at di Masjid Badshahi Lahore.

Masjid Badshahi dibangun pada masa pemerintahan raja dinasti Islam Mughal ke VI, Raja Aurangzeb yang bergelar Alamgir (sang penakluk dunia) pada bulan Mei 1671. Proses pembangunan masjid ini memakan waktu selama dua tahun dan selesai pada bulan April 1673. Raja Aurangzeb adalah putra dari Raja Mughal yang termashur dengan Taj Mahal nya, Shah Jehan.

Masjid Badshahi dibangun dalam visi kerajaan dan menjadikannya sebagai masjid kerajaan emperium Islam Mughal karenanya sengaja dibangun berseberangan dan tak jauh dari Lahore Fort, Landasan masjid ini dibangun lebih tinggi dari permukaan lahan disekitarnya untuk mencegah banjir dari aliran sungai Ravi saat pasang naik. Fondasi dan struktur bangunan masjid ini dibangun menggunakan bahan batu bata dan tanah lempung yang dipadatkan. Struktur bangunannya kemudian dibalur dengan lampengan batu pasir merah yang ditambang dari daerah Jaipur di Rajasthan (kini masuk dalam wilayah India). Sedangkan kubahnya di lapis dengan pualam putih.

Aerial View Masjid Badshahi Lahore.

Proses pembangunan masjid ini diawasi langsung oleh saudara angkat Raja Aurangzeb's yang bernama Muzaffar Hussain (juga dikenal sebagai Fidai Khan Koka) yang pada bulan Mei 1671 ditunjuk sebagai gubernur Lahore oleh Raja Aurangzeb. Fidai Khan Koka juga merupakan ahli persenjataan kerajaan Islam Mughal.

Bersama dengan pembangunan Masjid Badshahi, sebuah gerbang baru dibangun di Lahore Fort mengarah ke Hazuri Bagh (Taman Hazuri Bagh, dulunya merupakan lapangan terbuka tempat berparadenya pasukan kerajaan Mughal) dan menuju langsung ke pintu masuk utama Masjid Badshahi, gerbang ini diberi nama “Gerbang Alamgir” nama yang diambil dari gelar sang raja. Di pintu masuk masjid Badshahi terdapat prasasti pembangunan masjid ini yang ditulis dalam bahasa Persia berbunyi :

“Masjid Abdul Muzaffar Muhy-ud-Din Muhammad Aurangzeb Alamgir, Sang Raja penakluk. Dibangun dibawah pengawasan dari pengurus rumah tangga kerajaan yang rendah hati, Fidai Khan Koka pada tahun 1084H”

Foto bersejarah Masjid Badshahi dimasa penjajahan Inggris.

Masjid Badshahi di Masa Kerajaan Mughal (1673-1752)

Ketika selesai dibangun tahun 1673 masjid Badshasi tidak saja menjadi masjid terbesar di emperium Islam Mughal tapi juga merupakan masjid terbesar di dunia. Catatan rekor tersebut bertahan selama 313 tahun sampai tahun 1986. masjid ini menjadi salah satu bangunan terbesar semasa kejayaan Mughal dan dunia. Di cuaca cerah masjid ini dapat dilihat dari jarak hingga 15 Km.  Masjid badshahi mengangkat pentingnya posisi kota Lahore secara politik, ekonomi dan budaya di masa kejayaan Mughal.

Masjid Badshahi di Masa Kekuasaan Sikh (1799-1849)

Pada tanggal 7 Juli 1799 milisi Sikh dari Sukerchakia, pimpinan Ranjit Shing mengambil alih kota Lahore. Setelah mengusai seluruh kota, Masjid Badshahi mengalami kerusakan parah ketika Ranjit Shing menggunakan Halaman tengahnya yang begitu luas itu sebagai kandang kuda pasukannya. Sedangkan 80 hujras (ruangan kelas) yang mengitari halaman tengah masjid dijadikannya sebagai barak militer dan gudang senjata. Ranjit Sing juga menjadikan Hazuri Bagh yang berdekatan dengan taman disebelah masjid sebagai ruang pengadilan kerajaan. Tahun 1820 seorang warga Inggris bernama William Moorcroft dalam catatannya menyebutkan bahwa saat itu masjid Badshahi dijadikan areal latihan bagi pasukan infantry Sipahi.

Susana malam di Masjid Badshahi.

