Senin, 29 Agustus 2011

Masjid Ibnu Tulun, Kairo, Mesir

Aerial View Masjid Ibnu Tulun, Kairo, Mesir.

Masjid Ibnu Tulun atau Masjid al-Mayden, Masjid Maydan, atau Masjid Ahmad Ibn Tulun, dibangun pada tahun 876-879 dimasa pemerintahan Ahmad Ibn Tulun, penguasa Mesir pertama dari dinasti Ibnu Tulun yang berkuasa di Mesir selama 135 tahun. Masjid yang sudah berumur ratusan tahun namun cukup terawat baik ini menjadi salah satu peninggalan masa kejayaah Islam di Mesir. Masjid ini juga menjadi masjid tertua kedua di Mesir setelah masjid Amr Bin Ash. Dan kini menjadi salah satu daya tarik utama para wisatawan lokal dan manca Negara di Kairo. Dari sisi arsitektur masjid ini hampir sama dengan masjid agung Samarra di Irak, karena memang Ahmad Ibn Tulun berasal dari Kota Samarra. Meski kini masjid Agung Samarra tinggal reruntuhan, kehadiran masjid Ibnu Tulun di Kairo ini dapat memberikan gambaran detil tentang masjid tersebut.

Alamat dan Lokasi Masjid Ibnu Tulun

Masjid Ibnu Tulun berada di tengah tengah kawasan Al-Qatai yang merupakan bekas kota keluarga kerajaan dinasti Ibnu Tulun, Al-Qatai berada sekitar dua kilometer dari wilayah kota tua Al-Fustat. Di Al-Basatin, al-Saliba Street, Kairo, Mesir


Sejarah Masjid Ibnu Tulun

Masjid ini dibangun oleh Ahmad Ibn Tulun (berkuasa tahun 868–884 ) pada tahun 876M dan selesai tahun 879M. Ahmad Ibn Tulun yang dikenal sebagai pendiri Dinasti Tulun di Mesir, merupakan putra dari seorang budak semasa pemerintahan Khalifah Alma’mun dari dinasti Abbasiah,. Beliau lahir di Baghdad (Irak) pada bulan Ramadhan 200H (September 835M). Beliau dikirim ke Mesir tahun 868 sebagai gubernur Al-Fustat, Dalam dua tahun beliau menjadi Gubernur bagi seluruh negeri Mesir menggantikan ayah angkatnya yang wafat di tahun 870M.

Beliau kemudian menolak mengirimkan upeti tahunan ke pemerintahan Abasiah dan bahkan membentuk propinsi merdeka dibawah pemerintahannya sendiri lepas dari pemerintahan Khalifah Abbasiah, Dinasti Tulun kemudian memerintah di Mesir selama 135 tahun hingga tahun 905M. Semasa berkuasa Ahmad Ibn Tulun mendirikan kota kerajaan di atas bukit batu yang disebut Jabal Yashkur (bukit Syukur) dekat dengan kawasan Muqattam di Timur laut Al-Fustat, proses pembangunan kawasan baru tersebut turut menggusur pemakaman Kristen dan Yahudi yang berada di perbukitan tersebut.

Salah satu vocal point dari masjid Ibnu  
Tulun, adalah menara spiralnya ini
Kawasan perbukitan tersebut memiliki begitu banyak legenda masa lalu yang melekat padanya diantaranya adalah : di kawasan ini dipercaya bahwa bahtera Nabi Nuh mendarat setelah banjir besar, dan di bukit itu pula dipercaya sebagai tempat ketika Tuhan berbicara langsung kepada Nabi Musa dan berhadap hadapan dengan para penyihir Fir’aun. Tak jauh dari tempat tersebut juga terdapat tempat bernama Qal'at al-Kabsh, dipercaya sebagai tempat Nabi Ibrahim siap untuk mengorbankan putra tercintanya Nabi Ismail. Kota baru yang dibangun oleh Ahmad Ibn Tulun tersebut diberi nama al-Qata'i', yang merupakan lokasi tempat tinggal nya para pengikut setia Ahmad Ibn Tulun.

Di tengah tengah kawasan kota kerajaan yang dibangunnya itu dibangun masjid Ibnu Tulun. Masjid tersebut dibangun menggantikan Masjid Amr yang terlalu sempit untuk menampung pasukan dan para pengikut Ibnu Tulun yang begitu besar. Tahun 905 ketika dinasti Abbasiah mengambil alih kembali kendali atas wilayah Mesir, kerajaan tersebut dihancur leburkan hingga rata dengan tanah. Dari kehancuran tersebut tersisa bangunan masjid yang berada di tengah tengah lokasi bekas kota kebanggaan Ahmad Ibnu Tulun tersebut.

Istana Ibnu Tulun yang diberi nama Dar Al-Imara terhubung langsung dengan masjid pada sisi kiblat, disediakan pintu khusus disamping mimbar sebagai akses khusus bagi Ibnu Tulun ke dalam masjid. Masjid ini digunakan oleh dinasti Fatimiyah untuk acara acara selama bulan suci Ramadhan. Juga sempat mengalami kerusakan semasa digunakan sebagai persinggahan bagi para jemaah dari Afrika Utara ke Hijaz (kini Saudi Arabia) di abad ke 12. Namun kemudian di restorasi dan dibangun kembali dengan fungsi sebagai madrasah oleh 'Alam al-Din Sanjar al-Dawadar atas perintah dari penguasa Dinasti Mamluk, Sultan Lajin, pada tahun 1926M. (Sultan Lajin adalah orang yang turut bersekongkol dalam pembunuhan Sultan al-Ashraf Khalil ibn Qalawun, saat dia bersembunyi di dalam masjid dia berjanji dalam hati akan merestorasi masjid tersebut bila dia selamat).

Halaman tengah Masjid Ibnu Tulun.

