Selasa, 29 November 2011

Masjid Jami Delhi - India

Pemandangan lumarah di bulan Romadhon di Masjid Jami Delhi.

Masjid Jami Delhi atau Masjid-i Jahān-Numā atau lebih dikenal dalam artikel berbahasa inggris dengan sebutan the Jama Masjid of Delhi adalah masjid Jami di kota Delhi Tua, India.  Disebut Delhi tua karena kawasan ini memang kawasan kota Delhi Tua.  Masjid Jami Delhi merupakan salah satu bangunan fenomenal warisan dari Sultan Shah Jehan, Sultan dari Kesultanan Mughal yang terkenal dengan bangunan wujud cintanya terhadap sang permaisuri di kota Agra, Taj Mahal. Masjid Jami Delhi dibangun tahun 1644 – 1658M. lokasinya berada di kawasan paling sibuk di pusat kota Delhi Tua di kawasan chawri bazaar road, Masjid Jami Delhi merupakan masjid terbesar di India.

Lokasi Masjid Jami Delhi

Meena Bazar, Daryaganj, Chandni Chowk,
New Delhi, Delhi 110006, India. 09810700211


Masjid Jami Delhi berada di atas bukit di sebelah timur kawasan bekas ibukota dinasti mughal di era Shah Jahan, kawasan yang bernama Shahjahanbad. Nama ‘jami’ yang disandang masjid ini tentu saja karena fungsinya yang juga menyelenggarakan sholat Jum’at selain sholat wajib lima waktu. Masjid ini juga menyimpan beberapa benda kuno yang disimpan di dalam ruang khusus di gerbang utara diantaranya adalah lembaran Al-Qur’an kuno yang ditulis di kulit rusa, beberapa helai jenggot Rosulollah, Sendal serta cetak tapak kaki beliau.

Sejarah Masjid Jami Delhi – India

Masjid Jami Delhi dibangun oleh Sultan Shah Jahan yang merupakan Sultan ke lima dari dinasti Islam Mughal. Kesultanan Mughal meninggalkan begitu banyak warisan masjid masjid megah bersejarah termasuk masjid Badshahi dan Masjid Wazir Khan di Lahore - Pakistan yang sudah di ulas dalam artikel terdahulu. Peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan sendiri Oleh Sultan Shah Jahan.

Wilayah kekuasaan dinasti Islam Mughal begitu luas meliputi keseluruhan wilayah anak benua India yang kini menjadi wilayah India, Pakistan dan Bangladesh hingga ke wilayah Afganistan. Sebuah kesultanan yang begitu besar pada masanya, Itu sebabnya warisan budaya Mughal tersebar melintasi wilayah Negara Negara tersebut. Selain membangun Masjid Jami Delhi, Shah Jehan juga membangun beberapa masjid penting di India termasuk masjid Jami di Agra, Ajmer dan Lahore. Denah masjid Jami Delhi ini sangat mirip dengan Masjid Jami di Fatehfur Sikri di dekat kota Agra namun Masjid Jami Delhi memiliki ukuran lebih besar. Delhi Red Fort  (Benteng Merah Delhi) yang berseberangan dengan masjid ini juga merupakan peninggalan dari Sultan Shah Jehan.

Foto lawas Aerial view Masjid Jami' Delhi.

Pembangunan Masjid Jami Delhi dimulai pada hari Jum’at tanggal 19 Oktober 1650 bertepatan dengan tanggal 10 Syawal 1060H. Melibatkan setidaknya 5000 orang pekerja selama tujun tahun. Pembangunan masjid ini saat itu menghabiskan dana sebesar 10 Lakh (1 juta rupee). Keseluruhan proses pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1656M / 1066H. Masjid Jami’ Delhi ini juga menjadi masjid terahir yang dibangun oleh Sultan Shah Jahan sebelum turun tahta digantikan oleh putranya Aurangzeb yang kemudian membangun Masjid Badshahi di kota Lahore (kini menjadi bagian dari Republik Islam Pakistan).

Pembangunan masjid ini mendapat perhatian khusus dari Sultan dengan mengutus Perdana menterinya Saadullah Khan untuk mengawasi langsung proses pembangunan masjid ini. Ada dua hal yang benar benar menjadi perhatian Sultan adalah pembuatan kaligrafi Al-Qur’an yang menghias masjid ini dan pembuatan mimbar di mihrab, mimbar masjid Jami harus lebih tinggi dari Singgasana Sultan yang terletak di Red Fort.

Sejarah Masjid Jami’ Delhi tidak bisa dilepaskan dari Sejarah para imamnya. Imam pertama masjid ini, Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari merupakan tokoh pilihan yang diminta secara khusus oleh Shah Jehan kepada Sultan Bukhara (kini masuk wilayah Uzbekistan) untuk menempati posisi terhormat sebagai imam kerajaan di masjid Jami’ Delhi. Khusus untuk Jabatan Imam bagi Masjid Jami yang kala itu tiada tandingannya, Shah Jahan menginginkan seorang tokoh dengan kepribadian yang juga tiada tanding. Pilihan beliau jatuh pada wilayah Kesultanan Bukhara yang kala itu merupakan pusat ilmu pengatahuan dan seni. Shah Jahan kemudian berkirim surat kepada sultan Bukhara memohon untuk dikirimkan seorang Imam untuk masjid Jami Delhi.

Masjid Jami Delhi dengan tiga gerbang, gerbang utamanya menghadap ke timur.

Imam yang di inginkan Sultan haruslah keturunan Rosulullah baik dari garis ayah maupun ibunya, memiliki pengetahuan Islam yang tinggi, berintegritas dan berkualitas tinggi. Menyambut permintaan Sultan Shah Jahan, Sultan Bukhara kemudian mengutus Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari ke Shahjahanabad (Delhi), dan sultan Bukhara juga dengan penuh hormat memfasilitasi keberangkatan Shah Bukhari bersama keluarganya ke Delhi. Sesampainya di Delhi Shah Bukhari disambut dengan upacara penyambutan dari Sultan Shah Jahan. kedatangan beliau di Delhi bertepatan dengan selesainya keseluruhan proses pembangunan Masjid Jami’ Delhi. 