Tahun 1841 terjadi perang sipil Sikh, Putra Ranjit Singh, Sher Shing menggunakan menara masjid Badshahi yang ujung nya sudah runtuh akibat genba, untuk meletakkan zamburah atau Senjata Ringan untuk membombardir pendukung Sikh Maharani Chand Kaur yang menguasai Lahore fort, bombardier dari menara masjid itu mengakibatkan kerusakan pada Fort Lahorei. Salah satu korban diborbardir itu adalah hancurnya Fort Diwan-e-Aam (Hall untuk pertemuan publik, Hall tersebut kemudian dibangun ulang dimasa pendudukan Inggris, namun tak mampu membangun seindah aslinya. Selama perang sipil ini tercatat bahwa Hendri De La rouche, komandan Kavaleri Prancis yang ditugaskan di ketentaraan Sher Singh menggunakan terowongan yang menghubungkan masjid Badshahi ke Lahore Fort sebagai gudang sementara penyimpanan mesiu.

Masjid Badshahi di Masa Penjajahan Inggris (1858-1947)

Saat Inggris menjajah India, inggris meneruskan apa yang dilakukan pemerintahan Sikh dengan tetap menggunakan masjid dan area yang menghubungkannya dengan Fort sebagai barak militer. 80 hujrah yang berada disekitar lapangan tengah dan semasa kekuasaan Sikh dijadikan sebagai kandang kuda, di hancurkan oleh Inggris untuk mencegah digunakannya ruang kelas tersebut bagi segala bentuk aktivitas anti Inggris. Inggris kemudian membangun ulang area hujras dengan bentuk arkade terbuka atau dalanseperti yang kita lihat saat ini.

Temaram.

Masjid Badshahi Kembali ke Kaum Muslimin dan Restorasi

Menanggapi ketersinggungan kaum muslimin atas terus digunakannya masjid Badshahi sebagai barak militer sejak pemerintahan Sikh hingga di era awal pemerintahan pendudukan Inggris, Inggris ahirnya membentuk Otoritas Masjid Badshahi pada tahun 1852 untuk melakukan restorasi dan mengembalikan Masjid tersebut kepada kaum muslimin. Sejak tahun 1852 tersebut serangkaian restorasi terhadap bangunan masjid dilaksanakan dibawah pengawasan Otoritas Masjid Badshahi. Perbaikan besar  besaran dilaksanakan sejak tahun 1939. Cetak biru perbaikan masjid disiapkan oleh arsitek Nawab Zen Yar Jang Bahadur.

Masjid Badshahi di bawah pemerintahan Republik islam Pakistan

Pekerjaan restorasi terhadap masjid ini terus berlanjut ketika Lahore manjadi bagian dari Republik Islam Pakistan yang baru berdiri pada tanggal 14 Agustus 1947 lepas dari India. Di tahun 1960 Masjid Badshahi direstorasi total dan dikembalikan ke bentuknya aslinya. Proses restorasi ini menghabiskan dana 4.8 juta Rupee. Pemerintah Pakistan membangun sebuah musium kecil di dalam gerbang masuk ke masjid Badshahi,  untuk menyimpan beberapa benda bersejarah yang terkait dengan Nabi Muhammad S.A.W, sepupunya Ali Bin Abi Thalib, dan putri beliau Fatimah Azzahra. Benda benda tersebut dibawa ke wilayah anak benua tersebut oleh Amir Taimur. pemotretan terhadap benda benda tersebut sama sekali tidak diperkenankan oleh pihak berwenang disana, demi menghormati baginda rosul dan keluarganya.

Makam Muhammad Iqbal tak jauh dari komplek Masjid Badshahi.

Di luar masjid, di dekat tangga masuknya terdapat makam pujangga Pakistan yang begitu terkenal Dr. Sir Allama Muhammad Iqbal. Beliau adalah salah satu tokoh besar yang berjasa bagi berdirinya Republik Islam Pakistan terpisah dari India. Makam beliau dibangun dalam bentuk mausoleum berarsitektur campuran arsitektural Maroko dan Afgani. Keseluruhan bangunan maosoleom nya menggunakan batu pasir merah yang diambil dari sumber yang sama dengan batu pasir yang dipakai untuk masjid Badshahi.

Di kesempatan 2nd Islamic Summit yang diselenggarakan di Lahore pada tanggal 22 Feebruari 1974, tiga puluh sembilan kepala negara dari negara negara Islam menyempatkan diri sholat Jum’at di masjid ini, hadir diantara mereka adalah Zulfikar Ali Butto (Pakistan), Raja Faisal (Saudi Arabia), Muammar Gaddafi (libya), Yasser Arafat (Palestina) dan Sabah III Al-Salim Al-Sabah (Kuwait). Sholat Jum’at hari itu di imami oleh Imam besar Masjid Badshahi, Maulana abdul Qodir Azad, sekaligus bertindak sebagai khatib.