Arsitekural Masjid Ibnu Tulun

Masjid Ibnu Tulun keseluruhannya seluas 2,6 hektar. (Ukuran yang jauh lebih luas dari satu lapangan sepak bola) Dengan dimensi 162m x 162 m. sedangkan bangunan masjid nya sendiri berukutan 140m x 116m, Ukuran tersebut sudah termasuk pelataran masjid di bagian tengah seukuran 90m x 90m. dengan ukuran sebesar itu masjid Ibnu Tulun ini setara dalam luasnya dengan Masjid Agung Damaskus yang dibangun dimasa Khekhalifahan Bani Umayyah di Syria.

Secara kasat mata masjid Ibnu Tulun mencerminkan arsitektural Samarra, kampung halaman Ahmad Ibnu Tulun di Irak. Reka bentuk hingga bentangan masjid ini sangat mirip dengan masjid agung Samarra yang kini tinggal puing dan tidak difungsikan lagi. Bahkan bangunan menara pertama masjid Ibnu Tulun inipun dibangun dalam bentuk spiral seperti bangunan menara pada Masjid Agung Kota Samarra, Irak. Sebelum kemudian mengalami perubahan bentuk setelah beberapa kali renovasi oleh para penguasa setelah beliau.

Masjid Ibnu Tulun.

Keseluruhan bangunan masjid dibangun menggunakan bata merah yang kemudian diperindah dengan ukiran lapisan plester semen, ukiran dalam bentuk yang berliku liku dengan atap ditopang oleh arcade diatas pilar pilar besar. Menara batu berbentuk spiral di bagian tengah masjid dengan Mabkhara finial (bentuk kubah bertulang di atas struktur octagonal) dibangun oleh ulang oleh Sultan Lajin tahun 1296.

Tempat wudhu yang dibangun di lokasi bangunan fawara (pancuran air) dibangun oleh Ibnu Tulun dan kemudian hancur dalam kebakaran thaun 986. Bangunan tersebut penuh dengan dekorasi merupakan gedung terpisah berupa pavilion yang terdiri dari kubah yang ditopang oleh kolom kolom batu pualam bersepuh emas. Fasilitas bersuci ini aslinya dibangun bersama dengan klinik berada di dalam ziyada untuk kepentingan higinitas.

Mihrab masjid Ibnu Tulun.
Apa yang kini tersisa dari atap ruangan di belakang mihrab yang ditopang dengan tiang tiang kayu, merupakan elemen setempat yang banyak dijumpai di berbagai bangunan di Afrika Utara dan wilayah Andalusia (kini Spanyol). Pengaruh Andalusia juga terdapat pada penggunakan lengkungan ganda, tapal kuda pada jendela dan poros bangunan menara. Pengaruh arsitektutal Andalusia ini dikarenakan danya pemukim muslim Andalusia di wilayah Mesir kala itu, mereka merupakan para pengungsi yang terusir dari Andalusia oleh penaklukan Kristen tahun 1212-1260. Keseluruhan dinding mihrab masjid ini dihiasi dengan ukiran berbahan plester semen dan kayu serta mozaik kaca pada bagian atas dan panel manner pada bagian bawah mihrab. Pada bagian atas mihrab terpahat tulisan dua kalimat syahadat menggunakan gaya tulisan kaligrafi Kufi.

Di dalam ruang sholat utama di bagian dalam masjid yang menghadap langsung ke arah mihrab, terdapat lima baris pilar yang membentuk kendali ruangan. Makan terdapat lima baris ruangan yang terbentuk di antara pilar pilar tersebut secara parallel terhadap mihrab mulai dari garis batas shaf terdepan. Barisan pilar parallel tersebut mengakomodir sebanyak 80 tiang yang melintang satu sama lain nya menopang lengkungan lengkungan identik satu sama lain di atasnya.
Halaman tengah Masjid Ibnu Tulun.

Seperti masjid-masjid lain yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah, di tengah-tengah Masjid Ibnu Tulun terdapat sebuah halaman (courtyard) yang sangat luas. Luasnya melebihi ruangan masjid itu sendiri. Keberadaan halaman yang luas ini membuat suasana di dalam masjid terasa sangat sejuk, karena sirkulasi udara yang baik. Bagian courtyard ini dikelilingi oleh serangkaian serambi dengan atap yang melengkung. Di bagian tengah halaman terdapat sebuah bangunan dengan kubah besar. Bangunan berkubah tersebut adalah sebuah sumur, yang biasa dipergunakan sebagai tempat untuk mengambil air wudhu. 

Bangunan Masjid Ibnu Tulun terdiri atas koridor-koridor panjang yang disangga oleh pilar-pilar artistik dengan ornamen pahatan ayat-ayat Alquran. Pilar-pilar tersebut terbuat dari batu bata yang diplester dengan semen. Koridor-koridor yang terdapat pada masjid ini sebenarnya mengadopsi bentuk bangunan gereja di Kairo pada masa itu. Lampu gantung yang khas juga bisa ditemui di sepanjang langit-langit koridor. 

Menara spiral

Ciri khas dari Masjid Ibnu Tulun ini adalah menara spiral yang ada di bagian belakang masjid. Arsitektur menara berbentuk spiral ini juga dapat ditemui pada bangunan Masjid Agung Samarra di Irak. Berbeda dengan menara Masjid Agung Samarra yang terpisah dengan bangunan utama, menara spiral yang terdapat pada masjid Ibnu Tulun ini justru menyatu dengan bangunan masjid. Bahkan, untuk menaiki menaranya, setiap orang bisa melakuannya setelah naik ke lantai dua. 

Tembok Masjid Ibnu Tulun yang khas.

Caranya, saat keluar dari pintu utama masjid, berjalanlah ke arah belakang untuk naik ke menara spiral yang ada di luar masjid. Dari sini ada tangga menuju lantai atas masjid sekaligus ke menara spiral. Lantai atas masjid merupakan ruang terbuka yang sangat luas, tanpa pembatas atau pagar yang mengitarinya. Karena itu, harus berhati-hati jika berjalan menuju ke tengah untuk melihat courtyard dari atas jika tidak ingin jatuh ke lantai dasar. 

Menaiki tangga menara spiral membutuhkan tenaga ekstra. Dan seperti lantai atas masjid, tangga spiral inipun hanya diberi pagar yang cukup pendek. Mungkin aspek keamanan belum menjadi salah satu pertimbangan arsitek-arsitek zaman dulu. Sampai di atas, kita bisa melihat pemandangan di sekitar Masjid Ibnu Tulun. Bagian courtyard Masjid Ibnu Tulun juga terlihat lebih cantik dari atas. 

Beberapa fitur khas Masjid Ibnu Tulun.

Sebelum pintu keluar, ada sebuah museum bernama Gayer Anderson Museum. Bangunan museum ini dulunya menapakan rumah tinggal seorang Jenderal berkebangsaan Inggris bernama RG John Gayer-Anderson. Jenderal Anderson beserta seluruh anggota keluarganya tinggal di sana hingga 1942. Bangunan Masjid Ibnu Tulun dan Museum Gayer Anderson ini pernah dijadikan sebagai lokasi syuting film James Bond yang berjudul The Spy Loved Me 

Sejak dilakukan renovasi tahun 1999 tersisa sedikit saja dekorasi asli dari semen plesteran di sana dan halaman tengah kini sudah di perkeras sedangkan pancuran tempat bersuci kini di ubah tampilannya dengan lapisan batu pualam bewarna hitam.

Renovasi dan Perbaikan

Perbaikan pertama atas masjid Ibnu Tulun dilakukan pertama kali tahun 1177M oleh Badr Al-Jamali. Beliau adalah Gubernur yang ditunjuk oleh Penguasa Daulah Fatimiyah. Al-Jamali. Perbaikan beirkutnya dilakukan pada masa Sultan Malik Al-Mansur dari dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir tahun 1296M. Sultan Malik Al-Mansur melakukan beberapa perbaikan dan penambahan bangunan baru. Dan restorasi terahir terhadap masjid ini dilakukan oleh Dewan Purbakala Mesir tahun 1999 - 2004 yang lalu.***

Minggu, 21 Agustus 2011

Masjid Qulsharif, Kazan, Russia

Masjid Qulsharif Kazan Russia.

Masjid Qolşärif juga disebut Qol Sharif, Kul Sharif, Qol Sherif melalui bahasa Tatar: Колшәриф мәчете dan Kul Sharif melalui bahasa Rusia: мечеть Кул-Шариф) adalah masjid yang begitu indah di Kazan, Republik Tatarstan, Federasi Russia. Masjid ini merupakan salah satu masjid indah dunia yang fotonya bertebaran di dunia maya. Arsitekturnya yang begitu indah menjadikannya sebagai salah satu objek foto pavorit. Masjid ini juga menyandang predikat sebagai salah satu masjid terbesar di Russia dan wilayah Eropa timur.

Di restorasi ulang dari puing kehancuran, masjid Qulsharif kini kembali berdiri megah di pusat kota Kazan, ibukota Republik Tatarstan, bagian dari Federasi Rusia. Masjid yang sudah melegenda sejak empat abad yang lalu ketika empirium Islam Kazan Khanate dalam masa ke emasannya di wilayah tatarstan, menara menara masjid Kul Sharif sudah menghiasi langit ibukota Kazan Khanate memukai siapa saja karena keagungan dan keindahan nya. Nama masjid ini merupakan penghormatan terhadap Imam masjid terahir dan pemimpin perlawanan rakyat Kazan “Seid Kul Sharif” yang gugur bersama para muridnya mempertahankan Kazan dari serbuan Tsar Rusia Ivan The Terrible.

Lokasi Masjid Qulsharif


Sejarah awal Islam di Russia

Beberapa temuan sejarah menunjukkan bahwa Islam telah ada diwilayah Federasi Rusia (saat ini) sejak abad ke-10 M. Tepatnya di Kazan, Ibu Kota Republik Tatarstan dan salah satu kota terbesar di Rusia. Bukti kehadiran Islam di tanah Kazan ini, merujuk pada penemuan sebuah masjid yang diyakini berusia seribu tahun lebih. Arkeolog menemukan reruntuhan lain berupa bebatuan putih di dekat salah satu benteng kuno. Menurut para peneliti, bangunan itu menghadap ke arah Makkah.


Temuan tersebut sekaligus membantah pandangan para sejarawan yang mengatakan bahwa Islam berkembang di Kazan dan daerah sekitarnya setelah abad ke-15. Menurut para ahli Rusia, Kota Kazan telah ada sejak abad ke-10. Namun, dokumen-dokumen tertulis yang dimiliki kota ini berasal dari abad ke-15. Dalam periode tersebut, Kazan adalah Ibu Kota Kazan Khanate. Kota ini, berkembang setelah didirikannya Kazan Khanate (Dinasti Kazan). Lokasi ditemukannya reruntuhan bangunan masjid tersebut, kini berdiri sebuah masjid yang diberi nama Qolsharif (dalam bahasa Tatar, red) atau Kul Sharif (dalam bahasa Rusia, red). Masjid ini merupakan masjid terbesar di Rusia dan di kawasan Eropa Timur.

Sekilas Republik Tatarstan

Republik Tatarstan adalah salah satu negara federasi Rusia yang terletak 797 km di sebelah tenggara Moskow-ibu kota Rusia. Tatarstan dikenal sebagai pusat kebudayaan Islam di negeri Beruang Merah, Rusia, selain Dagestan. Tatarstan dihuni oleh sekitar dua juta etnis Tatar (etnis asli Tatarstan) dan sekitar satu juta etnis Rusia. Negara ini menggunakan dua bahasa, Rusia dan Tatar. Bahasa Tatar bisa dibilang sebagai peranakan dari bahasa Turki. Yang dalam literaturnya, kemudian banyak ditemukan kesamaan kata dengan bahasa Arab. Tulisan kuno bangsa Tatarstan menggunakan huruf Arab. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah mengenal Islam sejak lama. Kemudian, abjad tersebut diubah ke huruf cyrlic (abjad Rusia) pada masa kekuasaan Uni Soviet.


Ibu kota Tatarstan adalah Kazan. Di kota ini nuansa keislamannya sangat kental. Kazan adalah salah satu kota besar yang berada di Rusia. Di kota ini, banyak kendaraan umum seperti bis dan taksi yang menempelkan kaligrafi atau simbol-simbol keislaman lainnya. Di Kota Kazan, juga terdapat banyak masjid. Jarak dari satu masjid ke masjid lainnya tidaklah berjauhan sehingga kita bisa melihat satu menara ke menara lainnya. Di jantung kota ini, juga terdapat banyak kafe yang menyediakan makanan halal. Jadi, bagi Muslim, tidak perlu khawatir untuk mencari makanan yang halal dan aman dikonsumsi.

Bisa pastikan, di samping setiap masjid terdapat restoran halal. Toko-toko busana atau kios-kios Muslim juga ikut menambah nuansa kesejukan salah satu ibu kota negara federasi Rusia itu. Keistimewaannya lagi, di Kazan, terdapat banyak madrasah atau lembaga pendidikan Islam. Salah satunya, Rossiski Islamski Universitet (RIU) atau Universitas Islam Rusia. Universitas itu memiliki asrama. Mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi itu mayoritas berasal dari berbagai penjuru negara federasi. Selain itu, ada pula yang berasal dari Turki, Uzbekistan, Tajikistan, dan negara-negara sekitarnya.

Salah seorang dosen di RIU. Secara terus terang, ia mengatakan sangat bangga dengan Indonesia. Dan memang, RIU sudah menjalin MoU dengan beberapa universitas Islam di Indonesia. Pada tahun ini, ada 10 mahasiswa lulusan RIU mengambil program pascasarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur.

Seperti pemandangan di negeri negeri dongeng.

Sejarah Masjid Qulsharif

Nama Qolsharif yang tersemat pada masjid ini, mengacu pada nama pemimpin dan ulama terkemuka di Kazan Khanate dan merupakan imam terahir Masjid Qulsharif sebelum dihancurkan oleh pasukan Tsar Russia, Seid Kul Sharif. Sejumlah literatur sejarah menyebutkan bahwa Qolsharif meninggal bersama sejumlah muridnya ketika berusaha mempertahankan Kazan dari serbuan pasukan Rusia tahun 1552 ketika itu Russia dibawah kekuasaan Tsar Ivan The Terrible.

Untuk mengenang sang ulama dan pahlawan Kazan ini, Presiden Tatarstan, Mintimer Shaymiev, Tahun 1995 mengeluarkan perintah untuk membangun kembali masjid Kul Sharif. 21 Februari 1996 proses pembangunan kembali pun dimulai. Kontes internasional diselenggarakan untuk projek pemugaran masjid. Sebagai hasilnya diputuskan dari 16 kontestan. Restorasi masjid ini berdasarkan pada kondisi teratak masjid yang tersisa berupa komposisi symetris dengan bangunan masjid berada di tengah tengah serta dua paviliun di kedua sisinya. Komplek bangunan masjid tersebut terdiri dari bangunan masjidnya sendiri, lalu dilengkapi dengan perpustakaan, pusat penerbitan dan kantor pengurus masjid.

Interior Masjid Qulsharif.

Aslinya masjid Kul sharif dibangun di Kazan Kremlin pada abad ke 16 sampai kemudian diluluhlantakkan oleh pasukan ivan the terrible pada tahun 1552. Ivan the Terrible atau Ivan Chetvyorty, adalah Tsar Rusia modern pertama. Pada penyerbuan itu Ivan juga membumi hanguskan bangunan bangunan islam di wilayah kazan
.

Masjid Kul Sharif dibuka kembali pada 24 Juli 2005 menandai perayaan 1000 tahun Kazan yang ditandai dengan ribuan jemaah yang berkumpul disana untuk melakukan sholat jum’at berjamaah. Bagian dalam masjid mampu menampung 1500 jemaah sementara alun alun masjid mampu menampung sepuluh ribu jemaah sekaligus.

Simbol kemerdekaan

Bangunan Masjid Kul Sharif diresmikan pada 24 Juli 2005. Pembukaan kembali masjid ini dijadikan momentum bagi kebangkitan Kazan dan Tatarstan, karena bertepatan dengan hari berdirinya Ibu Kota Kazan yang ke-1000. Karenanya, masjid ini dianggap sebagai salah satu simbol terpenting dari keinginan bangsa Tatar untuk merdeka dan bebas. Peresmian tersebut dihadiri oleh ribuan warga Muslim Tatarstan. Beberapa perwakilan negara Muslim, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang ikut menyumbang dalam pembangunan Masjid Kul Sharif, hadir dalam acara peresmian tersebut.

Temaram.

Arsitekrural Masjid Kul Sharif Memadukan Gaya Renaisans dan Ottoman

Bangunan Masjid Kul Sharif ini terdiri dari dua tingkat. Lantai atas merupakan ruang shalat, sementara lantai bawah digunakan bagi keperluan pendidikan, museum, maupun administrasi. Pada bagian halaman, terdapat dua ruang paviliun besar dan kolam berornamen Timur Tengah. Dengan mempertahankan beberapa elemen arsiktektur pada bangunan lama, kompleks Masjid Kul Sharif dianggap menjadi titik lanskap arsitektur Kazan terpenting. Selain bangunan masjid utama, juga terdapat ruang perpustakaan, ruang publikasi, serta ruang khusus bagi para imam. Lantas, menurut Situs resmi Qulsharif, restorasi masjid ini menghabiskan dana sebesar 500 juta rubel, yang sebagian besar berasal dari donasi masyarakat Tatarstan sendiri.

Selain karena kemegahan bangunannya, masjid yang juga terkenal di Eropa ini memiliki keunikan lainnya. Masjid ini berdampingan dengan sebuah katedral. Konon, kabarnya orang Rusia percaya bahwa apabila berdoa di dekat menara merah bata itu, maka doanya akan dikabulkan.Saat ini, bangunan Masjid Kul Syarif menjadi pusat kegiatan keagamaan umat Islam di Rusia. Setiap Idul Fitri, masjid ini ramai dikunjungi jamaah yang merayakan hari raya. Keadaan yang sama juga terjadi ketika mereka merayakan acara-acara keagamaan lainnya.

Masjid Qulsharif dimusim salju yang membeku.

Pimpinan Dewan Muslim Tatarstan, Iskhakov Gusman Gumerovich (mufti yang juga pimpinan Russian Islamic University), menyatakan, pembangunan masjid dan revitalisasi masjid-masjid mati di Tatarstan adalah penanda semangat Islam telah lahir kembali di negaranya. Pembangunan kembali masjid tak hanya dilakukan di Kazan, tetapi juga di 29 wilayah lainnya di negara itu. Umumnya, masjid-masjid mati atau yang telah berubah fungsi, dikembalikan lagi sebagai pusat ibadah kaum Muslim.

Keterikatan sejarah dengan Usmani terlihat dalam arsitektur masjid 4 menara setinggi 57 meter itu, kaya dengan Granit dan Marmer dari Ural, Interior dihiasi karpet dari Iran kristal chandelier dari Ceko dan plesteran dan mosaik dari Saudi Saudi. Masjid Kul Sheriff dianggap terhadap simbol berdampingan Muslims dan Kristen Ortodoks di Tatarstan. maka kemudian dibangun kembali sebuah masjid yang hampir serupa, walaupun konstruksinya mendapatkan sentuhan lebih modern. Pendirian masjid ini, menurut sang presiden, merupakan perwujudan rumah ibadah yang representatif bagi umat Muslim, dengan mengadopsi corak dan gaya arsitektur Ottoman(Turki Usmani). Pembangunan kembali masjid tersebut dimulai sejak tahun 1996.

Butuh tenaga ekstra untuk membersihkan salju.

Diketahui bahwa bangunan masjid yang dulu pernah berdiri di lokasi tersebut memiliki dua buah menara. Kedua menara tersebut dalam bentuk kupola dan tenda. Secara keseluruhan, bentuk bangunan masjid itu mengadopsi bangunan tradisional di wilayah Volga Bulgaria. Volga Bulgaria adalah sebuah negara di Bulgaria yang pernah eksis antara abad ke-7 hingga abad ke-13 di sekitar Sungai Volga dan Kama di Rusia.Meskipun mengadopsi bentuk bangunan tradisional Volga Bulgaria, beberapa bagian dari masjid ini menggunakan elemen arsitektur Renaisans awal dan arsitektur Ottoman. Tahun 1552, selama penyerangan ke Kazan, masjid ini dihancurkan oleh pasukan kekaisaran Rusia.Kendati bentuk bangunan lama dari masjid ini tidak lagi dipertahankan, namun penggunaan elemen arsitektur masa Renaisans awal dan Ottoman tetap dipertahankan oleh sang arsitek. Sekilas pandang, bangunan masjid ini menyiratkan kemegahan. Warna putih dan biru tampak mendominasi bagian luar masjid. Bangunan baru dari Masjid Kul Sharif ini memiliki delapan buah menara dan satu kubah utama yang dapat dilihat dari Katedral Saint Basil, Moskow. Kubah masjid berwarna putih-biru ini berdiameter 39 meter. Adapun kedelapan menaranya, masing-masing memiliki tinggi 57 meter.

Sejak awal penyebaran Islam di Tatarstan, masjid menempati fungsi sentral sebagai pusat kegiatan umat dalam beragam aspek. Seiring pembangunan masjid itu, mereka juga akan membangun madrasah di lingkungan sekitar masjid, nantinya akan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi..***

Rabu, 17 Agustus 2011

Islamic Center Kota Bekasi

Masjid Jami' Nurul Iman sumbangan dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila di komplek Islamic Centre Kota Bekasi.

Islamic center kota Bekasi berada di pusat kawasan bisnis kota Bekasi. Sejarah pembangunan Islamic center ini tak lepas dari nama KH Nur Ali, Pahlawan Nasional yang merupakan putra daerah Bekasi. Dibangun dimasa kota Bekasi masih merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bekasi. Kini ketika Kota Bekasi sudah menjadi salah satu kota mandiri salah satu kota penyanggah Ibukota negara, Islamic Center kota Bekasi seakan menjadi oase ditengah belantara kota bekasi yang pelan tapi pasti bergerak menjadi bagian dari perkembangan megapolitan Jakarta.

Alamat dan Lokasi Islamic Center Bekasi

Jln. Ahmad Yani No. 22 Kota Bekasi
Propinsi Jawa Barat


Ide Pendirian

Gagasan mendirikan Islamic Centre Bekasi datang dari KH. Noe Alie (Pahlawan Nasional) ketika dalam suatu kesempatan beliau mengatakan kepada Bupati Bekasi H. Suko Martono sebagai berikut : “Saudara Bupati kita belum mempunyai sesuatu yang seperti Islamic Centre. Mumpung saudara jadi Bupati, coba dipikirkan bagaimana cara mewujudkannya”. Pada kesempatan ini sebelum mengutarakan keinginannya kepada Bupati Bekasi, KH. Noer Alie menyampaikan pula pesan yang sama kepada Ketua DPRD II Kabupaten Bekasi yang pada waktu itu dijabat oleh H.M. Roesmin.

Persisnya pesan
KH. Noer Alie berbunyi sebagai berikut : “Mumpung ente punya wewenang untuk kenang-kenangan ummat islam Bekasi, tolong wujudkan Islamic Centre, mudah-mudahan apabila saya meninggalkan Bekasi ini, mata saya merem”. Dan gagasan tersebut mendapat sambuatan baik dari berbagai pihak baik dari para tokoh Ulama dan Umaro termasuk dari kalangan tokoh masyarakat, para anggota DPRD, Alim Ulama, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bekasi dan Persaudaraan Haji Bekasi dan masyarakat lainnya.

Foto panorama Masjid & Islamic Centre Kota Bekasi.

Sejarah Pembangunan Islamic Centre Kota Bekasi

Panitia Pembangunan

Panitia pembangunan Islamic Center Bekasi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bekasi Nomor: 451.i/SK.394A/Kesra tertanggal 10 Juli 1990 tentang Pembentukan Panitia Pembangunan Gedung Islamic Centre Kabupaten daerah Tingkat II Bekasi. Surat Keputusan Bupati itu berisi dua hal pokok, yaitu: Pertama, mengenai susunan panitia Pelaksana Pembangunan secara terpadu. Kedua, mengenai pedoman Pelaksana Pembangunan Islamic Centre Bekasi.

Kepanitiaan terdiri dari Pelindung, Penasehat, Pengurus Harian dan Pengurus Pleno. Pelindung terdiri dari para pejabat teras pemerintahan Kabupaten Bekasi. Sedangkan penasehat diisi oleh selain para pejabat, juga melibatkan ulama dan para pemuka masyarakat. Komposisi Pengurus harian dan Pengurus Pleno juga merupakan perpaduan unsur aparat pemerintah, ulama dan pemuka masyarakat. Duduk sebagai Ketua Umum Harian,
H. Roesmin (Ketua DPRD), Ketua I dijabat oleh Drs. H. Dede Satibi (Sekwilda), Ketua II dipercayakan kepada H.. Saady Muchsin (tokoh masyarakat), Ketua III dipegang oleh dr. H. SubkiAbdul Kadir (Cendekiawan/Ulama) dan Ketua IV H. Abdul Manan (Ketua DPD Golkar). 

Menara Ir. Widiyanto
Biaya Pembangunan Islamic Center Kota Bekasi

Di dalam salah satu diktum SK Bupati Tanggal 10 Juli 1990 itu disebut bahwa, “Segala biaya yang diakibatkan oleh penetapan surat keputusan ini dibebankan kepada usaha swadaya panitia dan bantuan dari APBD Tingkat II Bekasi.”

Dalam Pedoman Pelaksanaan Pembangunan, digariskan pula petunjuk pentahapan pelaksanaan dan pengawasannya yang meliputi: pertama, Tahapan Pembangunan yang terdiri dari bangunan Auditorium, Kantor Pengelola, Perpustakaan, Mesjid, Bangunan Asrama, Bangunan selasar dan Plaza serta lapangan parkir. Kedua, Pelaksanaan Pembangunan selain diawasi Direktur Teknis juga dilakukan pengawasan berkala oleh Konsultan Perencana PT. Arsy Wastuady.

Pemilihan Lokasi

Berdasarkan peninjauan dan pembahasan panitia yang dipimpin oleh Drs. H. Dede Satibi (waktu itu Sekwilda Bekasi, sekarang Bupati Garut), H. Roesmin dan H. Saady Muchin, lokasi dimana Islamic Centre berdiri sekarang ini adalah lokasi paling tepat.

lahan seluas 3,6 hektar tempat Islamic Centre Bekasi yang kini berdiri dahulunya merupakan rawa rawa yang memiliki kedalaman hingga empat meter. Lahan tersebut merupakan tanah Hak Pengelola/sebagian dari sertifikat HPL No.I/Marga jaya atas nama PERUM PERUMNAS dengan surat izin penggunaan tanah No. 593.3/1898/Perkot.

Masjid Jami' Nurul Islam
Atas dasar perizinan penggunaan tanah yang ditertibkan Pemerintah Daerah, maka dibuatlah Site Plan Islamic Centre Bekasi dengan penandatanganan Ketua Panitia dan para pejabat Kepala Dinas PUK Kab. Bekasi yang waktu itu dijabat Bambang Supardi, Kabag Pemerintah Umum DT II Bekasi Drs. S. Sihotang, kabag Kesra DT II Bekasi (H.M. Syaiin Sahid), Kepala Kantor Pertanahan Kab. Bekasi (Ir. Widiana Ces), diketahui Ketua Bappeda TK II Bekasi yang kala itu dijabat oleh Drs H. Nonon Sonthanie (saat ini Wali Kota Bekasi) dan disetujui Bupati Daerah Tingkat II Bekasi (
H. Suko Martono). 

Bertindak sebagai Konsultan Perencanaan PT. ARSYWASTUADY pimpinan Ir. Winarto yang selaku Pengawas Berkala. Pelaksanaan pembangunannya diawasi Direktur Teknis. Pelaksana pembangunan fisik gedung digarap oleh PT. Sadari Putra pimpinan Ir. Winarto dengan pelaksana hariannya Tjetjep Kadaruddin. Khusus mengenai pembangunan mesjid Nurul Islam, Pelaksanaannya ditangani oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila.

Sumber Sumber dana

Kupon sumbangan Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah). Partisipasi anggota DPRD Bekasi sebesar Rp 2.500.000,- Dana bantuan suka rela dari para calon jemaah haji tahun 1990 dan 1991 sebesar Rp 450.000.000,-(empat ratus lima puluh juta rupiah). Dana-dana tersebut itulah merupakan yang merupakan modal awal pendirian gedung Islamic Centre Bekasi. Para aghniya (orang-orang kaya) yang dermawan. dari berbagi sumber yang halal dan tidak mengikat panitia Pembangunan Gedung Islamic Centre Bekasi secara berangsur-angsur berhasil menghimpun dana sejumlah sekitar Rp. 8.3 milyar.

Tahapan pembangunan

Pembangunan tahap I yang dilaksanakan pada akhir tahun 1990 meliputi pembangunan Gedung Perpustakaan, gedung Serba Guna dan ruang-ruang kantor, Ruang rapat dll.

Sedangkan Pembangunan Tahap II dilaksanakan tahun 1991 yang meliputi pembangunan Gedung Asrama dan Ruang Makan. Bangunan Islamic Centre Bekasi didominasi Gedung Asrama, Ruang makan dan gedung serba guna serta areal parkir yang luas serta miniatur Ka’bah yang berada di plaza Mesjid. 

Miniatur Ka’bah sengaja dibuat karena erat kaitannya dengan tujuan didirikannya Islamic Center Bekasi sebagai aktifitas ummat islam. Lagi pula Islamic Centre ingin pula berkhidmah kepada jama’ah haji Bekasi terutama untuk transit pemberangkatan dan pemulangan mereka menuju dan dari Tanah Air Suci. Jumlah jamaah haji di bekasi di era 1990an menempati peringkat teratas dari seluruh Daerah Tk. II (Kabupaten dan Kotamdya) di Propinsi Jawa Barat.

Islamic Center Bekasi juga dilengkapi dengan bangunan Masjid, Mesjid Nurul Islam sumbangan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila baru dimulai pembangunannya pada pertengahannya tahun 1992. Dan pembangunannya dirampungkan pada bulan Juli 1993. Prasasti peresmiannya ditandatangani oleh Presiden Soeharto.

Pembangunan tahap III dilaksanakan awal tahun 1993. fokus pembangunan menggarap taman, pelataran parkir, jalan, gapura dan selasar. 
Antara tahap II dan tahap III dibangun pula menara yang dirancang bangun oleh Ir. Widianto. Nama Arsitek dari PT. ARSYWASTUADY yang telah kembali kerahmatullah pada bulan Agustus 1993 ini diabadikan sebagai nama menara Masjid Nurul Islam atas persetujuan keluarga dan ahli warisnya. Kebijaksanaan ini diambil untuk mengenang jasa almarhum.

Pembangunan tahap terakhir selesai pada awal Agustus 1993 atau beberapa hari menjelang acara peresmian Gedung Islamic Centre Bekasi oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat H.R. Nuriana tanggal 15 Agustus 1993.

Aktivitas Islamic Center Kota Bekasi

Islamic Center Bekasi saat ini menyelenggarakan berbagai kegiatan diataranya, pertama kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Nurul Islam yang merupakan pengelola Islamic Center, kedua kegiatan rutin yang langsung ditangani oleh badan pengelolah, ketiga kegiatan bersama yang melibatkan institusi lain seperti ICMI, MUI, BKMT dll, dan keempat Islamic Center menjadi fasilitator kegiatan yang diadakan oleh organisaasi lain sperti Depag, KAHMI, MUI, pengajian Almanar dll.

Disamping menyelenggarakan kegiatan bersifat keagamaan dan sosial, Islamic Center Bekasi juga memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk disewakan kepada pihak lain.
Hasil sewa fasilitas inilah yang digunakan oleh Islamic Center untuk membiayai operasionalnya, elain ruang masjid dan perkantoran, di Islamic Center Bekasi juga tersedia perpustakaan yang bisa diakses oleh masyarakat umum.

Dalam Bidang penelitian, pengkajian dan pengembangan, Islamic Center mengadakan kegiatan berupa Mudzakaroh Ulama, remaja dan wanita, studi Islamika, Konsultasi keluarga Muslim, kepustakaan dan penerbitan buku "Data Dakwah" Bekasi. Bidang lainnya seperti pendidikan, penerangan dan Dakwah menyelenggarakan kegiatan berupa pengajian rutin, kursus dan pelatihan serta menyelenggarakan kegiatan dalam rangka hari besar islam.

Tak kalah menariknya di Lokasi Islamic Center juga terdapat Islamic Preschool Centre yang merupakan program taman kanak-kanak dan play grup. Islamic Preeschool Centre ini melakukan kegiatannya dengan pendekatan student centered development dengan berupaya mengoptimalkan perkembangan pada dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik anak dalam bingkai spritual. (bekasinews.com).*

Fasilitas & Kegiatan Islamic Centre Bekasi          

Di dalam komplek Islamic Center Bekasi tersedia p
rasarana terdiri dari :

1.    Mesjid Nurul Islam seluas 860 m2. Tempat ibadah ini mampu menampung kurang lebih 900 jamaah. Pada Shalat Jum’at, Idul Fitri, dan Idul Adha mesjid ini dikunjungi oleh ribuan ummat. Bahkan Plaza, gedung serbaguna dan halaman parkir serta tamanpun dipadati jemaah
2.    Gedung Serbagun Aula KH. Noer Alie 2 (dua) lantai seluas kurang lebih 1330 m2. Gedung ini menampung sekitar 1.100 orang.
3.    Gedung Asrama A (Arafah) dua lantai seluas 1.971 m2. Gedung Arafah ini terdiri dari 32 kamar dan 8 di antaranya berpredikat kamar utama.
4.    Gedung Asrama B (Mina) dua lantai seluas 954 m2. Bangunan ini terdiri dari 14 kamar biasa dan 8 kamar utama serta sebut saja ”kamar khusus” yang berjumlah keseluruhannya 38 kamar biasa dan 8 kamar utama. Keseluruhan kamar tersebut di lengkapi tempat tidur dengan kapasitas 500 orang. Penyediaan gedung dengan banyak tempat tidur ini dimaksudkan untuk menampung keberangkatan dan pemulangan jemaah haji Bekasi.
5.    Ruangan Makan --dua lantai seluas 1.675 m2. Gedung ini dilengkapi dengan kursi dan meja makan berkapasitas kurang lebih 500 orang, ruangan dapur kering, meja pelayanan dan meja kecil. Sejak bulan Juli tahun 2000 –untuk sementara waktu- lantai atas gedung ini digunakan untuk Kantoe Departemen Agama Kota Bekasi.
6.    Gedung Perpustakaan Darul Ulum --2 lantai seluas 620 m2. Gedung ini dilengkapi dengan lemari buku, ruang pelayanan, ruang baca dan ruang perempuan dengan kapasitas kurang lebih 100 orang.
7.    Gedung Muka --yang 2 lantai seluas 1.548 m2 ini lantai atasnya digunakan untuksekretariat yayasan, badan pengelola, Ruang pertemuan Multazam, MUI, BANAS. Sedang ruang–ruang pada lantai bawah digunakan untuk, Kantor ICMI, Sekretariat Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI), Kantin, dan beberapa lembaga lain yang menjalin kerja sama dengan Islamic Centre.
8.    Selasar atau Koridor penghubung antar banguna seluas 697 m2, Plaza dan lahan parkir 7.731 m2. Taman dan lahan kosong yang akan direncanakan akan dibangun Gedung Poliklinik. Menara Mesjid yang diberi nama Menara Ir. Widianto. Bangunan Taman kanak-kanak (Islamic Preschool) dan taman bermainnya.

Penggunaan Fasilitas

Secara tetap fasilitas Islamic Centre Bekasi digunakan sebagai tempat ibadah umat Islam, seperti shalat wajib lima waktu, shalat Jum’at, shalat Tarawih, Shalat Idul Fitri, dan Idul Adha.
Termasuk kegiatan lainnya seperti : Resepsi Pernikahan, Rapat, pertemuan, dan diklat instansi pemerintah, Seminar, diskusi , ceramah umum, Rapat kerja parpol, Kegiatan lembaga semi pemerintah seperti PKK tingkat regional maupun nasional. Rapat kerja organisasi kemasyarakatan. Penyelenggaraan testing calon karyawan perusahaan. Penampungan atlet olah raga tingkat daerah bahkan persiapan ke tingkat nasional. Tempat transit dan penginapan para siswa dan mahasiswa yang berwisata. Tempat transit menginap para tenaga kerja Indonesia yang baru pulang dari luar negeri, misalnya dari Jepang. Acara Nikah dan Walimatul arusy (resepsi Perkawinan). Dan lain lain.

Pengurus dan Pengelola Islamic Center Bekasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : C -740.HT.01.02.Th2007 pengurus dan Pengelola Islamic Center Bekasi terdiri dari

Dewan Pendiri
1. H. Suko Martono
2. H. Roesmin
3. KH. Amien Noer, Lc.
4. Drs. H. Dede Satibi
5. Ir. H. Muhammad Imron Zubaidi
6. H. Saady Muchsin
7. Hj. Yayah Zakiyah.

Dewan Penasihat
1. Walikota Bekasi
2. Ketua DPRD Kota Bekasi
3. Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bekasi
4. Ketua MUI Kota Bekasi

PEMBINA
1. H. Roesmin (Ketua)
2. KH. Amin Noer, Lc
3. Drs. H. Dede Satibi
4. Drs. H. Nur Kamal, MZ, SH
5. H. Saady Muksin
6. Hj. Yayah Zakiyah

PENGAWAS

1. Ir. H. Masri Asyik (Ketua)
2. Ir. HM. Imron Zubaidy (Anggota)
3. KH. Nurul Anwar, Lc (Anggota)

Badan Pengurus
Ketua : H. Suko Martono
Wakil Ketua : Drs. H. Muchtadi Muchtar
Sekretaris : Drs. H. Paray Said, MM, MBA
Wakil Sekretaris : Hj. Ida Solihat
Bendahara : Drs. HR. Herry Koesaeri Sulaiman, MM, MBA
Kabid. Pendidikan Dakwah dan Humas : Dr. KH. Zamakhsyari Abdul Majid, MA
Kabid. Kesejahteraan Sosial : Hj. Atifah Hasan, Lc
Kabid. Usaha : H. Heri Budi Susetyo, SE, MBA
Kabid. Pemberdayaan Potensi Umat : Ir. H. Siswadi, MM, MBA

Badan Pengelola
Kepala : H.A. Zaini Arief
Sekretaris : Drs. Muhammad Khozin
Bidang Sarana dan Prasarana : H. Atjun Suandani
Bidang Perpustakaan : H.E. Priyasuganda
Bidang Kebersihan dan Pertamanan : H. Abdul Rouf Bahrum Hamidi
Kaur Personalia : Iing Nafiuddin
Kaur Umum : Acih Suhaenah
Kaur Keuangan : Henny Widyastuty, S. Ag
Kaur Perlengkapan : Dewi Herdwiyana
Bendahara : Aini Nursyafaah, S. Ag

Foto foto Islamic Center Kota Bekasi

Area manasik di Islamic Center kota Bekasi dilengkapi dengan miniatur Ka'bah.

Gedung Islamic Center

Atap bersusun Masjid Nurul Islam, salah satu ciri khas masjid masjid yang dibangun oleh YAMP.

Masjid Jami' Nurul Islam.
Didalam Masjid Jami' Nurul Islam.

Tanda peresmian Masjid Nurul Islam oleh Presiden Suharto selaku ketua YAMP.