Pada tanggal 24 Juli 1656M / 1 Syawal 1066H Shah Jahan bersama seluruh menteri beserta rombongan bersama ummat Islam Delhi menyelenggarakan sholat berjamaah untuk pertama kali dimasjid ini, sholat Idul Fitri 1066H langsung di imami oleh Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari. Setelah itu Sultan Shah Jahan memasangkan Jubah kebesaran kepada Shah Bukhari dan mengumumkan pengangkatannya sebagai Imamat-e-Uzma dengan gelar Shahi Imam. Sejak saat itu jabatan imam masjid Jami’ Delhi dipegang oleh Shah Bukhari dan dilanjutkan oleh keturunannya dari generasi ke generasi.

Di tembok sebelah dalam ruang utama masjid ini terukir sejarah pembangunan masjid ini. disebutkan disana arsitek masjid ini bernama Ustad Khalil. Disebutkan juga bahwa Shah Jehan mengundang Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari langsung dari Bukhara untuk hadir dalam peresmian masjid ini di tanggal 23 Juli 1656M, dan kemudian menjadi Imam Shahi pertama di masjid Jami’ Delhi.

Fitur yang tidak akan kita temukan di masjid masjid modern. Dekka   tempat   khusus   untuk   Muatlawi (imam kedua)  yang mengulangi bacaan imam agar terdengar  oleh  jemaah  yang berada di shaf belakang.


Sebagai masjid kerajaan, Imam Masjid Jami Delhi pun menyandang predikat sebagai imam kerajaan (Shahi Imam). Imam masjid Jami’ Delhi memiliki kehormatan tersendiri Karena seluruh Sultan setelah Shah Jahan di nobatkan di masjid ini oleh Shahi Imam Masjid Jami’ Delhi. Dimulai dari penobatan Sultan Aurangzeb putra Shah Jehan, dilakukan di masjid Jami’ Delhi oleh Shahi Imam pertama Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari. Tradisi tersebut berlangsung hingga ke Shahi Imam ke delapan, Mir Ahmad Ali Shah Bukhari pada hari Ahad 30 September 1837 bertepatan dengan 9 Jumadil Tsani 1253H, ketika menobatkan Sultan Mughal terahir, Sultan Bahadur Shah Zafar.

Arsitektural Masjid Jami Delhi

Masjid Jami Delhi dilengkapi dengan 3 gerbang besar di masing masing sisi timur, utara dan selatan, dulunya gerbang timur masjid ini merupakan gerbang paling utama karena menjadi gerbang masuk dan keluarnya keluarga kerajaan Mughal. Kini gerbang timur hanya dibuka di hari Jum’at. Dua menara setinggi masing masing 41 meter, lima lantai dan salah satu lantainya dilengkapi dengan balkoni. Menara masjid ini diperindah dengan lapisan batu merah dan batu pualam putih. sedangkan di bagian belakang masjid masih terdapat lagi 4 menara kecil sama seperti di bagian depan. Delapan menara kecil dan dua menara tinggi masjid ini semuanya dibangun dalam arsitektural khas Mughal.

Ke tiga gerbang utama masjid ini membawa pengunjung ke pelataran tengah masjid (inner courtyard). Sebuah halaman terbuka berukuran 1200 meter persegi mampu menampung sekitar 100 ribu jemaah. Di pelataran ini juga terdapat kolam penampungan air yang merupakan kolam untuk berwudhu. Di sebelah depan (sebelah barat) kolam ini dibangun sebuah tempat yang sedikit ditinggikan dari permukaan lantai sekitarnya yang disebut Dikka, tempat ini disediakan bagi seorang muatllawi (imam kedua) yang mengulang bacaan yang di baca oleh imam, mengingat masjid ini begitu besar hingga tidak semua bacaan imam terdengar oleh jemaah yang berada di belakang.

Jemaah sholat hari raya di Masjid Jami' Delhi.

Bangunan utama masjid ini di lengkapi dengan tiga kubah besar berlapis batu pualam putih. Tiga kubah ini benar benar dibangun dalam bentuk kubah bawang utuh. Dasar kubahnya berupa bentuk silindris menyerupai drum. Kubah seperti ini yang kemudian menginspirasi arsitektur masjid masjid di penjuru dunia yang dibangun sesudahnya. Masjid Badshahi yang fenomenal di Lahore itu pun di bangun dengan ispirasi dari Masjid ini.

Bangunan utama masjid Jami Delhi ada di sisi barat komplek bangunan ini. Terdapat delapan pintu masuk berlengkung dan dinding sisi dalam masjid ditutup dengan pualam putih hingga setinggi pinggang orang dewasa. Melewati pintu masuk ini terdapat ruang sholat utama berbentuk persegi panjang berukuran 61m x 27.5m dengan sebelas lengkungan.

Ruang sisi barat masjid ini memiliki pilar pilar besar yang keseluruhannya di ukir dengan ukiran dengan pengaruh seni tradisional Hindu dan Jain. Pintu masuk di sisi timur masjid ini akan mengantar jamaah ke ruang lain tempat Maosoleum Sultan Ahmad Shah berada. Di pagi hari sisi timur masjid ini digunakan sebagai pasar burung beserta pakannya. Pada awalnya ada gedung madrasah di sisi selatan masjid ini namun sudah diruntuhkan paska perang kemerdekaan India tahun 1857.

Pelataran Masjid Jami' Delhi.

Masjid yang begitu luas dan besar ini tampak terlalu sempit di dua sholat hari raya ketika jemaah membludak dan meluber dari kawasan masjid hingga ke atap yang tak semestinya digunakan untuk tempat sholat. Tradisi Ramadhan juga hingar bingar di masjid ini, kesibukan tampak jelas mewarnai sebulan penuh pengurus masjid ini untuk menyediakan makanan berbuka puasa bagi jemaah masjid. Sebuah tradisi yang sudah bertahan ratusan tahun secara turun temurun.

Masjid Jami Delhi dibangun diatas pondasi yang ditinggikan dari tanah disekitanya kira kira mencapai 1.5 meter. Dari teras masjid menuju ke bagian dalam masjid dilengkapi dengan 3 anak tangga baik dari sisi timur utara dan selatan. Lantai masjid ini yang dilapis dengan batu pualam dengan ornamen bergaris menyerupai sajadah masing masing berukuran 95 x 45 cm, memudahkan jamaah meluruskan shaf sholat. Setidaknya ada 899 ornamen yang sama di lantai dalam masjid. Bila dilihat dari belakang masjid ini terlihat berdiri kokoh diatas tumpukan batu pondasinya. Landasan tempat masjid ini berdiri sejatinya juga adalah sebuah bukit berbatu. Lokasi nya yang memang berada di atas bukit ditambah bangunannya yang cukup tinggi menjadikan masjid ini dapat terlihat dari berbagai sudut kota Delhi tua.

Insiden Serangan Teroris di Masjid Jami’ Delhi

Polisi di Masjid Jami Delhi.
Tanggal 14 April 2006 sebuah ledakan bom mengguncang Masjid Jami Delhi. Ledakan pertama terjadi pada pukul 17:26 disusul ledakan kedua pada pukul 17:33. Meski tidak menimbulkan kerusakan pada bangunan masjid namun dua ledakan tersebut menciderai setidaknya13 jemaah. Ketika itu tengah berlangsung sholat Jum’at di masjid ini yang merupakan sholat Jum’at pertama setelah peringatan maulid nabi. Jemaah yang hadir di hari Jum’at itu mencapai 1000 orang. 

Dua ledakan tersebut bukan insiden satu satunya yang terjadi di masjid ini. 15 September 2010 terjadi insiden penembakan terhadap turis asal Taiwan yang sedang berkunjung ke masjid ini. Pria bersenjata menggunakan sepeda motor melepaskan tembakan ke arah bis wisatawan Taiwan yang sedang di parkir di dekat gerbang-3 masjid Jami Delhi.

Imam Imam Masjid Jami’ Delhi

1) Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari Shahi Imam
2) Syed Abdul Shakoor Shah Bukhari Shahi Imam
3) Syed Abdul Raheem Shah Bukhari Shahi Imam
4) Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari Thani Shahi Imam
5) Syed Abdul Rehman Shah Bukhari Shahi Imam
6) Syed Abdul Kareem Shah Bukhari Shahi Imam
7) Syed Mir Jeewan Shah Bukhari Shahi Imam
8) Syed Mir Ahmed Ali Shah Bukhari Shahi Imam
9) Syed Mohammed Shah Bukhari Shahi Imam
10) Maulana Syed Ahmed Bukhari Shahi Imam
11) Maulana Syed Hameed Bukhari Shahi Imam
12) Syed Abdullah Bukhari
13) Syed Ahmed Bukari***

[updated 23 Mei 2023]

Senin, 28 November 2011

Masjid di Atap Dunia, Masjid Jami Nepal

Masjid Jami' Nepal di Kathmandu satu daru dua masjid besar di kota metropolitan Kathmandu, ibukota Republik Demokratik Federal Nepal.

Bila dalam artikel sebelumnya sudah di ulas tentang Masjid Kashmiri Taqiya di Kathmandu – Nepal, kali ini kita akan mengulas tentang masjid bersejarah dan terbesar ke dua di Nepal, Masjid Jami Nepal atau Kathmandu Jama Masjid, masjid Hindustan, masjid India atau Masjid Nepali dan kadang kadang media juga menyebut masjid ini sebagai Masjid Nasional Nepal, meski dengan jelas papan nama masjid ini tertulis “Nepali Jame Masjid”. Sejarah pembangunan awal masjid ini memang dilaksanakan oleh muslim dari India yang berimigrasi ke Nepal beberapa abad yang lalu.
 
Lokasi Masjid Jami Nepal
 
Alamat : Bag Bazaar, Kathmandu, Nepal
Tak jauh dari kampus Tri Chandra, perguruan tinggi ternama di Nepal.
 
Masjid Jami Nepal berada di sebelah selatan Masjid Kashmiri Taqiya hanya terpisah beberapa blok bangunan. Diantara kedua masjid ini berdiri Kampus Tri Chandra, perguruan tinggi ternama di Nepal. Lokasi dua masjid ini memang berada di kawasan boulevard utama kota metropolitan Kathmandu, tak jauh dari (bekas) Istana Raja Nepal di era Nepal masih berbentuk kerajaan Hindu. Masjid ini terbuka untuk umum. Secara tradisi masjid ini merupakan masjid Islam Sunni, menyelenggarakan sholat berjamaah lima waktu, sholat Jum’at juga dua sholat hari raya. Bahasa pengantar yang dipakai menggunakan bahasa Arab. Imam masjid saat ini dijabat oleh Hammad Fareed.


Sebagaimana fungsi masjid bagi ummat Islam, masjid Jami Nepal memiliki peran sentral bagi ummat Islam di Nepal. Hampir keseluruhan masjid di Nepal dijadikan semacam pusat komunitas ummat Islam, masjid Jami’ Nepal memilki bangunan sekolah Islam (madrasah) dan kawasan niaga. Meski selama ber-abad abad ummat Islam di Nepal dilarang menyebarkan Islam kepada pemeluk agama Hindu, hal tersebut masuk dalam katageri pelanggaran hukum berat dan dapat dikenai sangsi hukuman penjara selama tiga tahun. Perubahan signifikan pada masjid ini terjadi sejak tahun 1990-an, merubahnya menjadi sebuah simbol kehadiran muslim di Kathmandu khususnya di Nepal umumnya.

Pengurus dan jemaah masjid ini tidak terkait dengan kepentingan politik manapun di negeri tersebut. Namun masjid memang menjadi tempat titik berkumpul utama bagi muslim manapun termasuk muslim Kathmandu, secara khusus perubahan karakter simbolis masjid ini menarik perhatian dari golongan sayap kanan Hindu Nepal yang kerap kali memandang masjid ini sebagai pusat muslim termasuk pusat bagi “hal hal yang lain”. Boleh jadi itu sebabnya masjid ini sempat menjadi sasaran serangan dalam beberapa tahun terahir.

Sebuah menara tinggi melengkapi Masjid Jami' Nepal ini. Masjid tiga lantai tak cukup lega untuk menampung jemaah sholat jum'at apalagi dua hari raya.

Sejarah Masjid Jami’ Nepal

Muslim Hindustani (India) merupakan kelompok muslim kedua yang menetap di Nepal, gelombang pertama muslim yang mukim di Nepal adalah Muslim Khasmiri yang kemudian mendirikan Masjid Kashmiri Taqiya dan sudah di ulas dalam artikel sebelumnya. Kelompok pertama muslim Hindustani masuk ke Nepal semasa kekuasaan Raja Pratap Malla (1641-1674) dari dinasti Malla. Raja mengizinkan mereka menetap dan mendirikan masjid di selatan Masjid Kashmiri Taqiya yang sudah lebih dahulu berdiri.

Masjid yang dibangun oleh kelompok pertama Muslim Hindustani ini kemudian terkenal sebagai masjid Hindustani, Masjid India, Masjid Nepali atau Masjid Jami Kathmandu (Kathmandu Jama’ Mosque). Konon masjid ini pertama kali dibangun dengan beraliran syiah (boleh jadi itu sebabnya muslim Hindustani meminta izin kepada raja untuk membangun masjid sendiri terpisah dari Masjid Kashmiri Taqiya yang beraliran Suni). Bangunan masjid Hindustani ini saat itu dilengkapi dengan sebuah imambara, sekarang bangunan tersebut sudah tidak ada lagi.

Masjid Jami' Nepal dari arah jalan raya.

Tahun  1857 tatkala Nepal dibawah kekuasaan Jang Bahadur dari dinasti Rana, sejumlah besar muslim Hindustani berimigrasi ke wilayah Terai – Nepal, sebagai akibat tekanan dari tentara Inggris yang menjajah India kala itu. Jang Bahadur memang bersedia menerima migrasi muslim India tersebut sebagai bagian dari persekongkolannya dengan Inggris untuk mengurangi konsentrasi muslim di kawasan yang bergelok di India utara. Konsentrasi muslim dalam jumlah besar di satu kawasan bergolak dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi Inggris di India. Para pengungsi ini sebagian tinggal di tinggal di Terai ini berdagang bahan bahan dari kulit atau bekerja sebagai buruh tani.

Pemberontakan muslim India utara tahun 1857 terhadap penindasan tentara Inggris, terkenal dengan sebutan Pemberontakan Sepoy. Pemberontakan tersebut berahir dengan kekalahan muslim dari tentara Inggris. Kalangan istana Lucknow yang memberontak terpaksa mengungsi ke Nepal termasuk diantara mereka adalah Maulana Sargaraz AH Shah (Mufti terahir dari dinasti Mughal semasa Sultan Bahadur Shah Zafar) yang mengungsi ke Kathmandu mengiringi kepergian Putri Begum Hazrat Mahal istri dari Nawab Wajid Ali penguasa Begum dari Lucknow berserta putra Mahkota Birjis Qadr).

Jemaah sholat Jum'at di Masjid Jami' Nepal

Maulana Sargaraz AH Shah yang kemudian mengubah Masjid Jami’ Kathmandu menjadi Masjid beraliran suni dan merenovasi keseluruhan bangunan masjid, dan membangun kediaman bagi keluarga kerajaan yang menetap disana, keseluruhan dana renovasi dan pembangunan tersebut berasal dari dana pribadi Putri Begum Hazrat Mahal.

Maulana Sargaraz dan Putri Begum Hazrat Mahal ketika wafat di Kathmandu keduanya dimakamkan di areal masjid Jami’ Kathmandu sesuai keinginan mereka semasa hidup. Putri Begum Hazrat Mahal wafat di Kathmandu pada tanggal 7 April 1879. Makam mereka masih dapat di jumpai disana meski selama berpuluh puluh tahun makam dan masjid tersebut sama sekali luput dari perhatian pemerintah Nepal. Sampai sampai Pandit Jawaharlal Nehru tokoh kemerdekaan India sempat kecewa ketika mengetahui kondisi makam pejuang India tersebut sama sekali tak terawat. Belakangan pemerintah Nepal mulai memperhatikan masjid dan makam ini.

\Masjid Jami' Nepal.

Saksi Bisu pembunuhan Tokoh Islam Nepal

26 September 2011 Masjid Jami Nepal menjadi saksi bisu pembunuhan keji terhadap salah satu tokoh muslim Nepal, Faizan Ahmad Ansari (36 tahun), Sekretaris Jenderal Persatuan Islam Nepal. Beliau dibunuh oleh dua orang pria bersenjata api yang memberondongnya dengan peluru di jalan di depan Masjid ini sesaat setelah beliau menunaikan sholat Asyar.  Tubuh beliau terkapar bersimbah darah di bawah guyuran hujan deras. Imran saudara beliau bersama jemaah masjid yang kemudian melarikan nya ke rumah sakit Bir di pusat kota Kathmandu namun nyawanya tak tertolong.

Pembunuhan keji tersebut memicu kemarahan para pendukung dan keluarganya yang menggelar demonstrasi menuntut pengusutan tuntas kasus pembunuhan tersebut. Kasus ini juga bukan kasus pembunuhan pertama terhadap tokoh muslim Nepal. Lebih ironis lagi karena lokasi masjid ini dan lokasi kejadian justru tak jauh dari markas kepolisian kota metropolitan Kathmandu. Persatuan Islam adalah ormas Islam Nepal yang bergerak di bidang pendidikan dengan tujuan utama memajukan pendidikan bagi muslim Nepal.

Bangunan menara kecil disebelah kiri adalah tempat muazin mengumandangkan azan.

Meski kemudian pemerintahan maois Nepal mencopot kepala kepolisan metro Kathmandu, namun massa yang sudah terlanjur kecewa menuntut pengunduran diri wakil perdana menteri dan Mendagri Nepal sebagai bentuk tanggung jawab moral atas kegagalan mereka melindungi warga negaranya dari rangkaian aksi pembunuhan.

Masjid ini juga nyaris menjadi sasaran amuk massa pada 1 September 2004 silam yang melampiaskan kemarahan mereka atas terbunuhnya 12 pekerja Nepal di Iraq. Massa yang marah merusak dan menghancurkan kantor pengerah tenaga kerja di pusat Kathmandu yang dituduh bertanggung jawab atas pengiriman 12 pekerja tersebut ke Iraq, kantor kantor maskapai penerbangan asing tak luput dari amuk massa termasuk Masjid Kashmiri Taqiya yang tak terpisah jauh dari Masjid ini. Aparat keamanan kemudian memblokir kawasan ini dengan pengerahan pasukan dan kendaraan berat militer untuk menghentikan amuk masa, meski sebagian kalangan mengecam pihak keamanan yang dianggap terlambat mengantisipasi tindakan anarkis tersebut.

Nama resmi Masjid ini tertulis dengan hurup besar di gedung kantor pengelola masjid. sedangkan menara kecil ini adalah tempat muazin mengumandangkan azan di masjid Jami Nepal. 

Arsitektural Masjid Jami Nepal

Masjid Jami’ Nepal yang kini berdiri merupakan bangunan baru bukan bangunan asli yang dulu pertama kali dibangun oleh muslim india di tahun 1641-1674 dan kemudian di renovasi total oleh Putri Begum Hazrat Mahal pada tahun 1857. Bangunan masjid ini kini berdiri tiga lantai dalam arsitektur yang lebih modern. Dilengkapi dengan sebuah bangunan menara tinggi sedikit terpisah dari bangunan masjid. Uniknya ada satu bangunan menara lain yang tidak seberapa tinggi di halaman masjid ini yang dijadikan tempat muazin mengumandangkan azan.

Kawasan masjid Jami Nepal di Kathmandu ini kini menjadi pusat aktivitas muslim di kota metropolitan Kathmandu. Berderet toko menyajikan berbagai kebutuhan ummat Islam termasuk rumah makan muslim yang menyediakan makanan halal dan toko toko yang menyediakan berbagai kebutuhan lainnya. Di kawasan masjid ini juga berdiri sekolah islam yang dikelola oleh pengurus masjid. Selama bulan suci Ramadhan secara khusus pengurus masjid menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi jemaah masjid. Penyediaan makanan untuk berbuka ini menjadi suatu perhelatan rutin yang cukup besar di masjid ini.***

Masjid di Atap Dunia, Masjid Kashmiri Taqiya – Nepal

Masjid Khasmiri Taqia - Kathmandu, Nepal di Idul Adha 17 Nov 2010 yang lalu.

Para pendaki gunung mengenang Nepal dengan puncak tertinggi di dunia dipegunungan Himalaya yang berdiri kokoh diperbatasan Negara tersebut dengan China. Sherpa salah satu suku bangsa yang hidup di Nepal secara tradisi merupakan para pemandu ulung bagi para penakluk puncak Himalaya. Nepal merupakan wilayah yang terkunci dari wilayah laut berada di ketinggian Himalaya menjadikannya sebagai Negara dengan letak geografis tertinggi di Bumi. Kathmandu, Ibukota Nepal berada sebuah lembah di ketinggian rata rata 1400 meter dari permukaan laut.

Nepal, Negara republik paling baru terbentuk setelah selama 250 tahun berbentuk monarki Hindu dibawah pimpinan seorang raja. Nepal merupakan tanah kelahiran Sidharta Budha Gautama tokoh paling penting agama Budha, Sidharta Budha Gautama lahir di Nepal pada tahun 563SM, Agama Budha pernah menjadi agama mayoritas di Nepal dan menjadi agama Negara. Sampai kemudian berubah menjadi Kerajaan Hindu di tahun 200SM paska invasi dinasti Gupta dari India utara yang beragama Hindu ke wilayah Nepal. Dan sejak tahun 2008 lalu Nepal mengesahkan dirinya sebagai sebuah Negara Republik Demokratik Federal, seiring dengan jatuhnya kekuasaan Raja Nepal terahir Raja Gyanendra shah.

lokasi Nepal

Di negeri dengan penduduk mayoritas Hindu ini, Islam hadir sejak lebih dari 480 tahun yang lalu. Di kota Kathmandu kini berdiri dua masjid besar bersejarah yang lokasinya berada di kawasan bergengsi dipusat kota Kathmandu tak jauh dari (bekas) Istana Raja Nepal. Dua masjid besar tersebut adalah Masjid Kashmiri Taqiya yang akan kita ulas dalam artikel ini dan Jama Masjid Kathmandu. Dua masjid berada di kawasan yang sama dan hanya terpisah beberapa blok bangunan.

Tentang Nepal

Wilayah Negara Nepal seluas 140.800km2, sedikit lebih kecil dari luas propinsi Kalimantan Barat (147.800km2). Beriklim dingin menyengat di bagian utara dan sedikit hangat di bagian selatan, berbatasan dengan dua negara besar, Cina dan India. Berpenduduk lumayan padat, sekitar 27.676.547 orang, terdiri dari berbagai suku, antara lain Brahman, Chetri, Newar, Gurung, Magar, Tamang, Rai, Limbu, Sherpa dan Tharu, mayoritas menganut agama Hindu (86,2%), Budha (7,8%), Islam (3,8%) dan lainnya 2,2%.

Lokasi dan Alamat Masjid Kashmiri Taqia - Nepal

Dunbar Marg, Ratna Park, Kathmandu, Nepal         
Telepon : 0097-98415373657



Islam di Nepal

Merujuk kepada hasil sensus penduduk Nepal tahun 1991 penduduk muslim di Nepal menempati urutan ke 3 dengan jumlah populasi sebesar 591,340 jiwa dibawah pemeluk agama Hindu dan Budha. Setara dengan 3.8% dari keseluruhan penduduk Nepal. Angka tersebut ditengarai jauh lebih kecil dari angka sebenarnya.

Secara garis besar muslim Nepal dibagi ke dalam 4 etnis besar masing masing adalah Muslim India, Khasmir (Khasmiri), Tibet (Tibetan) dan Muslim asli Nepal (Nepali). Selain itu masih ada lagi muslim Nepal gunung yang memang tinggal di kawasan pegunungan, mereka merupakan keturunan dari orang tua campuran dan rata rata merupakan keturunan dari ibu yang merupakan orang Nepal gunung. Perbedaan etnis tersebut secara kasar dapat terlihat dari penampilan fisik mereka, bahasa sehari hari yang digunakan, budaya dan juga mereka memang tidak berbaur satu dengan yang lainnya.

sholat jum’at di masjid Khasmiri Taqia Kathmandu, 5 Agustus 2011.

Islam pertama kali diperkenalkan di Nepal oleh para saudagar Arab di abad ke 5 Hijriah/11 Masehi yang datang ke lembah Kathmandu untuk berniaga. Setelah itu sebagian tentara muslim dari pasukan Ikhtiyar Uddin Muhammad bin Bakhtiyar Khilji yang menginvasi Tibet di tahun 1206 pernah menjejakkan kaki di Nepal untuk beberapa waktu, Ikhtiyar Uddin adalah panglima pasukan Sultan Qutb uddin Aybak dari Kesultanan Delhi, yang menguasai kawasan barat laut India berpusat di Delhi.

Sedangkan muslim Kashmir (India) dipercaya sebagai muslim pertama yang bedomisili di Nepal. Gelombang pertama muslim Khasmir masuk dan menetap di Nepal pada masa kekuasaan Raja Ratna Malla (1482-1520) dari dinasti Malla.  Mereka merupakan para saudagar yang melakukan perdagangan dengan Tibet lalu juga berdagang di Nepal. Barang dagangan mereka berupa karpet, bahan bahan kulit binatang dan bahan bahan yang terbuat dari woll.

sholat jum’at di Khasmiri Taqia 
Agustus 2011.
Kini muslim Khasmir di Nepal dikenal sebagai kalangan muslim terpelajar dan masuk dalam kelasnya para pebisnis sukses. Beberapa dari mereka bahkan sudah masuk ke dalam jajaran birokrasi dan politik. Muslim khasmir bahkan memiliki lahan pemakaman yang khusus diperuntukkan bagi muslim Khasmir (khasmiri) di daerah Shayambhu.

Kasta Masyarakat Nepal Paling Bawah

Gelombang kedua muslim India masuk ke Nepal dan tinggal di di wilayah Terai (perbatasan India dan Nepal) pada abad ke 19 tepatnya di tahun 1857M. Tahun 1857 wilayah Terai diakuisisi oleh Nepal di bawah Perdana Menteri Jung Bahadur bersama kerajaan Inggris. Hal tersebut sebenarnya upaya Inggris agar muslim tidak terkonsentrasi di India yang semakin membahayakan penjajahan Inggris atas India. Di bawah tekanan penjajah Inggris, Muslim di daerah perbatasan mengungsi ke wilayah Terai yang dijadikan wilayah Nepal. Sejak saat itu Muslim tunduk pada undang-undang Kerajaan Nepal tahun 1853 sebagai warga Negara dengan kasta terendah.

Sebagian besar muslim di wilayah Terai tersebut bukanlah pendatang namun menjadi bagian muslim Nepal karena 4 distrik territorial mereka yang tadinya merupakan wilayah India utara dimasukkan ke dalam teritori Nepal oleh Inggris sebagai hadiah untuk raja Nepal yang membantu Inggris dalam perang terhadap kerajaan Nawab dari Oudh yang ingin merdeka.

Muslim dari Tibet masuk ke Nepal awalnya juga untuk berdagang dan kemudian menetap di Nepal. Dalam sebuah kunjungan kenegaraan Raja Ratna Malla ke Lhasa, beliau juga mengundang para pengusaha muslim Tibet untuk membuka usaha di Kathmandu. Dan muslim pendatang dari Tibet bertambah di era 1960-an sebagai akibat gejolak politik di Tibet. Kini muslim Tibet yang ada di Nepal sudah berbaur dengan warga setempat baik bahasa, budaya hingga cara berpakaian merekapun sudah seperti orang Nepal. Muslim keturunan Tibet rata rata sukses, mereka masih melanjutkan bisnis dengan Tibet tanah leluhur mereka dan tentunya dengan China yang kini berkuasa di Tibet.

jemaah masjid Khasmiri Taqia
di halaman tengah.
Ketika Angin perubahan berhembus

Selama berabad abad lamanya muslim Nepal hidup dalam ketertindasan penguasa dan mengalami ketertinggalan hampir disegala bidang salah satu sebabnya adalah status sosial mereka yang berada di kasta paling bawah menyebabkan mereka tak memiliki akses ke dunia pendidikan hingga politik. Tahun 1951 kekuasaan rezim dinasti Rana Berahir. Raja baru kurang bersimpatik dengan Muslim karena dianggap orang orang dekatnya dinasti sebelumnya. Perubahan kondisi politik mulai terjadi di tahun 1959 dengan keluarnya konsitusi baru dan pembentukan pemerintahan yang dipilih secara demokratis dengan B.P. Koirala sebagai perdana menteri, namun kemudian sistim pemerintahan yang baru terbentuk ini dibubarkan oleh raja Mahendra setahun kemudian Dan menggantinya dengan sistim monarki terpimpin yang baru.

Namun sejak tahun 1960 itu pula tersebut raja Mahendra menghapus Undang undang tahun 1853 dengan menerbitkan undang undang baru yang mengangkat status kewarganegaraan muslim setara dengan warga negara lainnya. Meskipun UU tahun 1963 ini memberikan kebebasan beragama namun tetap melarang perpindahan agama (dari Hindu ke Islam) dan tetap melarang perceraian sebagaimana diatur dalam UU tahun 1853. Pelanggaran terhadap aturan tersebut akan dikenakan penjara selama 3 tahun. Raja Mahendra juga mengangkat satu orang wakil dari muslim untuk duduk di Dewan Perwakilan Nasional (Panchayat) dan tidak ada larangan bagi pendirian madrasah.

Sisi lain masjid Khasmiri Taqia.

Perubahan politik Nepal terjadi lagi ketika Nepal bertransformasi dari system monarki Hindu kepada system demokrasi multi partai di tahun 1990 Perubahan tersebut juga memberi perubahan signifikan bagi muslim Nepal. Dengan keluarnya undang undang kesetaraan tanpa diskriminasi agama, ras, jenis kelamin, kasta, suku ataupun ideologi. Dan dengan sendirinya mengahapus superioritas Hindu selama berabad abad di negeri itu.

Hasilnya adalah 31 pemimpin muslim dapat ikut serta untuk pertama kali dalam kancah politik Nepal dengan ambil bagian dalam pemilu tahun 1991 dan lima dari mereka berhasil terpilih. Tiga dari mereka masuk dalam jajaran anggota kongres Nepal (dari partai komunis dan partai Sadbhavana) sedangkan Sheikh Idris yang menjadi anggota kongres juga masuk ke dalam jajaran kabinet.

Salah satu bangunan di Masjid Jami Khasmiri Taqia.

Muslim Nepal kini sedang berjuang mendapatkan hak atas 10% jatah kursi di dewan perwakilan, kursi di parlemen dan meminta pengesahan hari besar Islam sebagai hari libur nasional. Lebih radikal lagi sekelompok muslim disana berjuang untuk mendapatkan identitas tersendiri bagi muslim Nepal. Segera setelah terjadi perubahan konstitusi tersebut, imam Masjid Jami Kathmandu memimpin satu delegasi menghadap Perdana Menteri K.P. Bhattarai mengajukan 14 poin permintaan.

18 Mei 2006 Parlemen Sementara Nepal mengesahkan undang undang baru yang secara tegas menyebutkan bahwa Nepal merupakan sebuah Negara merdeka, berdaulat dan Sekuler. Undang undang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Konstitusi Sementara di bulan Mei tahun 2007 yang menyatakan bahwa Nepal adalah sebuah negara yang Independen, invisible, berdaulat, sekuler dan inklusif serta Negara yang berdemokrasi secara penuh. Dewan perwakilan yang terpilih dalam pemilu di tahun tersebut harus mengesahkan hal teresebut.

Seorang anak sedang khusuk berdoa di masjid Khasmiri Taqia di bulan Ramadhan / Agustus 2011 yang lalu 
Ancaman Terhadap Pimpinan Organisasi Islam Nepal

Salah satu organisai Islam di Nepal yang berupaya meningkatkan pendidikan ummat Islam Nepal adalah Persatuan Islam (islami Sangh), Sekretaris Jendral organisasi ini bernama Faizan Ahmad Ansari pada tanggal 26 September 2011 silam menjadi korban penembakan oleh dua orang pria bersenjata tak dikenal dan nyawanya tak tertolong. Kala itu beliau baru saja selesai menunaikan sholat di masjid yang lokasinya justru di depan pos polisi di kawasan metropolitan Kathmandu. Di bawah guyuran hujan deras dua pria berjas hujan memberondong beliau dengan peluru hingga tewas. Pembunuhan itu memicu protes dan kemarahan dari pendukung dan keluarga beliau. Beliau bukan satu satunya pemimpin muslim yang menjadi korban pembunuhan di Nepal, sebelumnya seorang pengusaha media muslim setempat, Jamin Sahah juga mengalami nasib serupa dalam waktu yang tak berselang terlalu lama.

Serangkaian pembunuhan dan percobaan pembunuhan terhadap tokoh tokoh muslim di Nepal mengundang kecaman dari berbagai pihak termasuk dari tokoh tokoh agama selain Islam di Nepal. Peristiwa tersebut berujung kepada pencopotan kepala kepolian Kathmandu dan pembentukan komisi penyidik kasus pembunuhan tersebut namun tak membuahkan hasil. Lebih jauh ummat Islam Nepal kini menuntut pengunduran diri wakil Perdana Meteri dan Menteri dalam Negeri Nepal sebagai bentuk tanggung jawab atas serangkaian pembunuhan terhadap tokoh tokoh Islam di negeri tersebut.

Al Qur’an berbahasa Nepal

Muslim Nepal kini bisa memiliki kitab suci Al Qur’an terjemahan bahasa Nepal sebagai upaya penyebaran dakwah di kalangan umat Islam di sana. Terjemahan Al-Quran berbahasa Nepal mencakup 1.168 halaman, ditulis dengan tulisan Nepal dengan menyertakan ayat-ayat Al-Quran yang diterjemahkan dalam tulisan Arab. Untuk tahap pertama, terjemahan Al-Quran berbahasa Nepal dicetak lebih dari 5.000 eksemplar, 2.500 diantaranya dikirim ke New Delhi (India), Buthan, dan Myanmar hingga kemudian semakin banyaklah Muslim Nepal yang mengenal kembali Islam lewat ayat-ayat Al Qur’an dalam bahasa yang mereka pahami.

Seorang anak sedang khusuk berdoa di masjid Khasmiri Taqia di bulan Ramadhan / Agustus 2011 yang lalu

Sejarah Masjid Khasmiri Taqia - Nepal

Masjid Khasmiri Atau Masjid Khasmiri Pancha Taqia dibangun pertama kali oleh seorang ulama Islam Khasmir pada tahun 1524M di masa kekuasaan raja Rama Malla (1484-1520). Masjid ini merupakan masjid pertama dan terbesar di Nepal. Keturunan beliau dan para pengikutnya kini masih eksis di Kathmandu. Beliau merupakan salah satu dari pedagang khasmir yang sukses di Kathmandu, menjalankan bisnis perdagangannya dengan Tibet dan India dengan berpusat di Kathmandu.

Beliau dan para pegadang Khasmir lainnya ketika itu mendapatkan izin dari raja untuk berdagang dan menetap di Kathmandu dengan satu syarat agar tidak menyebarkan Islam kepada pemeluk agama Hindu. Masjid yang dibangun hanya untuk kepentingan ibadah bagi muslim yang ada dan tidak untuk dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam kepada pemeluk agama Hindu.

Sholat idul adha 7 November 2010 yang lalu.

Masjid yang sudah berumur lebih dari 480 tahun ini sempat mengalami kerusakan parah akibat serangan sekitar 4000 massa pada tanggal 1 September 2004 lalu. Serangan tersebut menyusul terjadinya insiden terbunuhnya 12 pekerja Nepal yang diculik oleh milisi bersenjata di Iraq. Warga Nepal kemudian melampiaskan kemarahan atas insiden tersebut dengan menyerang Masjid Khasmiri Takiya. Merusak dan menyeret keluar perabotan masjid dan membakar ruangan utama masjid Khasmiri.

Beruntung aksi tersebut berhasil dibubarkan oleh pasukan polisi anti huru hara Nepal hingga tindak anarkis tersebut tak meluas. Polisi juga sempat menutup kawasan tersebut yang tak jauh dari (bekas) istana Kerajaan Narayanhity dan memberlakukan jam malam selama beberapa waktu, melarang penduduk keluar rumah di malam hari dan mengeluarkan perintah tembak di tempat bagi pelaku kerusuhan lanjutan. Kelompok massa yang sama sebelumnya juga telah mendemo dan merusak lusinan kantor perusahaan pengerah tenaga kerja yang dipersalahkan karena telah mengirim warga Nepal ke Iraq. Kerusuhan ini dikenal dengan sebutan black Wednesday.

Meski masjid ini dibangun dan dikelola oleh muslim khasmir, namun terbuka untuk semua kalangan. Khutbah jum’at disampaikan dalam bahasa Arab. Jabatan Imam saat ini dipegang oleh Ali Manzar. Di saat penyelenggaraan sholat jum’at dan dua sholat hari raya masjid ini penuh sesak oleh jemaah pria sampai ke atap dan areal sekitar masjid.


Bangunan utama Masjid Khasmiri Taqia, dihalaman tengah masjid Khasmiri Taqia.

Arsitekrual Masjid Kashmiri Taqia - Nepal

Bangunan utama Masjid Khasmiri Taqia merupakan bangunan masjid yang sangat kental dengan sentuhan India utara sebagai tanah leluhur dari muslim Khasmiri di Nepal. Menara menara kecil menghias atap masjid. Tiga kubah batu menghias atap bangunan utama. Sentuhan seni dinasti Mughal terlihat disini dan pada menara menara kecilnya.

Masjid Khasmiri Taqia dilengkapi denga halaman tengah yang cukup luas. Bangunan koridor berlantai tiga mengitari halaman tengah ini. bangunan koridor ini memiliki daya tampung jauh lebih besar dibandingkan dengan bangunan utama masjid. Halaman tengah masjid ini juga difungsikan sebagai areal tempat sholat. Bangunan koridor yang mengitari halaman tengah masjid ini memiliki seni bangunan yang khas. Dengan lengkungan yang tidak biasa. Lengkungan yang biasa kita kenal adalah sebuah lengkungan lengkungan yang rata. Namun lengkungan di masjid ini dibentuk sedemikian rupa dengan lengkungan yang lebih kecil.  

Yang lebih menarik adalah disedikannya sebuah tempat khusus untuk muazin mengumandangkan azan. Bangunan seperti menara tapi tidak terlalu tinggi, di salah satu penjuru bangunan koridor. Dan bila didengarkan video di bawah ini, kumandang azan di masjid Nepal ini sangat jauh berbeda langgamnya dengan kumandang azan yang biasa kita dengar di Nusantara hingga kawasan semenanjung Malaya.

Azan di Indonesia biasanya dilantunkan dengan lafaz yang panjang dan mendayu dayu merdu. Di Masjid Khasmiri Takiya azan nya lebih datar meski lafaznya juga panjang panjang. Namun tentu saja kumandang azan seperti ini terdengar asing bagi muslim Indonesia dan Muslim Nusantara. Bagaimanapun lain lubuk lain ikannya, lain laing lain pula belalangnya. Tapi justru itu salah satu letak indahnya keragaman. Menambah khazanah dunia Islam.***