Kemegahannya terlihat anggun di bawah cahaya 
lampu malam hari
Tahun 1993 yang lalu pemerintah Pakistan sudah merekomendasikan Masjid Badshahi untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO, dan sudah dimasukkan ke dalam daftar sementara nominasi masuk daftar warisan dunia UNESCO.

Tahun 2000 dilakukan perbaikan terhadap lapisan pualam yang menutup ruang sholat utama masjid. Tahun 2008 dilaksanakan pekerjaan penggantian terhadap batu pasir merah yang melapisi pelataran tengah masjid. Penggantian batuan tersebut menggunakan batuan yang bersumber dari sumber aslinya seperti saat pertama kali dibangun, hanya saja karena wilayah Jaipur, Rajastan, sudah menjadi wilayah India, pengadaan batu tersebut dilaksanakan harus melalui prosedur perdagangan internasional.

Arsitektural dan Rancang Bangun Masjid Badshahi

Arsitektural masjid Badshahi sangat mirip dengan Masjid Jama di Delhi tua, India. Masjid Jam Delhi Tua dibangun tahun 1648. Kemiripan tersebut dapat dimengerti mengingat masjid Jama di Delhi dibangun oleh Ayahanda dari Aurangzeb, Raja Shah Jahan. Rancangan masjid tersebut di-inspirasi oleh seni Islami, Persia, Asia tengah dan sentuhan India. Sebagaimana layaknya sang pembangun-nya, masjid ini pun begitu megah, besar, mengagumkan dan memberikan kesan yang luar biasa.

Masjid Badshahi di mata uang Pakistan 500 rupee.

Tangga menuju ruang sholat utama masjid ini serta keseluruhan lantainya menggunakan pualam warna warni. Ruang sholat utama masjid Badshahi dibagi ke dalam tujuh bagian dalam artian memiliki beberapa lajur yang terbentuk oleh deretan tiang berlengkung dalam ukuran besar, tiga ruang berada di bawah kubah ganda yang di kerjakan dengan apik menggunakan pualam putih. Empat ruang lain nya berkubah rata (manbatkari), lengkap dengan lukisan dinding, dan berlapiskan batu pualam.

Eksterior masjid ini di dekorasi dengan batu berukir juga dengan lapisan pualam dan batu pasir warna merah khususnya untuk beberapa motif dan relif relif tebalnya. Ditambah dengan sedikit sentuhan indo-greek, Asia Tengah dan pengaruh dari arsitektur India dalam teknik maupun motif motifnya.

Pelataran tengah Masjid Badshahi.

Skyline masjid ini dihias dengan seni bangunan yang begitu  indah menggunakan  lapisan pualam, memberikan garis garis megah seantero masjid. dalam berbagai fitur arsitekturalnya seperti halaman tengah, lorong lorong, menara di empat penjuru, garis proyeksi yang mengarah ke ruang sholat utama dan pintu masuk utama, ditambah dengan perjalanan panjang sejarah perkembangan arsitektur Islam sebelum pembangunan masjid ini di tahun 1673.

Dinding sebelah utara masjid ini membentang sangat dekat dengan tepian sungai Ravi, jadi gerbang besar masjid ini tidak diletakkan disisi tersebut, simetris dengan sisi utara sisi selatan pun dirancan tanpa gerbang besar. dan empat bangunan Aiwan seperti yang ada di masjid Jama Delhi tidak di duplikasi di masjid ini. tembok masjid Badshahi dibangun menggunakan batu bata bakar, semen putih tapi kemudian di lapisi dengan batu pasir merah. sementara jalan menuju ruang sholat di lapis dengan pualam warna warni.

Pengaruh Arsitektural 

Arsitektural Masjid Badshahi turut mempengaruhi rancang bangun beberapa masjid yang dibangun setelahnya seperti Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Masjid Sir Syed Masjid, di Aligarh dan Taj-ul-Masajid, di Bhopal, (India).***

3 komentar:

  1. Semoga suatu saat dapat berkunjung & shalat di masjid ini

    BalasHapus
  2. Its like yοu rᥱad my mind! Yοu seesm to кnow so
    much abnout tɦis, ljke you wrote the book in it or sօmething.
    Ⅰ think that үߋu couldd ddo wkth ɑ few pics
    tⲟ drive the message home a littⅼe bit, butt іnstead
    of tɦat, this is great blog. Ꭺ ǥreat rᥱad. I'll Ԁefinitely ƅe
    back.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA